Cautious Dalam Manajemen Indonesia

(Business Lounge – Empower People) Dalam memotivasi tim yang saya pimpin saya pernah menyampaikan perbedaan tipis orang sukses dan orang gagal. Orang sukses mau melakukan apa yang orang gagal enggan lakukan. Pengalaman saya bekerja dengan klien yang berasal dari Eropa dengan klien yang berasal dari Indonesia adalah hanya dalam satu perbedaan tipis saja, orang Eropa lebih cautious, lebih berhati-hati dan lebih detil dalam melaksanakan sesuatu dibandingkan dengan orang Indonesia.

Ini saya dapati saat saya mempersiapkan sebuah pelatihan, maka klien saya perusahaan-perusahaan Eropa kebanyakan memberikan materi pelatihan yang akan disampaikan sebagai masukan, dan saya sendiri mengalami proses pembuatan modulnya akan dipikirkan hingga sesederhana mungkin yang bisa disampaikan. Sehingga sebuah pelatihan tidak menjadi pelatihan yang sebentar saja akan dilupakan dan tidak dapat diimplementasikan, melainkan akan dijalankan.

Sebaliknya untuk perusahaan-perusahaan dalam negeri akan dengan cepat menyetujui materi pelatihan, dan tidak memberikan masukan apa-apa, termasuk dalam waktu singkat sudah menyetujui modul pelatihan yang tidak terlalu membumi dan sering menjadi pelatihan yang terbuang percuma.

Mental cautious ini boleh dibilang mengakar pada nilai-nilai banyak orang di Indonesia, sehingga sering didapati bahwa kesempatan yang sama yang dimiliki akan lebih dimanfaatkan justru oleh orang lain. Saya teringat suku Kamoro yang ada di kabupaten Mimika di Papua, mereka ini memiliki budaya yang unik dan tinggal di pinggir sungai-sungai di Mimika. Satu suku lain, suku Asmat ada di kabupaten Asmat adalah suku yang banyak disoroti oleh dunia internasional. Namun sebuah kenyataan pemahaman terhadap kedua suku ini bukan dimiliki oleh sarjana Indonesia melainkan oleh seorang Doktor Karl dari Jerman, ia tinggal bersama mereka dan menulis tentang budaya mereka.

Cautious, diperlukan dalam menambahkan bobot manajemen Indonesia, ini berkaitan dengan daya tahan yang telah dilatih sejak awal dalam merekrut pegawai. Orang-orang dengan nilai cautious yang tinggi akan habis-habisan untuk mencapai apa yang menjadi tanggungjawabnya. Dalam sebuah pelatihan saya menghadapi kenyataan bahwa kelelahan sering cepat terjadi diantara para peserta, sehingga pelatihan akan cepat disudahi dan peserta cenderung memanfaatkan waktunya untuk bersantai.

Kondisi ini memerlukan perbaikan dimulai dari para pemimpin puncak sendiri yang harus mulai terbiasa untuk mengerjakan segala sesuatu tidak dengan standar yang rendah namun mencapai standar yang seharusnya. Biasakan juga untuk memikirkan segala tanggung jawa dengan detil sehingga memiliki pemikiran yang matang untuk setiap tugas.

Manajemen Indonesia yang akan berhadapan dengan para ahli dari seluruh dunia akan terimbas dalam persaingan bila lambat untuk berubah. Setelah para pemimpin meningkatkan daya tahan dan bobot mereka, maka seluruh perusahaan akan bersikap yang sama dan membuat Indonesia mampu bersaing dengan manajemen perusahaan mancanegara.

Fadjar Ari Dewanto /Managing Partner Vibiz Consulting Divisi Business Advisory

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x