(Business Lounge – News & Insight) Qantas telah melaporkan kerugian yang dideritanya pada satu tahun hingga akhir Juni kemarin. Kerugian yang mencapai £ 1.5 miliar (30 triliun rupiah) ini merupakan kerugian terburuk yang pernah dideritanya melebihi perkiraan para analis sebelumnya. Hal ini dikaitkan dengan restrukturisasi yang dilakukan maskapai penerbangan Australia ini dan revaluing armada yang dilakukannya pada tahun lalu.
Ada beberapa hal yang digarisbawahi oleh Qantas yang dapat mempengaruhi timbulnya kerugian ini, seperti melemahnya permintaan di Australia dan naiknya harga bahan bakar juga terkait dengan biaya yang perusahaan ini keluarkan ketika melakukan transformasi sehingga harus memberhentikan ribuan pekerja dan mempesiunkan pesawat yang telah berusia.
Dalam sebuah pernyataan, CEO Qantas Alan Joyce mengatakan bahwa kerugian ini memang harus dihadapi namun maskapai ini telah berhasil untuk melewati masa yang terburuk ini demikian dilansir oleh Abc.
Dampak Kerugian Yang Dialami Qantas
Alan Joyce juga menyampaikan beberapa hal yang akan terjadi sehubungan dengan kerugian yang diderita Qantas, yaitu operasional Qantas International yang dianggap merugikan akan dipisahkan dari operasional penerbangan domestic dan tidak akan ada pembayaran bonus untuk para eksekutif.
Namun demikian, dalam pernyataannya Joyce berujar, “Ke depan, kami optimis usaha ini akan kembali menguntungkan, dan transformasi tetap menjadi fokus kami untuk mengembalikan bisnis ini menjadi bisnis yang menguntungkan.” Ia juga menambahkan bahwa saat ini Qantas memang sedang berupaya untuk membangun sebuah model maskapai penerbangan premium yang berkelanjutan untuk abad ke-21 walaupun harus melakukan transformasi yang terbilang sulit.
Melakukan Transformasi
Qantas memang sedang melakukan transformasi di dalam bisnisnya untuk suatu harapan bisnis yang akan dicapainya di kemudian hari. Transformasi baginya adalah ketika semua sumber daya yang ada dapat bekerja lebih keras, membentuk bisnis yang lebih cerdas, dapat memberi lebih lagi kepada pelanggan dan melakukan reshaping pada operasional yang ada untuk mencapai suatu keberhasilan jangka panjang.
Restrukturisasi merupakan salah satu bagian yang dilakukan Qantas di dalam menjalankan transformasinya. Pada Februari lalu, maskapai penerbagangan negara kangguru ini mengumumkan akan memberhentikan 4000 orang secara bertahap hingga akhir 2015 dari target 5000 orang. Sampai hari telah sekitar 2,500 karyawan diberhentikan.
Pada tahun lalu Qantas memutuskan untuk membentuk aliansi dengan Emirates Airline dalam upaya untuk memangkas kerugian pada rute internasionalnya.
Restrukturisasi Bisnis
Mengutip apa yang dikatakan oleh Fadjar Ari Dewanto dari Vibiz Consulting dalam tulisannya mengenai Lima Indikator Sebagai Inti Sebuah Business, maka salah satu inti dari dari sebuah bisnis adalah terjadinya pertumbuhan bisnis. Apabila pertumbuhan berhenti atau menurun maka itu merupakan suatu tanda harus dilakukannya inovasi atau restrukturisasi bisnis.
Qantas memang telah mengalami bisnis yang stuck sejak 1990-an, sehingga langkah untuk melakukan restrukturisasi memang tepat untuk dilakukan. Berbicara tentang restrukturisasi memang berbicara juga tentang cost. Ini harus dianggarkan, sehingga tentu saja akan mengurangi profit yang harus diterima.
uthe/Journalist/VMN/BL