(Business Lounge Journal – Medicine)
Menurut data Global Burden of Disease Study 2017, terdapat sekitar 1,13 miliar orang dewasa yang menderita hipertensi di seluruh dunia. Data ini mencakup pria dan wanita di berbagai negara dan kelompok usia.
Tidak ada data yang spesifik mengenai jumlah penderita hipertensi berdasarkan gender. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan lebih banyak pria yang menderita hipertensi daripada wanita, terutama pada usia dewasa muda. Namun, kondisi ini sering kali berubah dengan bertambahnya usia, dan setelah menopause, wanita memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami hipertensi.
Hipertensi adalah kondisi ketika seseorang memiliki tekanan darah yang tinggi dan konstan dalam arteri-arterinya. Tekanan darah terdiri dari tekanan sistolik (tekanan saat jantung berkontraksi) dan tekanan diastolik (tekanan saat jantung beristirahat). Hipertensi terjadi jika tekanan darah sistolik melebihi 130 mmHg atau tekanan diastolik melebihi 80 mmHg.
Ada dua jenis hipertensi yang umum:
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer: Tidak ada penyebab yang jelas dan dapat berkembang secara perlahan-lahan dalam jangka waktu yang lama.
2. Hipertensi sekunder: Memiliki penyebab yang jelas, seperti penyakit ginjal, gangguan hormonal, atau penggunaan obat-obatan tertentu.
Penyebab hipertensi umumnya tidak diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami hipertensi, antara lain:
– Faktor keturunan
– Pola makan yang tidak sehat (tinggi garam, rendah serat)
– Kegemukan atau obesitas
– Kurangnya aktivitas fisik
– Menyiksa diri (stres)
– Konsumsi alkohol berlebihan atau merokok
– Usia lanjut
Hipertensi disebut “silent killer” karena tidak menimbulkan gejala yang jelas pada awalnya. Jika tidak terdeteksi dan dikontrol dengan baik, hipertensi dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, seperti penyakit jantung, gagal jantung, stroke, penyakit ginjal, gangguan penglihatan, dan masalah vaskular lainnya.
Ketika penderita hipertensi juga menderita diabetes, risiko komplikasi kesehatan meningkat secara signifikan. Kombinasi diabetes dan hipertensi dapat merusak pembuluh darah mikro dan makro dalam tubuh, meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan masalah vaskular lainnya.
Berikut adalah 10 tips penanganan hipertensi di rumah, termasuk pola makan yang dapat membantu mengendalikan tekanan darah:
1. Batasi konsumsi garam
2. Tingkatkan konsumsi buah-buahan, sayuran, dan kacang-kacangan yang kaya akan serat, vitamin, dan mineral
3. Pilih makanan rendah lemak jenuh dan kolesterol
4. Batasi konsumsi alkohol
5. Hindari merokok
6. Perbanyak aktivitas fisik dengan rutin berolahraga
7. Mengelola stres dengan metode relaksasi seperti meditasi atau yoga
8. Pertahankan berat badan yang sehat
9. Hindari makanan olahan yang tinggi kandungan garam dan lemak jenuh
10. Minum cukup air putih setiap hari
Jika tekanan darah tinggi terus terjadi meskipun telah mengikuti langkah-langkah perubahan gaya hidup dan penanganan di rumah, sebaiknya segera menghubungi dokter untuk evaluasi lebih lanjut dan mungkin memerlukan pengaturan pola makan dan obat-obatan yang tepat.
Photo by Mockup Graphics