(Business Lounge – Global News) Harga minyak dunia memang sedang mengalami penurunan terus menerus selama beberapa waktu ini dan berdampak kepada perusahaan-perusahaan minyak dunia termasuk Royal Dutch Shell.
Perusahaan raksasa minyak dunia ini memang sedang melakukan restrukturisasi untuk dapat tetap survive dalam situasi saat ini, salah satunya dengan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atas 6.500 pegawainya. Perusahaan peringkat 4 minyak dan gas di dunia ini terpaksa melakukan hal tersebut berupaya untuk mengantisipasi pengaruh jangka panjang akibat penurunan harga minyak serta melakukan penghematan biaya produksi. PHK yang dilakukan ini sudah mengurangi biaya produksi perusahaan yang mencapai £4 miliar atau sekitar 84 triliun rupiah. PHK ini akan berlaku untuk para staf dan kontraktor Royal Dutch Shell di seluruh dunia.
Dilansir dari The New York Times, perusahaan ini mendapatkan laba sebesar US$ 3,4 miliar di kuartal kedua tahun ini yang berarti mengalami penurunan sebesar 35% dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu sebesar US$ 6,1 miliar. Perusahaan minyak yang berpusat di Den Haag, Belanda ini juga memprediksikan bahwa penurunan harga minyak kali ini akan berlangsung selama beberapa tahun ke depan. Sejak Juni tahun lalu saja, harga minyak mentah sudah jatuh dalam kisaran harga US$50 per barrel menurun dari US$110 pada tahun lalu.
Restrukturasi yang dilakukan Shell juga sebagai bagian dari aksi korporasi perusahaan tersebut dalam akuisisi. Shell juga merencanakan akuisisi terhadap BG Group, perusahaan saingannya dari Inggris sebesar US$ 73 miliar sebagai bentuk konsolidasi kedua perusahaan yang sedang mengalami penurunan harga minyak yang besar tersebut. Selain itu, Shell juga telah menjual 33% saham atas kepemilikan Showa Shell di Jepang ke Idemitsu, sebuah kelompok usaha petrokimia di Jepang yang dihargai sebesar US$ 1,4 miliar. Sebelumnya di tahun 2014 – 2015, Shell juga telah menjual aset perusahaan mereka sebesar US$20 miliar dan rencananya mereka akan menjual aset perusahaan lagi di tahun 2016 – 2018 yang dinilai sebesar US$30 miliar.
CEO Royal Dutch Shell, Ben van Beurden mengatakan, “Kami harus bertahan di dunia dimana harga minyak bumi akan terus menurun untuk beberapa waktu, sementara kami terus melihat adanya kemungkinan pemulihan yang kami percaya akan datang nantinya.” dikutip dari BBC. Investor Shell tampaknya bereaksi dengan baik mengenai rencana pengurangan biaya produksi Shell, terlihat dengan adanya kenaikan harga saham Shell sebesar 4% di London setelah pengumuman pengurangan biaya. Shell juga akan memastikan bahwa pihaknya membayar dividen kepada para pemegang sahammnya. PHK yang dilakukan Shell ternyata juga diikuti oleh serangkaian perusahaan minyak lainnya. Baru-baru ini perusahaan minyak asal Amerika Serikat, Chevron juga memutuskan untuk melakukan PHK sebanyak 1.500 terhadap pegawainya sebagai langkah untuk mengurangi biaya produksi, sementara Centrica PLC juga mengungkakan bahwa perusahaannya juga akan melakukan PHK sebanyak 6.000.
Chintya Indah/VMN/BL/Contributor
Editor: Ruth Berliana