Bitcoin MicroStrategy

Strategi Bitcoin MicroStrategy Terpukul

(Business Lounge – Global News) Perusahaan perangkat lunak MicroStrategy, yang dalam beberapa tahun terakhir menjadi salah satu pemegang Bitcoin terbesar di kalangan perusahaan publik, melaporkan kerugian yang belum direalisasi sebesar 5,91 miliar dolar AS dari kepemilikan aset digitalnya pada kuartal pertama tahun ini. Pernyataan ini muncul di tengah penurunan tajam harga Bitcoin yang terjadi menjelang akhir Maret, setelah sempat menyentuh level tertinggi di atas 73.000 dolar AS pada awal bulan tersebut.

Dalam laporan resminya yang dikutip oleh The Wall Street Journal, MicroStrategy mengatakan bahwa penurunan nilai Bitcoin secara signifikan telah menekan nilai portofolio digital mereka, yang terdiri dari lebih dari 214.000 Bitcoin. Meski nilai ini masih belum direalisasi, artinya belum benar-benar menjadi kerugian dalam pembukuan hingga aset tersebut dijual, jumlahnya sangat besar dan berdampak pada laporan keuangan kuartalan perusahaan.

Strategi agresif MicroStrategy untuk terus membeli Bitcoin sejak tahun 2020 — ketika perusahaan pertama kali mengumumkan perubahan arah korporasi ke strategi “Bitcoin as a Treasury Reserve Asset” — kini menghadapi tantangan besar. Harga Bitcoin yang sangat fluktuatif membuat nilai kepemilikan mereka sangat sensitif terhadap perubahan pasar, terutama dalam periode penuh ketidakpastian seperti yang terjadi baru-baru ini.

Menurut laporan Bloomberg, harga Bitcoin memang mengalami reli kuat sejak akhir 2023 hingga awal 2024, sebagian besar didorong oleh antisipasi pasar terhadap persetujuan ETF Bitcoin spot di Amerika Serikat, serta ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve. Namun, ketika kenyataan makroekonomi tidak sesuai ekspektasi — suku bunga tetap tinggi dan terjadi lonjakan inflasi secara mendadak — pasar kripto pun terkoreksi tajam, termasuk Bitcoin yang anjlok ke bawah 65.000 dolar menjelang akhir Maret.

Michael Saylor, pendiri dan Ketua Eksekutif MicroStrategy, dalam pernyataannya kepada investor menegaskan bahwa pihaknya tetap percaya pada nilai jangka panjang Bitcoin. “Kami tidak menjual satu satoshi pun,” ujar Saylor dalam wawancara dengan CNBC, merujuk pada unit terkecil dalam Bitcoin. Ia menyatakan bahwa koreksi harga adalah bagian dari dinamika pasar yang sudah diperhitungkan sejak awal perusahaan mengubah model alokasi asetnya.

Namun demikian, pasar tidak sepenuhnya menanggapi optimis. Saham MicroStrategy turun lebih dari 17 persen sejak awal April, menandakan kekhawatiran investor bahwa strategi ekstrem berbasis kripto bisa menjadi pedang bermata dua. Reuters mencatat bahwa beberapa analis mulai mempertanyakan kelangsungan strategi ini jika harga Bitcoin gagal kembali menguat secara konsisten.

Sejumlah pengamat pasar menilai bahwa kerugian besar yang belum terealisasi ini dapat memicu tekanan tambahan terhadap neraca MicroStrategy, terutama jika kondisi pasar kripto memburuk atau regulasi semakin ketat. Dalam laporannya, Financial Times menyoroti bahwa para investor institusional masih melihat Bitcoin sebagai aset spekulatif, dan strategi MicroStrategy dianggap terlalu bergantung pada satu kelas aset yang sangat volatil.

Namun Saylor tetap tidak bergeming. Dalam pengajuan ke SEC, MicroStrategy menyatakan bahwa mereka tetap akan mempertahankan — dan bahkan menambah — kepemilikan Bitcoin mereka. Perusahaan baru-baru ini menerbitkan obligasi konversi senilai lebih dari 600 juta dolar AS untuk mendanai pembelian Bitcoin tambahan. Langkah ini mendapat kritik karena dianggap memperbesar eksposur risiko tanpa memberikan diversifikasi portofolio.

Meski demikian, bukan berarti strategi ini tanpa hasil. Selama periode bull market, strategi ini pernah membawa keuntungan besar bagi MicroStrategy. Ketika Bitcoin melonjak dari 20.000 ke 69.000 dolar pada tahun 2021, nilai kapitalisasi pasar perusahaan meningkat lebih dari dua kali lipat. Bahkan, saat itu saham MicroStrategy diperdagangkan seolah-olah perusahaan itu adalah ETF Bitcoin terselubung — walaupun secara fundamental, pendapatan utama perusahaan masih berasal dari perangkat lunak intelijen bisnis.

MicroStrategy sendiri tetap menjalankan operasi perangkat lunaknya, namun laporan keuangan mereka kini hampir seluruhnya didominasi oleh nilai portofolio Bitcoin. Dalam laporan keuangan terakhir, pendapatan dari divisi perangkat lunak dan layanan hanya mencakup sebagian kecil dari total nilai aset perusahaan. The New York Times mencatat bahwa sebagian besar investor yang membeli saham MicroStrategy melakukannya karena eksposur terhadap Bitcoin, bukan terhadap fundamental bisnis perangkat lunak itu sendiri.

Di sisi lain, strategi MicroStrategy juga menjadi studi kasus menarik dalam evolusi manajemen keuangan korporat di era digital. The Economist mencatat bahwa perusahaan seperti MicroStrategy memperlihatkan betapa cepatnya struktur modal bisa berubah karena pengaruh teknologi dan aset digital. Dalam waktu kurang dari lima tahun, MicroStrategy bertransformasi dari perusahaan teknologi dengan pendapatan stabil menjadi institusi keuangan informal yang beroperasi di bawah bayang-bayang fluktuasi Bitcoin.

Pakar dari Yale School of Management, yang dikutip oleh Forbes, menyebut strategi ini sebagai “high-stakes financial engineering.” Mereka menyoroti bahwa meski hasilnya bisa spektakuler di tengah pasar bullish, dalam kondisi pasar bearish, volatilitasnya dapat membahayakan kestabilan keuangan perusahaan — bahkan jika kerugian tersebut belum direalisasi dalam bentuk penjualan.

Sejauh ini, belum ada tanda-tanda bahwa MicroStrategy akan mengubah pendekatannya. Dalam wawancara terbaru dengan Bloomberg TV, Saylor justru menyatakan bahwa misi perusahaan adalah “mengakumulasi Bitcoin sebanyak mungkin dalam jangka panjang.” Ia menyamakan kepemilikan Bitcoin dengan membeli emas digital dan meyakini bahwa nilai Bitcoin akan jauh lebih tinggi dalam dekade mendatang, terlepas dari volatilitas jangka pendek.