Prologis

Prologis Optimistis, Perang Dagang Dorong Permintaan Gudang AS

(Business Lounge – Global News) Raksasa properti industri Prologis menyatakan bahwa eskalasi perang dagang justru dapat menjadi pendorong pertumbuhan permintaan ruang gudang di Amerika Serikat. Dalam wawancara dan laporan terbaru yang dirangkum dari Bloomberg dan The Wall Street Journal, perusahaan ini melihat adanya tren peningkatan kebutuhan logistik dari perusahaan-perusahaan yang ingin menghindari lonjakan tarif impor.

Menurut Chief Executive Officer Prologis, Hamid Moghadam, perusahaan-perusahaan telah berupaya mempercepat pengiriman barang sebelum tarif tambahan diberlakukan. Strategi ini mendorong penimbunan stok lebih awal—dan sebagai konsekuensinya, meningkatkan permintaan untuk ruang penyimpanan skala besar. “Kami melihat klien kami memperbesar stok mereka, terutama untuk barang-barang bernilai tinggi dan dengan rantai pasok yang rapuh,” ujar Moghadam seperti dikutip oleh WSJ.

Langkah ini dipandang sebagai bentuk respons atas ketidakpastian yang diciptakan oleh kebijakan tarif baru dari pemerintahan Amerika Serikat terhadap berbagai produk impor, termasuk dari China dan Eropa. Bloomberg mencatat bahwa tren reshoring atau nearshoring—di mana perusahaan memindahkan sebagian produksi atau logistik lebih dekat ke pasar domestik—telah memberi efek langsung terhadap pasar properti industri.

Prologis, yang merupakan pemilik gudang industri terbesar di dunia, mencatat kenaikan permintaan yang signifikan dalam sektor otomotif, elektronik, dan ritel. Perusahaan menyatakan bahwa kawasan-kawasan logistik utama seperti Inland Empire di California, Dallas-Fort Worth, dan pusat distribusi di Midwest menunjukkan tingkat okupansi hampir penuh, bahkan dengan tarif sewa yang terus meningkat.

Dalam paparan kuartalan mereka, Prologis juga menekankan bahwa tren e-commerce, yang sebelumnya menjadi pendorong utama pertumbuhan permintaan gudang, kini dilengkapi dengan faktor geopolitik dan disrupsi rantai pasok global. Banyak perusahaan multinasional kini mengalokasikan ruang tambahan tidak hanya untuk distribusi, tetapi juga untuk redundansi stok, demi menghindari gangguan yang pernah mereka alami selama pandemi atau akibat tarif mendadak.

Meskipun ada kekhawatiran bahwa melambatnya ekonomi global dan potensi resesi AS dapat menahan permintaan properti komersial, Prologis tetap optimistis. Dalam laporannya, mereka menaikkan proyeksi pendapatan operasional tahunannya, dengan menyebut bahwa “permintaan jangka panjang untuk ruang logistik tetap kuat, didorong oleh transformasi struktural dalam rantai pasok global.”

The Wall Street Journal juga menyoroti bahwa Prologis melihat peluang dari potensi pengalihan perdagangan dari Asia ke Meksiko dan Amerika Tengah, di mana mereka telah memperluas portofolio gudang dan pusat logistik. Dengan semakin banyak perusahaan yang mempertimbangkan strategi diversifikasi sumber pasok, lokasi strategis menjadi aset penting yang semakin dicari.

Ke depan, Prologis percaya bahwa tekanan tarif dan ketidakpastian perdagangan justru akan mendorong perubahan permanen dalam cara perusahaan mengelola logistik. Dari orientasi “just in time” ke “just in case”, banyak pemain industri kini memilih membayar lebih untuk ruang penyimpanan daripada menghadapi risiko kekosongan stok.

Dengan kekuatan finansial dan jaringan global yang luas, Prologis tampaknya siap untuk memanfaatkan perubahan paradigma ini. Perusahaan bahkan menyiapkan proyek baru untuk menambah lebih dari 20 juta kaki persegi ruang logistik dalam dua tahun ke depan, sebagian besar di pasar-pasar AS yang sedang tumbuh pesat.

Bagi Prologis, perang dagang bukanlah ancaman, melainkan katalis. Di tengah ketidakpastian global, gudang bisa menjadi salah satu pemenang tersembunyi—dan mereka siap menyediakannya.