Mengulas Kedaulatan Pangan versi Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK

(Business Lounge – News & Insight) Pada debat Capres Cawapres untuk putaran terakhir Sabtu (5/7), kedaulatan pangan menjadi suatu visi yang diusung oleh kedua pasangan Capres dan Cawapres untuk dapat dicapai.

Prabowo Hatta menterjemahkan kedaulatan pangan sebagai sebuah kondisi kemandirian dan ketahanan. Sebuah kemandirian saat semua rakyat cukup pangan, saat harga pangan dapat terjangkau, saat terciptanya diversifikasi pangan, saat kualitas pangan dan gizi yang baik serta adanya mitigasi agar tidak ada kerusakan pagan.

Sedangkan Jokowi JK mengartikan kedaulatan pangan saat petani didorong menjadi produktif sehingga kebutuhan pangan bangsa pun tercukupi tanpa harus mengimpornya.

Pencanangan Prabowo Hatta

Hal yang digarisbawahi dan menjadi hal yang utama bagi Prabowo Hatta adalah penambahan lahan pertanian.

Untuk itu maka ada beberapa langkah yang akan diambil oleh Prabowo Hatta untuk mencapai kedaulatan pangan:

  1. Intensifikasi lahan yang sudah ada
  2. Pemberian pupuk majemuk, misalnya pemberian pupuk khusus untuk jagung, beras, ubi, dll. Bukan satu pupuk untuk semua.
  3. Selain itu pasangan ini juga akan menambah 2 juta hektar sawah baru untuk mengantisipasi lahan hilang. Intensifikasi, ekstensifikasi, pengairan, irigasi, butuh usaha besar namun mampu melakukannya.

Pasangan Capres dan Cawapres dengan nomer urut satu ini pun akan sangat membatasi import beras. Kecuali jika panen benar-benar mengalami gangguan, iklim yang ekstrim atau hanya untuk beras-beras tertentu untuk masyarakat asing. Untuk itu pasangan ini akan meningkatkan tambahan dana buat petani sebesar 2 triliun setahun sehingga petani bisa survive.

Selain itu, pasangan dengan nomer urut satu ini akan mengupayakan meningkatkan kemampuan dan kapasitas para petani untuk menambah jumlah ternak yang ada di Indonesia, menambah jumlah pengusaha yang akan menjalankan pabrik pemotongan sapi, dan memperlancar distribusi sapi yang ada di Indonesia. Kendala yang saat ini dirasakan adalah Indonesia menghasilkan banyak ternak sapi, namun untuk mendatangkan sapi dari NTT saja bahkan lebih susah daripada mendatangkan sapi dari Australia.

Oleh karena itu sangat perlu diperbaiki kelancaran produksi pertanian, peternakan di segala bidang, terutama daging, susu, dan sumber protein lainnya. Sehingga tidak perlu mengimport ternak dari luar, melainkan melipatgandakan jumlah ternak kita.

Pelipatgandaan Jokowi JK

Hal yang digarisbawahi dari visi misi Jokowi adalah peningkatan produktivitas, penyediaan bibit, pupuk, dan perbaikan pengairan.

Untuk mendorong petani untuk dapat semakin produktif maka Jokowi JK akan menyiapkan pasar bagi para petani, memberikan arahan, pengawalan, serta PPL bagi petani. Petani akan didukung untuk tidak memasarkan produknya begitu saja tetapi memberikan nilai tambah untuk meningkatkan pendapatan, Misalnya saja petani pepaya, untuk membantu mereka menjual hasil kebun pepayanya, maka petani tidak hanya menjual hasil kebun pepayanya begitu saja tetapi perlu diciptakan industri ekstrak buah pepaya ataupun industri pengolahan dari buah pepaya itu sendiri sehingga menghasilkan nilai tambah bagi hasil pertaniannya.

Salah satu yang juga menjadi visi dan misi Jokowi JK di bidang pangan adalah membangun 1 juta hektar per tahun. Namun sebelumnya, hal yang perlu dipersiapkan adalah menyiapkan pengairannya, yaitu membangun bendungannya, ditentukan sungai yang bisa dibendung kemudian membuat irigasinya. Baru membuat sawahnya.

Namun selain itu, hal yang penting adalah menerapkan manajemen perencanaan yang riil, konkret dan nyata serta adanya pengawasan.

Sedangkan dalam sektor peternakan, Jokowi JK memiliki strategi jangka panjang dengan memulai membuat bakalan-bakalan sapi yang diberikan di desa-desa bagi semua petani, terpusat di satu kandang, sehingga mudah dikontrol.

Dari bakalan ternak ini maka akan didapat pupuk, energy yang juga dapat diperoleh dari kotoran sapi di kandang itu. selain itu untuk jangka panjang, kita akan mempunyai stok sapi hidup yang sewaktu-waktu bisa jadi suplai daging sapi.

Diharapkan tidak ada impor daging karena stok dalam negeri yang tidak cukup. Dalam waktu 5-6 tahun diharapkan kita bisa menyelesaikan impor. Dalam setahun, kemungkinan besar impor tidak lagi dalam bentuk daging fresh, tapi carcass sehingga harga daging pun menjadi murah sehingga memudahkan para pedagang kecil.

uthe/Journalist/VMN/BL

Editor: Ruth Berliana

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x