Deborah Peters, seorang gadis muda berusia 15 tahun, memberikan keterangan pada tanggal 21 Mei 2014 di United States House of Representatives Committee on Foreign Affairs bahwa ibunya dahulu juga merupakan alumni dari sekolah di Chibok, Nigeria dimana Boko Haram menculik sekitar 200 gadis muda disana pada bulan April tahun 2014. Ia juga menceritakan kisah mengenai kekejaman Boko Haram pada tahun 2011 dan menyatakan untuk tidak mau kembali ke Nigeria karena pengalaman buruk yang dialaminya.
Deborah Peters berhasil selamat dari kekejaman Boko Haram di pada tahun 2011 ketika pasukan bersenjata itu melancarkan teror di Nigeria. Diceritakan oleh Deborah Peters, pada tahun 2011, tepatnya pada tanggal 2 Desember 2011, Boko Haram mengetuk pintu rumahnya sekitar pukul 07:30 dan mencari ayahnya.
Pasukan bersenjata itu membunuh ayah dan adiknya, Caleb dan juga memaksanya untuk diam atau mereka akan membunuhnya. Selang beberapa waktu, terdengar kabar bahwa Boko Haram berencana juga untuk membunuh Deborah Peters karena suatu alasan. Namun, Deborah Peters berhasil lolos dan melarikan diri ke Amerika Serikat berkat bantuan dari pendeta setempat, Rev. Faye Pama.
Ia juga mendapatkan pertolongan dari Jubilee Campaign untuk tiba di 9/11 Child Survivors Terrorism Camp di Amerika Serikat. Pada tahun 2013, tepatnya pada tanggal 15 Mei 2013 ia mendengar kabar bahwa Rev. Faye Pama, pendeta yang menolongnya dibunuh oleh Boko Haram dengan cara ditembak di depan anak-anaknya.
Deborah Peters kini menyatakan dukungannya untuk pembebasan para gadis yang diculik oleh Boko Haram. Pada hari Rabu, 21 Mei 2014, saat bertemu dengan wartawan di Capitol Hill, Deborah Peters membawa kertas yang bertuliskan #BringBackMySisters saat bertemu wartawan di Capitol Hill, Washington. Ia juga mengatakan, ia mengenal dengan setidaknya salah seorang siswi yang merupakan korban penculikan Boko Haram.
Fanny Sue/VM/BL
Editor : Fanya Jodie
Foto : ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque, mobile.wnd.com


