Benarkah Gula Darah Tinggi Merusak Ginjal?

(Businesslounge Journal-Health) Mekanisme kerusakan ginjal yang terkait dengan gula melibatkan berbagai proses, mulai dari kadar gula darah yang tinggi hingga peradangan dan stres oksidatif. Kontrol yang baik terhadap kadar gula darah, melalui diet yang sehat dan pengobatan yang tepat, sangat penting untuk mencegah kerusakan ginjal terutama pada individu yang berisiko tinggi. Jika ada kekhawatiran tentang kesehatan ginjal atau diabetes, sebaiknya jangan diabaikan dan segera berkonsultasi dengan profesional medis sebelum semakin memburuk.

Mekanisme gula, terutama dalam bentuk glukosa dan fruktosa, dapat berkontribusi pada kerusakan ginjal, terutama pada individu dengan diabetes mellitus atau kondisi terkait.
Berikut adalah cara mekanisme tersebut bekerja:

1. Diabetes dan Kadar Gula Darah Tinggi
• Hiperglikemia: Pada individu dengan diabetes, kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ, termasuk ginjal. Kadar glukosa yang tinggi dalam darah memicu proses patologis yang dapat merusak struktur ginjal

2. Glikosilasi
• Produk Akhir Hasil Glikosilasi (AGEs): Ketika kadar glukosa darah tinggi, glukosa dapat berikatan dengan protein dan lipid dalam proses yang disebut glikosilasi. Hal ini menghasilkan produk akhir hasil glikosilasi (AGEs), yang dapat mengendap di jaringan ginjal dan menyebabkan inflamasi serta kerusakan sel.

3. Stres Oksidatif
• Radikal Bebas: Hiperglikemia juga dapat meningkatkan produksi radikal bebas, yang menyebabkan stres oksidatif. Stres oksidatif dapat merusak sel-sel ginjal (nefron) dan mempengaruhi fungsi ginjal secara keseluruhan.

4. Inflamasi
• Respon Inflamasi: Gula darah yang tinggi dapat memicu respon inflamasi dalam tubuh. Inflamasi kronis ini dapat berkontribusi pada kerusakan jaringan ginjal dan memperburuk kondisi seperti nephropathy diabetik.

5. Gangguan Aliran Darah
• Dampak pada Pembuluh Darah: Kadar glukosa yang tinggi dapat merusak endotelium (lapisan dalam pembuluh darah) dan mempengaruhi aliran darah ke ginjal. Ini dapat menyebabkan penurunan perfusi ginjal dan kerusakan lebih lanjut pada jaringan ginjal.

6. Peningkatan Tekanan Darah
• Hipertensi: Individu dengan diabetes sering kali mengalami hipertensi (tekanan darah tinggi), yang merupakan faktor risiko penting untuk kerusakan ginjal. Gula yang tinggi dalam diet dapat memperburuk hipertensi, dan kondisi ini pada gilirannya dapat merusak ginjal.

7. Inefisiensi Fungsi Ginjal
• Nefropati Diabetik: Peningkatan gula darah jangka panjang dapat mengarah pada nefropati diabetik, suatu kondisi di mana ginjal mengalami kerusakan yang signifikan dan kehilangan fungsi. Ini sering ditandai dengan peningkatan albumin dalam urin sebagai tanda awal kerusakan ginjal.

Kadar HbA1c dan Hubungannya dengan Kerusakan Ginjal
Kadar HbA1c yang tinggi merupakan indikator kontrol gula darah yang buruk selama periode waktu yang lebih lama (biasanya 2-3 bulan terakhir). Kadar HbA1c yang tinggi dapat berkontribusi pada perkembangan komplikasi diabetes, termasuk kerusakan ginjal atau nefropati diabetik.
Kadar HbA1c yang normal bervariasi, tetapi umumnya:
• Normal: Di bawah 5.7%
• Pradiabetes: 5.7% – 6.4%
• Diabetes: 6.5% atau lebih

Tujuan manajemen diabetes bagi banyak pasien adalah menjaga kadar HbA1c di bawah 7% untuk mengurangi risiko komplikasi. Kadar HbA1c yang tinggi adalah tanda kontrol glukosa yang buruk dan dapat menyebabkan kerusakan ginjal dari waktu ke waktu. Menjaga kadar HbA1c dalam batas normal sangat penting untuk mencegah komplikasi diabetes.

Ada beberapa alasan mengapa kadar HbA1c dapat tinggi meskipun kadar glukosa puasa tetap normal:
• Fluktuasi Gula Darah: Kadar glukosa bisa berada dalam rentang normal saat puasa, tetapi bisa melonjak cukup tinggi setelah makan (glukosa postprandial), yang menyebabkan peningkatan kadar HbA1c.
• Resistensi Insulin: Pada kondisi seperti diabetes tipe 2, tubuh mungkin tidak bisa menggunakan insulin dengan baik, menyebabkan badan tidak mengatur glukosa dengan efisien, meskipun kadar glukosa puasa terlihat normal.
• Pola Makan dan Kebiasaan: Diet yang buruk atau asupan karbohidrat tinggi dapat menyebabkan lonjakan glukosa yang tidak terdeteksi saat pengukuran puasa.
• Variabel Individu: Setiap individu memiliki respons yang berbeda terhadap makanan dan stres, yang dapat mempengaruhi kadar gula darah secara keseluruhan.

Target Kadar Gula Darah Penderita Diabetes
Target kadar gula darah dapat bervariasi tergantung pada individu, kondisi kesehatan, dan rekomendasi dokter. Namun, berikut adalah pedoman umum untuk kadar gula darah pada pasien diabetes:

1. Target Kadar Gula Darah untuk Terapi Insulin
– Sebelum makan (puasa): 80-130 mg/dL (4.4-7.2 mmol/L)
– Setelah makan (2 jam setelah makan): kurang dari 180 mg/dL (10 mmol/L)

2. Target HbA1c bagi Penderita Diabetes:
– Umumnya, target HbA1c untuk kebanyakan orang dewasa dengan diabetes adalah di bawah
7% (atau kurang dari 53 mmol/mol).
– Beberapa individu dengan diabetes, seperti mereka yang lebih tua atau memiliki kondisi
kesehatan tertentu, mungkin memiliki target yang lebih lunak, seperti di bawah 8% (64
mmol/mol).

Kontrol yang baik terhadap kadar gula darah, melalui diet yang sehat dan pengobatan yang tepat, sangat penting untuk mencegah kerusakan ginjal terutama pada individu yang berisiko tinggi serta dapat mengurangi risiko komplikasi jangka panjang.

Jangan Lupa Kontrol Fungsi Ginjal
Mengontrol fungsi ginjal pada penderita diabetes sangat penting untuk mencegah atau mendeteksi dini komplikasi yang berhubungan dengan ginjal, seperti penyakit ginjal kronis. Berikut ini adalah beberapa cara untuk memantau dan mengontrol fungsi ginjal:

1. Tes Fungsi Ginjal:
– Tes Kreatinin Darah: Mengukur kadar kreatinin dalam darah untuk menilai fungsi ginjal. Peningkatan kadar kreatinin dapat menunjukkan penurunan fungsi ginjal.
– Estimasi Laju Filtrasi Glomerulus (eGFR): Dihitung berdasarkan umur, jenis kelamin, ras, dan kadar kreatinin darah. eGFR di bawah 60 mL/min/1,73 m² bisa mengindikasikan masalah dengan fungsi ginjal.
– Tes Urin: Menilai adanya protein dalam urin (proteinuria) atau mikroalbuminuria (ada albumin dalam urin), yang merupakan tanda awal kerusakan ginjal.

2. Pengelolaan Gula Darah:
– Mengontrol kadar gula darah dengan baik akan membantu melindungi ginjal. Penting untuk menjaga kadar HbA1c dalam target yang ditentukan dokter.

3. Pengendalian Tekanan Darah:
– Menjaga tekanan darah dalam batas normal (biasanya di bawah 130/80 mmHg) dapat membantu mencegah kerusakan lebih lanjut pada ginjal. Obat-obatan seperti ACE inhibitor atau ARB sering digunakan karena juga memberikan perlindungan bagi ginjal.

4. Diet yang Sehat:
– Konsumsi pola makan yang seimbang, rendah natrium, dan mengurangi asupan protein jika diperlukan. Pembatasan garam dapat membantu mengontrol tekanan darah.

5. Menjaga Berat Badan Ideal:
– Mengelola berat badan dapat membantu dalam pengelolaan diabetes dan tekanan darah, serta mengurangi risiko penyakit ginjal.

6. Olahraga Teratur:
– Aktivitas fisik yang rutin dapat membantu mengontrol gula darah, berat badan, dan tekanan darah, semua faktor yang berpengaruh pada kesehatan ginjal.

7. Pemeriksaan Rutin:
– Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan dengan dokter, termasuk tes fungsi ginjal dan pemantauan komplikasi diabetes lainnya.

8. Hindari Obat yang Berpotensi Merusak Ginjal:
– Konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi obat atau suplemen yang dapat berisiko bagi fungsi ginjal, terutama obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID) dan beberapa antibiotik.

Penderita diabetes sebaiknya bekerja sama dengan tim perawatan kesehatan untuk rutin memantau fungsi ginjal dan mengelola faktor risiko. Deteksi dini dan intervensi yang tepat dapat membantu mencegah kerusakan ginjal yang lebih lanjut. Jika ada gejala seperti bengkak, perubahan jumlah urin, atau perubahan warna urin, segera konsultasikan dengan dokter.