(Business Lounge – Global News) Nestlé sedang mengalami tantangan besar di India. Setelah berkiprah selama lebih dari 100 tahun di negeri Anak Benua ini, baru kali ini Nestlé mengalami hambatan yang sedemikian besar. Regulator makanan India pada bulan lalu telah menginstruksikan untuk memblokir penjualan mie instan Maggie yang populer di India dengan tuduhan kandungan timbal yang tinggi pada mie instant tersebut, demikian dikatakan Suresh Narayanan baru Jumat (24/7) lalu terbang ke India untuk menjadi managing director Nestlé berikutnya untuk India, demikian seperti dilansir oleh WSJ. Perusahaan makanan terbesar di dunia ini pun tengah memperjuangkan nasibnya di pengadilan India.
Narayanan mengatakan bahw ia sedang berupaya untuk membangun kembali brand perusahaan tersebut “bata demi bata, konsumen oleh konsumen dan karyawan-by-karyawan”, demikian digambarkannya. “Kami bisa mengatasi,” demikian dikatakan Narayanan dengan yakin seperti dilansir oleh WSJ. “Kami ingin mengatakan ini kepada jutaan konsumen,” ia pun melanjutkan.
Bayangkan saja, keuntungan yang diperoleh dari penjualan mie instan ini digambarkan sebagai satu dari lima dolar yang dihasilkan perusahaan di India ini. Sehingga wajar saja jika mie instan ini menjadi produk yang terlaris. Meskipun Nestlé membantah temuan regulator pada bulan lalu, namun perusahaan tetap menarik jutaan paket mie instan dari rak-rak toko dan menghancurkannya. Untuk hal ini perusahaan pun kehilangan USD 50 juta atau sekitar 650 miliar rupiah.
Membangun Kepercayaan Masyarakat
Sekarang Narayanan bertugas untuk mendapatkan kembali kepercayaan konsumen dan menghidupkan kembali kepercayaan karyawan Nestlé, yang telah berkecil hati oleh karena kejadian yang telah memukul reputasi merek ini. Pada saat yang sama, ia mengatakan ia ingin menghidupkan kembali bisnis Nestle di India, yang telah mengalami perjuangan bahkan sebelum dilakukannya penarikan mie instan. Tahun lalu, perusahaan telah mencatat pertumbuhan terendah dalam lebih dari satu dekade.
Manfaatkan Media Sosial dan Pemimpin Berdarah India
Setelah terjadinya pemblokiran oleh regulator, semula perusahaan memilih untuk diam hingga kemudian Chief Executive Paul Bulcke terbang ke New Delhi untuk mengadakan konferensi pers. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa tindakan itu sedikit terlambat. Namun itu tidak mematahkan keinginan perusahaan untuk membersihkan nama baiknya. Narayanan pun memutuskan untuk mengambil pendekatan sedikit lebih agresif dari pendahulunya, karena ia ingin Nestlé dapat langsung berkomunikasi lebih banyak dengan konsumen.
Karena itu Nestlé memutuskan untuk menggunakan iklan dan media sosial, serta pengadilan, untuk mencoba memperbaiki reputasinya yang telah rusak dan meredam ketakutan yang telah merebak pada masyarakat India.
Narayanan mengatakan bahwa perusahaan berencana untuk mengkampanyekan kembali pesan bahwa produknya aman dengan menggunakan iklan serta media sosial. Dia juga berencana untuk menjangkau para pemangku kepentingan perusahaan lainnya, termasuk pekerja di pabrik-pabrik mie yang saat ini ditutup dan pemasok serta distributor yang menjadi menganggur akibat diblokirnya mie Maggi.
Narayanan, yang berdarah India, memang telah diputuskan untuk menggantikan Etienne Benet, yang bukan seorang India dengan pertimbangan bahwa Narayanan dipandang dapat berkomunikasi dengan baik dengan pemerintah India yang dipandang selalu memiliki kecurigaan dengan perusahaan asing, demikian seperti dilansir oleh WSJ.
“Saya memiliki beberapa kredibilitas di India. Saya tahu di mana saya berada,” demikian dikatakan Narayanan.
citra/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana
Image : nestle