(Business Lounge Journal – News and Insight)
AC Ventures (ACV) bersama dengan Boston Consulting Group (BCG) baru saja merilis report komprehensif mengenai sektor fintech yang terus berkembang pesat di Indonesia. Laporan yang berjudul “Indonesia Fintech Industry is A Sleeping Giant Ready to Rise” ini, menjabarkan pertumbuhan teknologi keuangan di Indonesia dimulai sejak awal munculnya startup fintech dan ekonomi digital lokal pada tahun 2021 sampai tahun 2022.
Hal ini juga mencakup perkembangan segmen pembayaran (payments), pinjaman (lending) dan juga wealthtech sebagai kekuatan utama dalam ekosistem fintech yang ada di Indonesia saat ini.
Patut diakui bahwa pertumbuhan jumlah pemain fintech di Indonesia sangat luar biasa sebab berhasil tumbuh lebih dari 600% dalam satu dekade terakhir ini. Dari 51 pada tahun 2021 hingga menjadi 334 pada tahun 2022.
Semula, pertumbuhan sektor fintech ini didorong oleh segmen pembayaran. Tetapi, saat ini lanskap fintech di Indonesia terus semakin beragam sehingga tidak hanya pembayaran, melainkan juga pinjaman dan wealtchtech. Hal ini pun dinilai menjadi industri yang sangat menjanjikan di masa depan. Tidak berhenti sampai di sini, kemunculan segmen baru di sektor finctech, seperti software as a service (SaaS) dan insurtech juga semakin menunjukkan bahwa fintech Indonesia memang semakin kuat dan melaju ke produk dan layanan yang lebih canggih.
Patut diakui bahwa pertumbuhan fintech yang cukup besar ini memang mengalami lonjakkan dalam keterlibatan pelanggan (customer engagement) di Indonesia. Dalam segmen pembayaran, tercatat lebih dari 60 juta pengguna aktif pada tahun 2020 dan diperkirakan tingkat CAGR akan tembus di angka 26% sampai tahun 2025.
Pada pemberian pinjaman, tercatat lebih dari 30 juta akun aktif peminjam peer-to-peer di tahun 2021 saja. Sedangkan di tahun 2022, segmen wealthtech memiliki lebih dari 9 juta investor ritel. Untuk platform SaaS, telah 6 juta UMKM saat ini yang menggunakannya. Ini berarti telah mewakili ekspansi 26 kali lipat sejak tiga tahun sebelumnya.
Namun tren investasi telah menunjukkan diversifikasi pasar fintech di Indonesia, sehingga dapat dikatakan segmen pemberian pinjaman juga pembayaran tidak lagi menjadi yang utama. Walaupun, keduanya tetap dianggap penting. Tetapi tercatat terjadi peningkatan investasi pada insurtech, wealthtech, dan fintech SaaS.
Bukti perkembangan pesat pasar fintech nampak dari kehadiran para pemain baru, sedangkan pemain yang terdahulu pun berkembang semakin mapan. Pendanaan dalam pasar ini ditentukan berdasarkan tingkat kematangan dalam operator atau vertikal. Pada tahap awal (early-stage funding), dana yang diterima lebih dari 80% dari total modal yang di berikan sebagai investasi. Terhitung pendanaan yang disalurkan sejak tahun 2020 sampai 2022 sudah mencapai US$5,4 miliar atau 2,7 kali lebih banyak dari periode 2017-2019. Pada pendaan seri D+ ini, maka pertumbuhan dan monetisasi pun menjadi fokus utama.
Nyata benar bahwa sekarang investor kini terus mencari jalur yang tepat menuju profitabilitas sebelum mencapai seri D. Sedangkan lebih dari 80% kesepakatan pendanaan di sektor fintech yang terjadi sejak tahun 2020 – 2022 ada pada pendanaan awal sebelum mencapai seri C. Sehingga terbukti adanya dukungan kuat pada inovasi tahap awal.
Hadir dalam rilis report ini, Sumit Kumar, Managing Director & Partner di Boston Consulting Group. Ia mengatakan, “Seperti yang ditunjukkan oleh analisis komprehensif kami, industri fintech di Indonesia sedang booming, dan menunjukkan potensi pertumbuhan yang luar biasa dari ekonomi digital negara ini.” Sumit juga menambahkan bahwa saat ini adalah waktu yang menarik untuk inovasi yang dipimpin oleh kebutuhan pelanggan, kolaborasi antara pemain fintech dan lembaga keuangan tradisional, badan regulasi, dan visi regulasi.
Selain itu, hadir juga dalam diskusi singkat Helen Wong – Managing Partner AC Ventures, Dima Djani – Founder & CEO ALAMI, dan Jonathan Bryan – Chief Platform Officer KoinWorks.