Mungkin memang belum banyak yang mengetahui keindahan Pulau Matutuang. Namun, jika Anda sudah melihatnya, pasir pantainya serta birunya laut disana akan mampu membuat Anda terkagum-kagum tanpa henti. Pulau Matutuang terletak di Sulawesi Utara, tepatnya di Kabupaten Sangihe. Untuk menuju kesana, Anda bisa memulai perjalanan dengan menggunakan pesawat udara ke Banda Udara Sam Ratulangi, Manado. Dari Manado Anda melanjutkan perjalanan Anda menuju kota Tahuna dengan menggunakan kapal cepat dengan waktu tempuh kurang lebih 5 jam. Setibanya di kota Tahuna kabupaten Sangihe, Anda dapat melanjutkan perjalanan menuju Pulau Matutuang dengan menggunakan kapal perintis dengan lamanya waktu kurang lebih 6 jam (cuaca normal) atau dengan menggunakan perahu pan boat dengan lamanya waktu perjalanan kurang lebih 4 jam.
Dalam kunjungan saya ke Pulau Matutuang ini, banyak hal yang menarik yang saya temukan. Mulai dari keindahan alamnya, keramahan penduduknya, sampai aktivitas penduduknya. Hmm..ada hal unik yang saya temukan disini, yaitu penduduk Pulau Matutuang dari kecil sudah terbiasa menggunakan dua bahasa, yaitu Indonesia dan Filipina. Mengapa? Selidik punya selidik, ternyata kebanyakan penduduk yang tinggal disana adalah orang Indonesia yang lahir di Filipina, karena itu tidak heran mereka sangat fasih menggunakan dua bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar penduduk di Pulau Matutuang bermata pencaharian sebagai nelayan. Memang, hasil bawah laut disana sangat mendukung, seperti keberadaan ikan hiu yang melimpah dibandingkan dengan pulau disekitarnya. Nasib nelayan di Pulau Matutuang sebenarnya tidak semudah layaknya kehidupan nelayan di pantai utara Jawa atau kawasan lainnya. Betapa tidak, dalam setahun mereka hanya bisa melaut antara 4 sampai 5 bulan atau pada Mei, Juni, Juli, November, dan Desember. Sisanya, selama 7 sampai 8 bulan cuaca tak menentu, ombak besar disertai angin kencang. Bahkan, dalam setahun setidaknya terjadi dua badai di sekitar Matutuang akibat imbas dari badai di Filipina. Beruntungnya, mereka dikaruniai kekayaan berlimpah. Di laut, beragam ikan besar bernilai ekonomis siap diburu. Ikan-ikan itu antara lain hiu, layar (black marlyne), bobara atau kuwe, cakalang, tuna, dan kerapu.
Nelayan di Pulau Matutuang memang terkenal dengan kepiawaiannya dalam menangkap ikan. Bagaimana tidak, hanya dengan peralatan sederhana mereka dapat menangkap ikan dengan baik. Ikan hiu adalah target utamanya. Sirip-sirip ikan hiu itu dijual dan menjadi santapan gurih di restoran-restoran kelas wahid dengan harga yang melambung. Mereka memancing hiu dengan menggunakan rawai (horizontal longline). Ada juga yang menggunakan pancing ulur (handline) dan senjata panah (speargun). Dari 112 keluarga nelayan, sebanyak 96 persennya berburu ikan hiu. Hanya empat keluarga yang menangkap ikan lainnya dengan menggunakan jaring. Jadi, jangan kaget kalau Anda sulit menemukan jaring ketika sedang berada di kawasan permukiman nelayan.
Para nelayan di Pulau Matutuang menggunakan perahu pumpboat atau sejenis perahu kecil bersayap bambu untuk berburu. Ukuran perahu tersebut relatif kecil, dengan panjang antara 7-12 meter dan lebar hanya 75 cm. Bandingkan dengan nelayan Bali misalnya, hiu diburu dengan menggunakan kapal-kapal berukuran jauh lebih besar.
Sungguh indah dan luarbiasa akan Pulau Matutuang ini, tak habis kekaguman saya akan mahakarya Sang Pencipta. Sebenarnya, banyak lagi yang masih ingin saya ceritakan mengenai keindahan pulau ini, namun memang jika menceritakannya, tentulah tidak akan ada habisnya. Suatu saat, saya pasti akan kembali untuk mengunjunginya..Pasti, suatu saat nanti!
Jeremy Togu/Journalist/VMN/BL
Images : Businesslounge/Jeremy Togu
Editor : Fanya Jodie