Airbus

Airbus Capai Kesepakatan Akuisisi Pabrik Spirit AeroSystems

(Business Lounge – Global News) Airbus SE, raksasa penerbangan asal Eropa, mengumumkan telah mencapai kesepakatan untuk mengakuisisi sejumlah fasilitas produksi Spirit AeroSystems, sebuah langkah besar yang bertujuan untuk memperkuat rantai pasokan bagi program pesawat komersialnya. Kesepakatan ini diumumkan di tengah upaya Airbus untuk memastikan stabilitas pasokan komponen utama di saat permintaan global untuk pesawat terbang terus meningkat. Menurut laporan dari Bloomberg, pembelian ini menandai langkah strategis Airbus dalam mengurangi risiko keterlambatan produksi akibat ketergantungan pada pemasok eksternal.

Spirit AeroSystems, yang berbasis di Wichita, Kansas, Amerika Serikat, selama ini dikenal sebagai salah satu pemasok struktur pesawat terbesar di dunia, termasuk badan pesawat, sayap, dan komponen penting lainnya. Namun dalam beberapa tahun terakhir, Spirit mengalami tekanan berat akibat ketidakstabilan produksi dari klien utamanya, Boeing, serta tantangan operasional internal. Menurut analisis dari Reuters, krisis pasokan global yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 memperburuk posisi keuangan Spirit, sehingga memaksa perusahaan untuk mempertimbangkan opsi restrukturisasi.

Dalam konteks ini, Airbus melihat peluang strategis. Seperti diberitakan oleh Financial Times, akuisisi fasilitas milik Spirit yang memproduksi komponen untuk program pesawat Airbus seperti A220 dan A350 menjadi prioritas utama. Dengan mengambil alih kontrol langsung atas fasilitas-fasilitas ini, Airbus berharap dapat mengelola produksi secara lebih efektif, mengurangi ketergantungan pada pihak ketiga, dan mempercepat inisiatif efisiensi biaya.

Meskipun Airbus tidak mengungkapkan nilai pasti dari kesepakatan tersebut, sumber yang dikutip oleh The Wall Street Journal memperkirakan bahwa nilai transaksi dapat mencapai ratusan juta dolar, tergantung pada aset yang diambil alih dan penyesuaian terkait kewajiban keuangan. Kesepakatan ini diharapkan akan memperkuat posisi Airbus di pasar global yang saat ini semakin kompetitif, dengan permintaan kuat untuk pesawat berbadan sempit dan lebar, terutama dari maskapai yang memperbarui armada mereka untuk mengurangi emisi karbon.

CEO Airbus, Guillaume Faury, dalam pernyataannya yang dikutip oleh CNBC, menegaskan bahwa langkah ini bertujuan untuk memastikan kelancaran produksi jangka panjang. Faury menyebutkan bahwa stabilitas rantai pasokan adalah kunci dalam memenuhi target produksi ambisius perusahaan, termasuk meningkatkan produksi pesawat A320neo dan memenuhi permintaan untuk pesawat jarak jauh A350. Ia juga menambahkan bahwa pengelolaan langsung terhadap fasilitas produksi akan memberikan Airbus fleksibilitas lebih besar dalam mengimplementasikan inovasi manufaktur baru.

Menurut analisis dari Bloomberg Intelligence, keputusan Airbus untuk mengambil langkah ini mencerminkan perubahan pendekatan di industri penerbangan pasca-pandemi. Sebelumnya, banyak produsen pesawat mengandalkan model outsourcing ekstensif untuk mengurangi biaya. Namun pengalaman selama pandemi, di mana gangguan logistik dan kekurangan tenaga kerja menyebabkan keterlambatan besar, telah mendorong perusahaan seperti Airbus untuk lebih mengintegrasikan rantai pasokannya.

Langkah Airbus ini juga menyoroti perbedaan strategis dengan Boeing, pesaing utamanya. Seperti diulas oleh The New York Times, Boeing saat ini masih menghadapi tantangan serius terkait kualitas produksi dan pengiriman pesawat, sebagian akibat dari ketergantungannya pada jaringan pemasok yang kompleks. Dengan mengambil alih sebagian produksi dari Spirit, Airbus berharap dapat menghindari nasib serupa, meningkatkan kontrol mutu, dan mempercepat waktu siklus produksi.

Namun akuisisi ini bukan tanpa tantangan. Seperti dilaporkan oleh Reuters, Airbus perlu memastikan bahwa proses transisi berjalan lancar tanpa mengganggu produksi yang sedang berjalan. Selain itu, integrasi operasional pabrik-pabrik Spirit ke dalam sistem Airbus akan membutuhkan investasi tambahan dalam sistem IT, pelatihan tenaga kerja, dan harmonisasi proses manufaktur. Analis dari Jefferies memperingatkan bahwa potensi gangguan jangka pendek harus dikelola dengan hati-hati untuk menghindari efek domino pada jadwal pengiriman pesawat.

Dari perspektif Spirit AeroSystems, kesepakatan ini memberikan peluang untuk merampingkan bisnis mereka dan fokus pada hubungan inti mereka dengan Boeing. Menurut sumber dari WSJ, Spirit saat ini tengah mengevaluasi portofolio asetnya untuk meningkatkan efisiensi dan memperbaiki posisi keuangannya yang sempat terpuruk. Dengan melepas pabrik yang memasok Airbus, Spirit dapat mengurangi kompleksitas operasional dan lebih fokus pada pasar Amerika Utara.

Secara industri, langkah ini dipandang sebagai bagian dari tren konsolidasi baru di sektor kedirgantaraan. Seperti diulas oleh Bloomberg, setelah bertahun-tahun mengalami fragmentasi rantai pasokan, produsen pesawat kini bergerak menuju integrasi vertikal untuk meningkatkan ketahanan operasional. Ini terutama penting mengingat proyeksi jangka panjang yang menunjukkan bahwa permintaan pesawat baru akan terus meningkat, didorong oleh pertumbuhan perjalanan udara di Asia dan kebutuhan penggantian armada di Amerika Utara dan Eropa.

Dari sisi keuangan, akuisisi ini dinilai positif oleh banyak analis. CNBC melaporkan bahwa investor menyambut baik langkah Airbus ini, dengan saham perusahaan mencatatkan kenaikan tipis setelah pengumuman tersebut. Para analis melihat bahwa investasi ini, meskipun berisiko dalam jangka pendek, akan memperkuat profitabilitas Airbus dalam jangka panjang, terutama jika perusahaan berhasil meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi biaya pengadaan.

Dalam konteks program pesawat tertentu, pengambilalihan fasilitas produksi ini akan menjadi sangat krusial bagi program A220. Pesawat ini, yang awalnya dikembangkan oleh Bombardier sebelum diakuisisi oleh Airbus, memiliki potensi pertumbuhan besar di pasar regional dan menengah. Namun seperti dilaporkan oleh Financial Times, profitabilitas A220 masih menjadi tantangan, sebagian karena biaya produksi yang tinggi. Dengan mengontrol langsung produksi komponen utamanya, Airbus berharap dapat mempercepat perjalanan A220 menuju profitabilitas penuh.

Selain itu, penguatan kontrol atas produksi komponen untuk A350 juga strategis bagi Airbus. Pesawat jarak jauh ini merupakan andalan Airbus di pasar wide-body dan sangat penting dalam persaingan dengan Boeing 787. Dengan stabilitas pasokan yang lebih baik, Airbus akan lebih mampu memenuhi pesanan dari maskapai besar yang mencari efisiensi bahan bakar dan keandalan dalam penerbangan jarak jauh.

Langkah ini juga dinilai sejalan dengan strategi keberlanjutan Airbus. Seperti diberitakan oleh Bloomberg Green, Airbus terus berupaya mengurangi jejak karbon dalam operasi produksinya, dan kontrol lebih besar atas fasilitas manufaktur akan memungkinkan perusahaan untuk menerapkan standar lingkungan yang lebih ketat. Ini menjadi nilai tambah di mata pelanggan dan regulator yang semakin fokus pada isu keberlanjutan.

Di sisi makroekonomi, kesepakatan ini mencerminkan dinamika perubahan dalam perdagangan global. Seiring dengan meningkatnya proteksionisme dan ketidakpastian geopolitik, perusahaan multinasional seperti Airbus semakin terdorong untuk mengamankan kendali atas rantai pasokan kritis mereka. Dengan memiliki aset produksi di berbagai wilayah, Airbus dapat mengurangi eksposur terhadap risiko politik dan ekonomi yang berpotensi mengganggu operasi globalnya.

Ke depan, keberhasilan implementasi akuisisi ini akan sangat menentukan apakah Airbus dapat mempertahankan keunggulannya dalam kompetisi global. Sebagaimana dicatat oleh Forbes, dalam industri kedirgantaraan, keandalan pengiriman menjadi faktor kunci dalam memenangkan kepercayaan maskapai. Dengan langkah ini, Airbus mengambil langkah berani untuk mengurangi ketidakpastian yang dapat mengganggu kinerjanya di masa depan.

Walaupun banyak tantangan yang menunggu, optimisme tetap tinggi. Airbus memiliki rekam jejak yang kuat dalam mengintegrasikan operasi baru, seperti yang ditunjukkan dalam akuisisi program A220 dari Bombardier beberapa tahun lalu. Jika pengalaman itu menjadi indikator, maka Airbus kemungkinan besar mampu menavigasi kompleksitas integrasi Spirit AeroSystems dengan sukses.

Dengan demikian, akuisisi ini bukan hanya tentang mengamankan pasokan suku cadang, melainkan juga tentang membangun fondasi jangka panjang untuk pertumbuhan yang berkelanjutan di pasar global. Dalam lingkungan industri yang semakin tidak dapat diprediksi, langkah berani seperti ini mungkin menjadi kunci untuk bertahan dan berkembang di masa depan.