(Business Lounge Journal – News and Insight) Secara sederhana untuk mengidentifikasikan tahun kabisat maka selalu identik dengan tahun yang habis bila dibagi 4 atau tahun yang memiliki tanggal 29 Februari. Ya, demikian memang. Untuk mengorbit matahari, maka bumi membutuhkan waktu persis 365.2422 hari, tetapi kalender Gregorian hanya memiliki 365 hari. Oleh karena itu, untuk menjaga kalender dan jam akan tetap sinkron dengan perputaran bumi serta musim, maka ditambahkanlah lompatan detik atau yang dikenal dengan leap seconds dan lompatan tahun yang dikenal dengan leap years. Sehingga pada tahun kabisat, jumlah hari pun menjadi 366 hari.

Namun tidak semua tahun yang kelipatan 4 disebut tahun kabisat, sebab tahun yang kelipatan 100 (seperti 1700, 1800, atau 1900) tidak termasuk tahun kabisat, kecuali kelipatan 400 (seperti 1600 atau 2000). Hal ini dikarenakan menurut Kalender Gregorian pada 1582, untuk mencegah terjadinya kesalahan lagi, maka diperintahkan bahwa, dalam setiap 400 tahun, hari ekstra tahun kabisat harus dihilangkan sebanyak tiga kali. Untuk menjalankan hal ini secara teratur, menghilangkan hari terakhir pada bulan Februari pada tahun yang seratus dua digit pertama tidak dapat dibagi oleh empat tanpa sisa satu. Jadi, itu dihilangkan dalam 1700, 1800, 1900, tapi tidak akan dihilangkan pada tahun 2000.

Tanggal 29 Februari nan Spesial
Pada kalender Roma yang digunakan sebelum masa Julius Caesar, semula semua bulan memiliki 30 atau 31 hari. Pada waktu itu satu tahun hanya terdiri dari 10 bulan yang dimulai pada bulan Maret (martius), tetapi kemudian Kaisar Romawi, Julius memasukkan bulan Januari dan Februari menjadi dua bulan terakhir dalam satu tahun dengan jumlah hari untuk bulan ganjil sebanyak 31 hari dan bulan genap sebanyak 30 hari. Sehingga bulan Februari sebagai bulan yang terakhir hanya memiliki 29 hari.
Namun demikian ada banyak kebingungan yang terjadi untuk dapat melakukan sinkronisasi kalender hingga pada zaman Julius Caesar (46SM), seorang ahli astronomi, Sosigenes memperkenalkan leap years yaitu dengan menambahkan satu hari pada setiap 4 tahun dan jatuh pada bulan yang terakhir yaitu bulan Februari.
Tetapi, ketika Kaisar Agustus memerintah, karena ia berulang tahun pada bulan Agustus, maka ia menambahkan satu hari pada bulan itu dan memperpendek bulan Februari sehingga hanya memiliki 28 hari dan pada waktu leap year menjadi 29 hari.
Namun demikian oleh karena perputaran bumi pun bukanlah sebuah angka yang bulat, maka diperkirakan pada waktu yang panjang akan dibutuhkan penyesuaian lagi.

Para Leaplings
Mereka yang lahir pada tanggal 29 Februari dikenal dengan istilah leaplings. Namun sayangnya pada umumnya tidak terdapat pilihan tanggal 29 Februari pada saat seseorang diminta memasukkan identitas diri ketika hendak mendaftar pada sebuah website. Para leaplings hanya dapat merayakan ulang tahunnya tepat pada hari kelahirannya setiap 4 tahun sekali. Selain itu di beberapa negara mereka harus menunggu hingga tanggal 1 Maret untuk dinyatakan berhak untuk sesuatu yang terkait masalah usia. Bahkan karena keuinikan ini maka dibentuklah perkumpulan bagi mereka yang lahir para tanggal 29 Februari dengan nama “Honor Society of Leap Year Day Babies”. Seperti pernah dilansir oleh telegraph, kesempatan seorang bayi dilahirkan pada tanggal 29 Februari adalah 1 : 1,461 dan hingga kini ada 4,1 juta orang di seluruh dunia yang lahir pada tanggal tersebut.
Beberapa Tradisi Leap Year
Tanggal 29 Februari memang sangat spesial sehingga bagi beberapa negara ada tradisi tersendiri pada hari tersebut. Sebuah kisah dimulai pada abad ke-5 saat seorang biarawati dari Irlandia, St Bridget bertanya kepada St Patrick bagaimana kaum wanita sering kali harus menunggu lama untuk dilamar. Lalu kemudian St Patrick mengusulkan supaya setiap wanita diberi kesempatan dapat mengajukan pertanyaan setiap 4 tahun sekali. Tradisi ini pun semakin umum sejak abad ke-19, bahkan di Skotlandia seorang pria yang menolak permintaan seorang wanita pada leap day harus memberikan ganti rugi. Pada waktu itu, si wanita pun wajib mengenakan celana atau rok berwarna merah.
Di Denmark, jika seorang pria ternyata menolak sebuah permintaan maka mereka harus memberikan si wanita 12 pasang sarung tangan dan di Finlandia hukumannya adalah memberikan kain untuk rok.
Selain itu beberapa perayaan dan parade juga diadakan pada tanggak ini di beberapa tempat.
citra/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana
Image : cheapsally,

