(Business Lounge – Business Insight) – Hilangnya pesawat bernomor penerbangan QZ8501 milik maskapai Air Asia pada Minggu pagi berdampak pada turunnya saham Air Asia 7,8% dalam perdagangan di bursa efek Malaysia, Senin kemarin. Hal tersebut juga diikuti oleh AirAsia X, unit penerbangan jarak jauh AirAsia, mengalami penurunan nilai saham sebesar 6,6%.
Tune Ins Holdings Bhd, perusahaan yang menjual sebagian besar asuransi perjalanan AirAsia juga mengalami penurunan harga saham. Merosotnya nilai saham 3,2 % juga terjadi pada Asia Aviation PCL, induk perusahaan afiliasi AirAsia di Thailand.
Selama ini AirAsia cukup dikenal memiliki catatan keselamatan penerbangan yang baik. Hilangnya QZ8501 adalah insiden pertama yang sangat mempengaruhi secara signifikan dalam sejarah operasional Air Asia. Sebelum terjadi insiden QZ8501, saham AirAsia naik 34% year-to-date, sebagian merupakan dampak dari turunnya harga bahan bakar, dilansir dari wsj.
Kontak QZ8501 dengan menara pengawas bandar udara terputus kurang dari satu jam setelah lepas landas dari bandar udara Juanda, Surabaya, tidak lama setelah meminta izin untuk menaikkan ketinggian. Pesawat A320 yang melayani rute Surabaya-Singapura tersebut hilang dari radar sejak hari Minggu.
Analis mengatakan bahwa bahwa dampak langsung kecelakaan pada keuangan perusahaan kemungkinan tidak terlalu besar. Salah satu alasannya adalah kepemilikan sahamnya di PT Indonesia AirAsia, operator QZ8501, yang hanya 49%. Sedangkan untuk liabilities sepertinya akan tertutup oleh asuransi meskipun nantinya premi maskapai, pada akhirnya bisa mengalami kenaikan, demikian pendapat para analis.
Kepemilikan saham minoritas mencerminkan regulasi Indonesia dalam membatasi kepemilikan asing atas maskapai penerbangan, hal yang juga wajar di sejumlah negara. Di Filipina, kelompok tersebut memiliki 40% saham di AirAsia Philippines, dan di India unit usahanya bermitra berkongsi dengan Tata Group serta Telestra Tradeplace dengan 49% saham. Perusahaan dan juga beberapa afiliasinya, seperti AirAsia X, diperkirakan akan memangkas keuntungan perusahaan pada tahun 2015 untuk merangsang permintaan yang ada.
Arum/Journalist/VMN/BL
Editor: Iin Caratri