Setelah Twitter, Kini Turki Memblokir YouTube

(Business Lounge – World Today) – Layanan video YouTube diblokir dan media setempat dibatasi pemerintah Turki menjelang pemilihan umum. Tindakan tersebut, memancing kemarahan para penyusun kebijakan di Washington dan Brussels.

Langkah tersebut diberlakukan seminggu setelah Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan menutup akses netizen terhadap laman microblogging Twitter. Larangan tersebut tempatkan Turki di dalam kelompok penyensor Internet, seperti Suriah, Korea Utara, dan Cina.

YouTube diblokir setelah ada pihak yang tidak disebutkan namanya menggugah bocoran rekaman percakapan antara Menteri Luar Negeri Turki, Perwira Tinggi Militer dan Kepala Badan Intelijen mengenai kemungkinan penyerangan atas Suriah. Para pejabat tersebut sepertinya membahas bagaimana dalih pembenaran penyerangan terhadap Suriah.

Satu diantara dua rekaman itu, yang masing-masingnya telah diakses oleh lebih dari 14.000 pengguna, diduga berisi suara dari Hakan Fidan, yang merupakan kepala Organisasi Intelijen Nasional. Hakan Fidan tampaknya menyinggung serangan peluru kendali sebagai pembenaran atas serbuan.

Tidak lama setelah tersiarnya rekaman tersebut, Kementerian Luar Negeri Turki meminta otoritas telekomunikasi memblokir YouTube. Lembaga tersebut menyebut YouTube sebagai ancaman terhadap keamanan nasional. Menurut kementrian, video tersebut juga merupakan hasil rekayasa.

Bocoran tersebut dikatakan oleh Kejaksaan Agung Turki sebagai “tindakan memata-matai”. Otoritas penyiaran pun menerbitkan larangan temporer atas nama pemerintah.

Di dalam salah satu pidatonya dalam kampanye pemilu, Perdana Menteri Turki menyebut perihal pembocoran itu sebagai hal “keji, tidak jantan, dan culas.” Sedangkan menurut Menteri Luar Negeri Ahmet Davutoglu,  peristiwa pembocoran itu adalah semacam “deklarasi perang.”

Menurut analis. kontroversi perihal bocoran itu meningkatkan risiko pergelutan politik dalam negeri yang kian pahit. Larangan terhadap Twitter dan YouTube juga mengancam keberlangsungan laman media sosial di Turki pada masa mendatang.

Twitter dan YouTube berada di garis depan dalam perebutan kekuasaan antara Erdogan dan Fethullah Gulen, seorang imam yang tinggal di AS. Di dalam dua tahun terakhir, mantan sekutu Erdogan ini telah berubah menjadi rival berat.

Dua akun pengguna, yang menurut simpatisan pemerintah merupakan milik pendukung Fethullah Gulen, dikabarkan telah bocorkan dokumen dan percakapan telepon secara harian. Bocoran itu mencoba mengaitkan Erdogan dengan kasus korupsi yang telah menjerat puluhan sekutu terdekatnya.

Sementara itu, pihak yang mewakili  Gulen menolak bertanggung jawab atas kebocoran rekaman serta tidak menjawab permintaan komentar. Erdogan sebelum ini mengakui beberapa rekaman itu adalah absah, namun menegaskan yang lainnya merupakan hasil rekayasa atau dikutip di luar konteks.

Fanny Sue/VM/BL-WSJ

Editor : Fanya Jodie

Foto : ANTARA FOTO/REUTERS/Murad Sezer

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x