(Business Lounge – Global News) Pemerintah Yunani berharap rakyatnya mendukung memilih ‘tidak’ pada referendum yang akan diadakan pada Minggu (5/7) mendatang. Apabila suara untuk ‘tidak’ memenangkan referendum maka Yunani pun akan menolak pemberian bailout dari para kreditur Uni Eropa.
Pemerintah Yunani menolak pemberian bailout oleh karena adanya persyaratan yang diberikan Eropa apabila Yunani menerima pemberian dana ini, yaitu adanya reformasi ekonomi di Yunani, peningkatan pajak, serta pemotongan gaji dan pensiun pegawai negeri. Sedangkan Yunani harus segera membayar hutangnya kepada IMF sebesar 1,6 miliar euro atau sekitar 23 triliun rupiah.
Bila Memilih ‘Ya’
Bila dalam referendum yang akan dilaksanakan Minggu (5/7) maka suara “ya” menjadi suara terbanyak maka berarti pemerintah Yunani akan mengikuti keinginan terbesar rakyat untuk menerima dana bailout dari Eropa yang berarti Yunani pun bersedia mengikuti persyaratan yang telah ditetapkan oleh Eropa yaitu adanya reformasi ekonomi di Yunani. Dengan demikian Yunani harus bersiap untuk adanya peningkatan pajak, pemotongan gaji serta pensiun untuk pegawai negeri. Hal ini jelas akan memberikan dampak yang significant kepada masyarakat.
Bila Memilih ‘Tidak’
Bagaimana bila suara “tidak” menjadi suara terbanyak pada referendum? Menolak bantuan Eropa akan menyebabkan Yunani akan segera kehabisan uang sehingga tidak dapat membayar tumpukan utangnya kepada IMF. Sedangkan PM Prancis Manuel Valls telah memperingatkan pemerintah Yunani bahwa resiko yang dapat terjadi apabila rakyat Yunani mendukung penolakan dana bailout adalah Yunani dapat meninggalkan zona euro. Hal ini berarti Yunani tidak dapat menggunakan mata uang euro lagi sebagai alat tukar di negaranya. sebagai gantinya Yunani harus memberlakukan mata uang Drachma (mata uang Yunani sebelum euro) yang tentu saja masih sangat lemah. Hal ini merupakan sebuah bencana keuangan bagi Yunani. Sampai hari ini Yunani sangat bergantung pada impor untuk mendapatkan sebagian besar barang-barang yang penting.
Tentang Yunani dan Kontribusinya bagi Dunia
Yunani terletak di Eropa tenggara dengan jumlah penduduk mencapai 10,8 juta orang (sensus 2011). Yunani memiliki Athena sebagai ibukotanya juga Thessaloniki sebagai kota terbesar kedua yang disebut sebagai co-capital. Letak Yunani berada di persimpangan Eropa, Asia, dan Afrika sehingga secara posisi terbilang strategis. Delapan puluh persen dari Yunani adalah pegunungan.
Yunani sebenarnya memberikan kontribusi besar bagi dunia. Negara Yunani modern didirikan pada tahun 1830 dengan peradaban Yunani Kuno yang dianggap sebagai cikal bakal semua peradaban Barat. Yunani dikenal sebagai tempat kelahiran demokrasi, filsafat Barat, Olimpiade, literatur Barat, historiografi, ilmu politik, prinsip-prinsip ilmiah dan matematika, serta seni drama Barat. Prestasi budaya dan teknologi dari Yunani telah sangat mempengaruhi dunia, dan telah sampai ke Timur melalui penaklukan Alexander Agung, dan tersebar ke Barat melalui penggabungan Kekaisaran Romawi.
Yunani Mulai Terlilit Hutang
Pada tahun 2001, Yunani bergabung dengan Uni Eropa dan masuk pada masa keemasannya. Kala itu Yunani dipandang memiliki kredensial dan prospek ekonomi yang baik, sehingga ketika pemerintah Yunani mengajukan pinjaman dana maka dengan segera permohonannya disetujui. Hal ini pun mengantarkan Yunani pada kondisi terlilit hutang. Pada tahun 2010, Yunani pun meminta dana bantuan dari tiga organisasi sekaligus, yaitu: Uni Eropa, European Central Bank (ECB), dan International Monetary Fund (IMF), yang kemudian dikenal dengan sebutan Troika. Tidak hanya itu, Yunani pun menerapkan program Austerity yaitu penghematan besar-besaran dengan menaikkan pajak, memotong, dan membekukan pensiun. Hal ini membawa Yunani semakin terpuruk. Pabrik-pabrik yang semula berjaya saat Yunani bergabung dengan Uni Eropa serta proyek-proyek besar kemudian terbengkalai. Pemerintah kemudian melakukan PHK terhadap pegawai-pegawai sektor publik sehingga angka pengangguran pun menaik tajam.
Maka sejak itu mulailah Yunani terjerumus dalam upaya “gali lubang, tutup lubang”dan terus menyeret Yunani pada kondisi resesi dan tidak menemukan jalan keluarnya.
Berjuang Keluar dari Krisis
Di bawah kepemimpinan perdana menteri Alexis Tsipras, pemerintah Yunani berupaya melakukan terobosan dengan menolak dana bantuan Eropa dengan alasan tidak ingin program Austerity yang menyengsarakan masyarakat itu diberlakukan. Hal ini sebenarnya dapat dipandang sebagai langkah nekat sebab Yunani tidak memiliki dana pada kasnya.
Media Yunani mengadakan polling awal untuk referendum ini dan menghasilkan bahwa sebagian besar responden memilih ‘ya’ untuk pemerintah Yunani menerima dana bantuan dari Eropa. Namun hal ini tidka membuat Tsipras mundur, ia tetap mengkampanyekan jawaban ‘tidak’ kepada masyarakat. Dia berharap jawaban ‘tidak’ pada referendum kelak akan memperkuat posisi Yunani dalam perundingan.
citra/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana
Image : Antara