(Business Lounge – Inspiration) Perayaan Bastille Day diramaikan dengan parade militer, ikut serta juga tentara dari 13 negara Afrika yang mengambil bagian melawan jaringan teroris al-Qaida di Mali. Juga tentara PBB dengan baret birunya yang berperan dalam stabilisasi keamanan di Mali, berbaris di Champs-Elysees Avenue memperingati penyerangan Penjara Bastille pada 14 Juli 1789 yang merupakan cikal bakal dimulainya Revolusi Perancis.
Parade juga dimeriahkan dengan penampilan tim akrobatik udara, parade alat-alat berat militer dan sistem pertahanan yang merupakan perayaan kemenangan dari intervensi pasukan Perancis di Mali. Misi yang dimulai pada bulan Januari 2013 untuk mengambil kekuasaan pemerintah Mali yang dikuasai oleh pemerintahan yang memiliki kaitan dengan jaringan ekstrim al-Qaida, sehingga pada 28 Juli diadakan pemilu namun terjadi tekanan dan serangan-serangan termasuk pemberontakan Tuaregs yang menyebabkan ketidakstabilan kondisi keamanan di Mali. Pada perayaan Bastille Day ini, para pasukan yang terlibat dalam intervensi militer tersebut merayakan kemenangannya.
Hollande menyaksikan parade militer ini dengan didampingi Dioncounda Traore – Presiden Interim Mali dan Ban Ki-Moon – Sekjen PBB. Selain 50 pasukan Mali, juga ikut berparade pasukan dari Banin, Burkina Faso, Pantai Gading, Ghana, Guinea, Liberia, Niger, Nigeria, Senegal, Sierra Leone, Chad dan Togo. Bersama dengan pasukan Perancis, maka ada 4.800 pasukan, 241 kuda, 265 kendaraan militer dan 58 pesawat.
Namun parade militer ini juga menuai banyak kritik, karena tindakan di Mali ini dituding sebagai neo kolonialisme yang dilakukan oleh Perancis, dan banyak kritikus yang mengkritik operasi militer di Mali ini sebagai “Francafrique”, yaitu seringnya Perancis ikut campur untuk urusan-urusan politik juga ekonomi bagi negara-negara bekas koloninya di Afrika, sehingga dipertanyakan sebenarnya negara-negara tersebut sudah merdeka atau belum ?
(KN/KN/BL)