Warga berdiri di dekat sebuah rumah yang ambruk setelah gempa besar mengguncang Kathmandu, Nepal, Selasa (25/4). Gempa dangkal berkekuatan 7,9 Skala Richter mengguncang bagian barat ibukota Kathmandu Sabtu kemarin, menewaskan lebih dari 100 orang, melukai ratusan lainnya, dan menimbulkan asap tebal di atas lembah, kata dokter dan para saksi mata. ANTARA FOTO/REUTERS/Navesh Chitrakar.

Alami Kerusakan Parah, Nepal Butuhkan Bantuan Internasional untuk Recovery

(Business Lounge – Global News) Korban tewas akibat gempa yang terjadi di Kathmandu, Nepal terus bertambah hingga melebihi angka 4000 jiwa. Nepal benar-benar porak poranda dan membutuhkan bantuan. Sebelum terjadinya gempa sekali pun, perekonomian Nepal dapat dikatakan lemah, apalagi saat ini, ketika diestimasikan oleh  The US Geological Survey bahwa biaya yang dibutuhkan untuk merekonstruksi daerah yang terkena gempa tersebut mencapai $ 10 miliar bahkan lebih (setara dengan 130 triliun rupiah) membuat Nepal benar-benar membutuhkan bantuan. Kerusakan yang diderita Nepal memang sangat parah dan cakupan wilayahnya yang cukup luas.

Membutuhkan Bantuan Internasional

“Bantuan bencana dan upaya penyelamatan internasional secara besar-besaran diperlukan dengan sangat mendesak, serta bantuan keuangan dan teknis internasional dalam skala besar untuk rekonstruksi ekonomi jangka panjang,” demikian dituliskan Rajiv Biswas, kepala ekonom Asia-Pasifik untuk IHS seperti dilansir oleh CNN.

Memang ada beberapa hal yang menjadi penyebab banyaknya korban jiwa yang tewas menurut Biswas, standar pembangunan perumahan di Nepal yang masih sangat rendah serta pusat gempa yang terbilang dekat. Biswas juga mengatakan bahwa negara itu memiliki kapasitas yang sangat terbatas untuk memulihkan dan membangun kembali setelah bencana.

Kondisi Perekonomian Nepal

Nepal terletak di pegunungan tinggi antara India dan Tiongkok, ekonomi Nepal menghasilkan hanya $ 20 miliar pada kegiatan per tahun, menjadikannya salah satu negara yang terkecil di dunia. Dengan tahunan PDB per kapita sekitar $ 1.000 (dibandingkan dengan Indonesia: US$3.468 untuk tahun 2013), banyak keluarga yang sudah hidup dalam kemiskinan, dan beberapa mengandalkan dana dari kerabat yang tinggal di luar negeri.

Nepal telah berjuang dalam beberapa tahun terakhir untuk keluar dari perang saudara selama satu dekade antara Maois dan pemerintah, yang berakhir pada tahun 2006. Selain itu monarki Hindu di negara itu telah dihapuskan, tetapi kelumpuhan politik tetap menjadi norma. Nepal adalah peringkat 126 dari 175 negara pada Indeks Persepsi Korupsi Transparency International.

Sektor Pariwisata Nepal

Salah satu titik terang tunggal adalah pariwisata. Menurut Departemen Kebudayaan, Pariwisata dan Penerbangan Sipil, satu pekerjaan yang dihasilkan oleh setiap enam kunjungan wisatawan, dan 138.000 orang bekerja di sektor ini. Kebanyakan wisatawan datang dari India dan Tiongkok, dan banyak yang tertarik mengunjungi kuil Nepal. Pada 2013, hampir 800.000 orang terhitung mengunjungi Nepal dari luar negeri.

Namun, puncak Himalaya tetap menjadi sumber permasalahan dalam industri pariwisata. Pendaki asing membayar perusahaan tur sampai $ 100.000 (setara dengan 1,3 miliar rupiah) untuk kesempatan mendaki Everest. Sebagian biaya mereka disetorkan ke pemerintah, sementara dana lain menjadi milik hotel lokal. Pemandu gunung juga akan mendapatkan sebagian, tapi perselisihan perburuhan telah timbul dalam beberapa tahun terakhir antara pendaki utama dan manajemen. Pada tahun 2014, musim pendakian berakhir setelah sepotong es glasial jatuh pada Everest, melepaskan longsor yang menewaskan 16 orang Nepal yang baru saja selesai beribadah.

Gempa bumi yang melanda pada Sabtu (25/4) lalu memicu longsoran yang menewaskan sejumlah besar pendaki, hilang, terluka, atau terjebak di Everest. Gempa susulan, termasuk yang kuat pada hari Minggu (26/4), terus melonsorkan salju dan batu-batu gunung yang mempersulit upaya penyelamatan.

Meskipun reputasinya sebagai surga gunung, namun industri dominan Nepal masih pertanian. Sekitar 70% dari populasi mendapatkan hidup dari pertanian, dan industri menghasilkan sepertiga kecil ekonomi. Para ekonom melihat potensi sumber daya negara air, yang adalah yang terbaik di dunia. Selain perbaikan pasokan listrik dalam negeri, hyrdopower bisa diekspor ke negara-negara tetangga, termasuk India dan Tiongkok.

uthe/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana
Image: Antara

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x