(Business Lounge – Global News) Polusi udara telah membunuh 3,3 juta orang setiap tahunnya di seluruh dunia. Menurut sebuah studi baru yang cukup mengejutkan ini, pertanian memainkan peranan besar dalam menghasilkan kabut asap dan abu yang dapat mematikan di negara-negara industri.
Para ilmuwan di Jerman, Siprus, Arab Saudi, dan Harvard University menghitung perkiraan paling detail dari korban polusi udara, dan melihat apa yang menyebabkannya. Penelitian ini juga memproyeksikan bahwa jika kecenderungan tidak berubah, total kematian tahunan akan bertambah dua kali lipat menjadi sekitar 6,6 juta per tahun pada tahun 2050. Penelitian yang diterbitkan pada hari Rabu lalu (16/9) di jurnal Nature, menggunakan statistik kesehatan dan model komputer.
Lebih Mematikan dari Penyakit Mematikan
Pemimpin penulisan jurnal Jos Lelieveld dari Max Planck Institute, mengatakan bahwa sekitar tiga perempat dari kematian diakibatkan oleh stroke dan serangan jantung. Polusi udara adalah pemicu paling umum terhadap penyakit jantung, stroke, atau penyakit paru-paru yang disebut penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Hal ini juga terkait dengan kematian akibat kanker paru-paru dan infeksi saluran pernapasan akut.
Sekitar 6% dari semua kematian global yang terjadi sebelum waktunya disebabkan oleh paparan polusi udara ambien. Jumlah ini lebih tinggi dari yang para ahli perkirakan sejak 10 tahun yang lalu.
Lelieveld mengatakan bahwa polusi udara membunuh lebih banyak orang dari HIV dan malaria. Dengan hampir 1,4 juta kematian per tahun, Tiongkok memiliki korban polusi udara paling banyak, diikuti oleh India dengan 645.000 korban dan Pakistan dengan 110.000 jiwa. Amerika Serikat, mengalami 54.905 kematian di tahun 2010 yang dikarenakan abu dan asap, menempati peringkat ketujuh tertinggi untuk kematian yang disebabkan polusi udara.
Mengukur Dampak dari Polusi Udara
Menghitung kesehatan dan kematian efek dari polusi udara di luar ruangan pada skala global tidaklah mudah, sebagian karena kualitas udara tidak dimonitori di setiap daerah dan toksisitas partikel bervariasi tergantung pada sumber mereka.
Oleh karena itu di dalam studi ini, tim Lelieveld mengabungkan model kimia atmosfer global dengan data kependudukan dan statistik kesehatan untuk memperkirakan kontribusi relatif dari berbagai jenis polusi udara luar, terutama dari apa yang disebut masalah partikulat hingga kematian dini.
Hasil penelitian mereka juga menunjukkan bahwa di India dan Tiongkok, misalnya, emisi dari pemanasan dan memasak, memiliki angka kematian terbesar, sementara di sebagian besar Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya, emisi dari lalu lintas, dan pembangkit listrik menjadi penyebab utama.
Pertanian Menjadi Faktor Utama???
Sesuatu yang tidak lazim adalah bahwa penelitian mengatakan bahwa pertanianlah yang menyebabkan kematian sebesar 16.221 orang, penyebab kedua setelah kematian sebanyak 16.929 jiwa yang diakibatkan oleh pembangkit listrik.
Di bagian timur Amerika Serikat dan di Eropa, Rusia dan Asia Timur, emisi pertanian adalah sumber terbesar dari jenis partikel halus yang masuk ke paru-paru manusia, yang dapat menyebabkan penyakit, cacat, dan kematian.
Oliver Wild, seorang ilmuwan atmosfer di Lancaster University Inggris, mengatakan bahwa hasil penelitian tersebut mengembalikan permasalahan kebutuhan untuk pengendalian kualitas udara, terutama pada bagian yang padat penduduk seperti Asia.
Dibutuhkannya Pengendalian Kualitas Udara
Peningkatan efektivitas pengendalian polusi udara akan membutuhkan pemahaman yang mendalam mengenai toksisitas partikel dari berbagai sumber emisi.
Profesor Michael Jerrett, dari University of California, Berkeley yang juga adalah seorang ahli kesehatan lingkungan yang diakui secara internasional, meneliti studi tersebut dan menganggapnya sebagai sesuatu yang ‘mengejutkan’. Ia juga menambahkan bahwa permasalahan ini seharusnya juga melibatkan para pembuat kebijakan.
Dia mengatakan bahwa temuan Lelieveld dan timnya menunjukkan sekitar satu juta jiwa dapat diselamatkan setiap tahun dengan mengurangi paparan lingkungan polusi. Ia menambahkan bahwa lebih dari 3,54 juta jiwa per tahun bisa diselamatkan dengan menurunkan eksposur dari dalam ruangan dari sumber yang sama terutama melalui perubahan dalam penggunaan energi komersial dan perumahan.
Dia mengatakan mengintensifkan penggunaan bahan bakar bersih akan dapat mengurangi kematian yang diakibatkan oleh paparan polusi udara, baik di dalam ruangan maupun di luar, dan harus menjadi prioritas di Asia dan daerah lain yang mengandalkan bahan bakar padat.
Alvin Wiryo Limanjaya/VMN/BL/Contributor
Editor: Ruth Berliana