Tiga Pilar yang Membangun Reputasi Perusahaan

(Business Lounge Journal – Human Resources)

Perusahaan yang baik akan  menerapkan etika bisnis dan CSR  untuk membangun reputasi positif dan kepercayaan dari konsumen. Kode etik yang jelas, kepatuhan hukum, dan tanggung jawab sosial yang nyata adalah tiga pilar penting yang membantu perusahaan beroperasi secara etis dan berkelanjutan.

Tiga pilar ini memang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Ketiganya berdiri bersama untuk membangun reputasi positif. Salah satu saja tidak dipenuhi atau dilanggar maka akan mencoreng reputasi.

Berikut ini adalah ketiga pilar tersebut:

  1. Kode Etik
    Kode etik adalah pedoman tertulis yang ditetapkan oleh perusahaan untuk mengatur perilaku karyawan dan manajemen. Ini mencakup norma-norma, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip yang diharapkan agar diikuti oleh semua anggota organisasi, termasuk dalam hal integritas, transparansi, dan keadilan.

Ketidakpatuhan terhadap kode etik dapat merusak reputasi perusahaan, yang berdampak pada kepercayaan konsumen dan pemangku kepentingan. Contoh: Skandal yang terkait dengan pelanggaran etika atau perilaku bisnis yang tidak jujur dapat menyebabkan pelanggan beralih ke pesaing yang dianggap lebih etis.

  1. Kepatuhan Hukum

Kepatuhan hukum mengacu pada pemenuhan semua aturan dan peraturan yang berlaku di negara atau wilayah tempat perusahaan beroperasi. Hal ini mencakup hukum perlindungan konsumen, ketenagakerjaan, lingkungan, dan perpajakan. Kepatuhan hukum adalah bagian penting dari reputasi dan tanggung jawab sosial perusahaan. Ketidakpatuhan terhadap hukum dapat mengakibatkan denda, tuntutan hukum, dan sanksi dari pihak berwenang. Ini dapat menguras sumber daya keuangan perusahaan.

Contoh: Perusahaan yang tidak mematuhi regulasi lingkungan dapat dikenai denda yang besar dan dikenai tindakan hukum.

  1. Tanggung Jawab Sosial
    Tanggung Jawab Sosial Perusahaan/ Company Social Responsiblity (CSR) mencakup berbagai kegiatan dan inisiatif yang dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan. CSR bisa meliputi program pendidikan, konservasi lingkungan, dukungan untuk komunitas lokal, dan pengurangan jejak karbon.

Karyawan mungkin kehilangan motivasi dan kepuasan kerja jika mereka merasa perusahaan tidak beroperasi secara etis atau tidak peduli terhadap tanggung jawab sosial. Contoh: Lingkungan kerja yang buruk dapat meningkatkan tingkat turnover karyawan, yang berdampak pada kinerja dan produktivitas.

Kerugian akan terjadi karena perusahaan yang tidak menerapkan CSR mungkin kehilangan kesempatan untuk bermitra dengan organisasi lain atau memperoleh kontrak dari klien yang fokus pada tanggung jawab sosial. Contoh: Client yang memiliki kepedulian tinggi terhadap isu sosial atau lingkungan mungkin tidak akan bekerja sama dengan perusahaan yang dianggap tidak memiliki keberlanjutan.

Tanpa menerapkan tanggung jawab sosial, perusahaan dapat berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan dan isu sosial lainnya, seperti eksploitasi tenaga kerja.

Siapa yang Bertanggungjawab?

Manajemen Eksekutif adalah orang yang memimpin dan mengawasi penerapan kode etik, kebijakan CSR, dan kepatuhan hukum di seluruh organisasi. Menetapkan visi dan nilai-nilai perusahaan, dengan menekankan pentingnya etika dan tanggung jawab sosial sebagai bagian dari budaya perusahaan.

Selanjutnya Departemen Sumber Daya Manusia (SDM) bertanggung Jawab mengembangkan dan menerapkan kebijakan yang berkaitan dengan kode etik dan pelatihan etika bagi karyawan. Juga memastikan karyawan memahami dan mengikuti kode etik, serta menangani masalah yang terkait dengan pelanggaran.

Sebaiknya perusahan juga memiliki Departemen Hukum atau Kepatuhan untuk memastikan bahwa perusahaan mematuhi semua hukum dan regulasi yang berlaku serta memberikan nasihat hukum terkait kebijakan dan praktik perusahaan. Selain itu juga dapat menilai risiko hukum dan menyediakan pelatihan mengenai kepatuhan bagi karyawan.

Departemen CSR atau Komunikasi Korporat diperlukan untuk merencanakan dan mengimplementasikan inisiatif CSR yang sesuai dengan nilai perusahaan dan kebutuhan Masyarakat. Setelah itu juga bertanggung jawab mengkomunikasikan upaya CSR kepada pemangku kepentingan dan masyarakat umum.

Tim Audit Internal yang akan melakukan audit berkala untuk memastikan bahwa perusahaan mematuhi kode etik, peraturan hukum, dan kebijakan CSR. Memberikan umpan balik kepada manajemen tentang efektivitas kebijakan dan praktik yang ada serta merekomendasikan perbaikan.

Contoh Perusahaan Global

Banyak perusahaan baik international maupun perusahaan lokal memiliki ketaatan dalam menjalankan ketiga pilar ini. Mari kita telaah beberapa contoh perusahaan global dalam penerapan ketiga pilar di atas.

  1. Unilever
    • Kode Etik: Unilever memiliki kode etik yang jelas dan komprehensif, mencakup standar perilaku untuk semua karyawan di seluruh dunia.
    • Kepatuhan Hukum: Perusahaan ini mematuhi hukum di setiap negara operasionalnya dan memiliki sistem untuk memastikan kepatuhan terhadap hukum yang berlaku.
    • Tanggung Jawab Sosial: Unilever terlibat dalam berbagai inisiatif CSR, termasuk program keberlanjutan seperti “Sustainable Living Plan” yang berfokus pada pengurangan limbah dan emisi karbon.
  2. Patagonia
    • Kode Etik: Patagonia dikenal dengan pendekatan etis dalam bisnisnya, memastikan transparansi dalam rantai pasokan dan prinsip perlindungan lingkungan.
    • Kepatuhan Hukum: Perusahaan ini mematuhi semua peraturan lingkungan dan bekerja untuk melindungi hak asasi manusia di dalam rantai pasokan mereka.
    • Tanggung Jawab Sosial: Patagonia berkomitmen pada pelestarian lingkungan dan menyumbangkan persentase dari penjualannya untuk organisasi yang berfokus pada lingkungan.
  3. Microsoft
    • Kode Etik: Microsoft memiliki kode etik yang mengatur perilaku bisnis yang etis dan integritas di dalam perusahaan.
    • Kepatuhan Hukum: Perusahaan ini memiliki sistem untuk memastikan kepatuhan terhadap hukum di seluruh operasi globalnya.
    • Tanggung Jawab Sosial: Microsoft memiliki banyak program CSR, termasuk inisiatif pendidikan dan pelatihan untuk mendukung masyarakat serta investasi dalam teknologi yang berkelanjutan.

Contoh Perusahaan Lokal Indonesia

  1. Sampoerna
    • Kode Etik: Sampoerna menerapkan kode etik yang ketat untuk karyawan dan manajernya, menekankan pada integritas dan kepatuhan.
    • Kepatuhan Hukum: Perusahaan memastikan bahwa semua operasionalnya mematuhi hukum yang berlaku di Indonesia, termasuk regulasi terkait industri rokok.
    • Tanggung Jawab Sosial: Sampoerna memiliki program CSR yang kuat yang mendukung pendidikan, kesehatan, dan pengembangan masyarakat.
  2. Bank Mandiri
    • Kode Etik: Bank Mandiri menggunakan kode etik yang menjelaskan nilai-nilai perusahaan dan perilaku yang diharapkan dari karyawan.
    • Kepatuhan Hukum: Bank ini mematuhi semua peraturan keuangan dan perbankan di Indonesia.
    • Tanggung Jawab Sosial: Melalui program CSR, Bank Mandiri berinvestasi dalam pengembangan komunitas, pendidikan, dan program lingkungan.
  3. Danone Indonesia
    • Kode Etik: Danone menerapkan kode etik yang menekankan integritas, kesehatan, dan keberlanjutan dalam produk dan layanan mereka.
    • Kepatuhan Hukum: Perusahaan ini menjaga kepatuhan terhadap undang-undang makanan dan kesehatan yang berlaku.
    • Tanggung Jawab Sosial: Danone berpartisipasi dalam program sosial dan lingkungan, termasuk kampanye “One Planet. One Health,” yang fokus pada kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Dampak negatif dari ketidakpatuhan terhadap kode etik, tanggung jawab sosial, dan kepatuhan hukum dapat merugikan perusahaan secara signifikan, baik secara finansial maupun reputasi. Oleh karena itu, penting bagi semua bagian dalam perusahaan untuk berkolaborasi dan mengambil tanggung jawab sesuai dengan peran mereka dalam memastikan bahwa ketiga pilar ini diterapkan dengan baik.