(Business Lounge – Business Insight)-Heboh soal dibatalkannya penayangan film “The Interview” oleh Sony Pictures kini menuju persimpangan jalan. Dikabarkan pada hari Selasa kemarin, perusahaan mengubah keputusannya dan menyatakan akan merilis film ini pada tanggal 25 Desember yang bertepatan dengan hari Natal.
Tak semua bioskop menyambut gembira kabar ini. Terbukti dengan sedikitnya animo dari bioskop yang ada yang bersedia menayangkan film komedi kontroversial ini. Penyebab utamanya tentu saja adalah ancaman teror dari peretas Sony. Sebagian lagi kesal karena strategi distribusi Sony yang sontak berubah dengan ekstrim.
Keputusan studio film tersebut untuk merilis “The Interview” dan juga mendistribusikannya secara digital berdasarkan permintaan atau video-on-demand (VOD) cukup kontroversial sebab diambil enam hari setelah unit Sony Corp menyatakan akan membatalkan peluncuran film.
Pembatalan itu merupakan tanggapan dari peretasan digital atas Sony, yang menurut Amerika Serikat didalangi Korea Utara. Presiden Obama menyambut baik keputusan Sony tersebut setelah sempat mengkritik pembatalan penayangannya.
“The Interview” sendiri merupakan sebuah film yang berkisah tentang sepasang jurnalis televisi yang diminta Badan Intelijen Pusat AS (CIA) untuk membunuh diktator Korea Utara, Kim Jong Un.
Tapi seperti prediksi sebelumnya, jaringan-jaringan bioskop terbesar di AS diprediksi tetap tidak bersedia menayangkan “The Interview.” Sony juga diperkirakan akan alami kesulitan mendapatkan mitra untuk VOD yang merupakan suatu sistem distribusi untuk dapat memperlebar akses penayangan film tersebut.
Dengan semua kontroversi yang ada maka film berbiaya $44 juta ini hanya akan ditayangkan di sekitar 200 layar bioskop-bioskop kecil yang biasanya memutar film seni nyentrik.
Namun demikian, seperti yang dikutip oleh The Wall Street Journal, pihak internal perusahaan berpendapat bahwa pemutaran terbatas ini “hanya langkah pertama” dalam rencana perilisan film. CEO Sony Entertainment Michael Lynton mencoba meraih kembali dukungan dengan mengatakan perilisan film ini adalah untuk melawan peretas.
“Kami bangga dapat merilisnya ke publik dan menentang siapapun yang mencoba menekan kebebasan berpendapat,” ujar Lynton.
Sony telah memberi sinyal ke bioskop-bioskop terkait rencananya merilis “The Interview” via VOD pada hari Natal tersebut juga
Lagi-lagi pengaturan ini memicu perdebatan lain antara Sony dengan rekanan bioskopnya. Banyak bioskop menilai sistem distribusi itu akan merugikan penjualan tiket mereka.
Sekarang keputusan berada di pihak pengelola bioskop. Mereka harus cepat memutuskan apakah akan menayangkan “The Interview” atau tidak. Ini lantaran Sony harus mengirimkan hard drive berisi film tersebut paling lambat Selasa sore waktu setempat, jika ingin ditayangkan di bioskop tepat waktu.
Terakhir, demi menjaga keamanan maka pihak Sony menyatakan telah memberi tahu Biro Investigasi Federal AS daftar nama-nama bioskop yang bersedia menayangkan film ini.
Febe/Journalist/VMN/BL
Editor: Tania Tobing