(Business Lounge Journal – Global News)
7-Eleven, jaringan toko serba ada global yang berbasis di Jepang, mengumumkan langkah besar dalam strategi bisnisnya dengan memisahkan operasi toko di Amerika Utara menjadi perusahaan terdaftar yang terpisah. Keputusan ini diambil sebagai bagian dari upaya untuk memberikan lebih banyak kemandirian kepada operasional toko di AS dan melindungi perusahaan dari upaya pengambilalihan senilai $47 miliar oleh Alimentation Couche-Tard, pemilik jaringan Circle K asal Kanada.
Dalam pengumuman yang disampaikan pada hari Kamis, 7-Eleven juga mengungkapkan rencana pembelian kembali saham senilai $13 miliar serta penunjukan CEO pertama asal Amerika, Stephen Hayes Dacus, yang sebelumnya merupakan eksekutif di Walmart. Langkah ini dipandang sebagai strategi untuk meningkatkan nilai bagi para pemegang saham dan mencegah upaya akuisisi yang tidak diinginkan.
Menurut laporan The Wall Street Journal , pemisahan ini bertujuan untuk memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada unit bisnis di Amerika Serikat agar dapat beradaptasi lebih cepat dengan pasar ritel yang terus berkembang. Dengan kebijakan ini, diharapkan pertumbuhan bisnis dapat dipercepat, terutama dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat di industri toko serba ada.
Dalam beberapa tahun terakhir, Alimentation Couche-Tard telah mencoba beberapa kali untuk mengakuisisi 7-Eleven, dengan tawaran terbaru mencapai $47 miliar. Menurut Financial Times, upaya ini tidak hanya didorong oleh ekspansi bisnis semata, tetapi juga oleh ambisi Couche-Tard untuk memperkuat posisinya di pasar Amerika Utara dengan menggabungkan jaringan ritel terbesar di wilayah tersebut. Selain itu, beberapa analis melihat langkah ini sebagai strategi bagi Couche-Tard untuk memperluas portofolio mereka di luar Kanada dan Eropa, menciptakan dominasi lebih besar di sektor ritel global.
Sementara itu, menurut Bloomberg , pembelian kembali saham senilai $13 miliar yang diumumkan 7-Eleven bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan investor dan menstabilkan harga saham di tengah spekulasi pasar. Strategi ini sering digunakan oleh perusahaan besar untuk menunjukkan keyakinan terhadap prospek jangka panjang mereka serta memberikan insentif bagi para pemegang saham yang ada. Beberapa investor institusional yang memiliki saham di perusahaan induk 7-Eleven, Seven & i Holdings, menyatakan dukungan mereka terhadap langkah ini karena dapat memberikan dampak positif pada nilai perusahaan secara keseluruhan.
Stephen Hayes Dacus, yang baru saja ditunjuk sebagai CEO, membawa pengalaman luas dalam strategi ritel dan manajemen operasional dari Walmart. Penunjukan ini menandakan arah baru bagi 7-Eleven dalam upaya meningkatkan daya saing di pasar AS. Dacus diharapkan dapat menerapkan strategi baru yang lebih agresif dalam merespons perubahan perilaku konsumen dan tantangan dalam rantai pasokan. Selain itu, kepemimpinannya juga diharapkan mampu menciptakan efisiensi operasional yang lebih baik serta memperkuat hubungan dengan pemasok dan mitra bisnis.
Menurut Nikkei Asia , langkah pemisahan operasi AS dari perusahaan induk di Jepang juga mencerminkan perbedaan dinamika pasar antara Asia dan Amerika Utara. Di Jepang, pasar toko serba ada lebih fokus pada teknologi dan layanan pelanggan, sementara di AS, persaingan terjadi pada skala yang lebih luas dengan berbagai model bisnis yang berbeda. Pemisahan ini memungkinkan masing-masing wilayah untuk lebih fokus pada strategi pertumbuhan yang sesuai dengan kondisi pasar setempat. Beberapa analis memperkirakan bahwa unit bisnis AS akan lebih fleksibel dalam melakukan inovasi tanpa harus bergantung pada kebijakan perusahaan induk di Jepang.
Di sisi lain, menurut Reuters , Couche-Tard masih mempertimbangkan opsi lain untuk memperluas bisnisnya di Amerika Serikat. Meskipun upaya akuisisi terhadap 7-Eleven belum membuahkan hasil, perusahaan asal Kanada ini tetap agresif dalam mencari peluang ekspansi di sektor ritel dan bahan bakar. Couche-Tard juga telah mengajukan berbagai skenario strategi merger dan akuisisi dengan pemain ritel lainnya di Amerika Utara sebagai alternatif dalam memperkuat kehadirannya di pasar yang kompetitif ini.
Analis pasar menilai bahwa langkah yang diambil oleh 7-Eleven merupakan strategi defensif yang cerdas. Dengan memberikan lebih banyak otonomi kepada operasional AS dan meningkatkan nilai bagi pemegang saham melalui pembelian kembali saham, perusahaan dapat memperkuat posisinya di pasar dan mengurangi kemungkinan akuisisi yang tidak diinginkan. Menurut CNBC, beberapa perusahaan ritel besar lainnya telah menerapkan strategi serupa dalam menghadapi ancaman pengambilalihan yang tidak diinginkan, seperti langkah yang dilakukan oleh Walgreens Boots Alliance beberapa tahun lalu.
Meskipun demikian, tantangan tetap ada. Industri ritel terus mengalami perubahan cepat, terutama dengan semakin berkembangnya e-commerce dan layanan pengiriman yang dapat mengurangi ketergantungan pelanggan pada toko fisik. 7-Eleven perlu terus berinovasi dalam model bisnisnya untuk tetap relevan di tengah perubahan tren konsumen. Selain itu, faktor makroekonomi seperti inflasi dan fluktuasi harga bahan bakar juga dapat mempengaruhi operasional perusahaan di berbagai wilayah.
Keputusan 7-Eleven untuk memisahkan unit bisnis AS dan melakukan pembelian kembali saham merupakan langkah strategis yang bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan dan melindungi diri dari akuisisi. Dengan kepemimpinan baru di bawah Stephen Hayes Dacus, perusahaan memiliki peluang untuk memperkuat dominasinya di pasar Amerika Utara dan menghadapi tantangan industri dengan strategi yang lebih fleksibel dan inovatif. Ke depannya, bagaimana 7-Eleven beradaptasi dengan perubahan pasar dan dinamika industri ritel global akan menjadi faktor penentu keberhasilannya dalam mempertahankan dan meningkatkan posisinya sebagai salah satu jaringan toko serba ada terbesar di dunia.

