“Siapa yang akan dipilih?”, Sebuah Studi Kasus Followership dan Leadership

(The Manager’s Lounge – Leadership & Corporate Culture) William Haris – seorang CEO perusahaan ternama telah 15 tahun memimpin perusahaan dengan hasil yang sangat baik. Kinerja perusahaan menunjukkan grafik peningkatan pendapatan dan keuntungan dari tahun ke tahun, pada masa-masa yang sulit perusahaan tetap bertahan tanpa ada pengurangan satu orang pegawaipun.

Walaupun performancenya baik, mengingat usia yang sudah tidak muda lagi, Board Of Commissioner dan Board of Director perusahaan mempertimbangkan untuk memilih CEO baru, dengan CEO lama sebagai pimpinan tim pemilih. Tim pemilih diberikan mandat oleh BOD dan BOC untuk menetapkan pilihan. Tujuannya agar mendapatkan CEO terbaik yang mempunyai kesetiaan kepada perusahaan dan kemampuan yang baik, sehingga dengan adanya CEO baru ini diharapkan perusahaan akan mampu berkembang lebih pesat. Penentuan CEO baru akan dilakukan dalam jangka waktu 6 bulan ke depan.Proses penyaringan pun berlangsung dari 5 kandidat menjadi 3 dan akhirnya disaring lagi hanya menjadi 2 orang kandidat CEO dari jajaran Senior Management perusahaan

Menetapkan Kandidat CEO

Kedua kandidat CEO hasil seleksi adalah : Budi Jatmiko, pemimpin divisi pemasaran dengan hasil yang memuaskan dalam 5 tahun terakhir, dan Charles Riyadi, kepala perencana strategis perusahaan yang telah menunjukkan strategi-strategi yang tepat dalam menghadapi masa yang penuh tantangan ini, khususnya dalam 4 tahun terakhir.

Kedua kandidat tersebut dipanggil dan diinformasikan bahwa mereka adalah kandidat CEO perusahaan yang akan datang. Penentuan CEO akan dilakukan enam bulan kemudian oleh tim manajemen yang dipimpin secara langsung oleh William Haris, CEO saat ini. Kinerja mereka akan dimonitor lebih ketat dan mereka diberikan special assignment untuk menunjukkan bahwa merekalah yang layak menjadi CEO yang baru.

Special Assignment Para Kandidat

Special assignment yang diberikan direview dalam waktu 3 bulan kemudian dan final review dilakukan 6 bulan kemudian. Mereka wajib mempresentasikan hasil akhir pekerjaan mereka kepada tim pemilih. Setelah special assignment dilakukan, Budi Jatmiko segera membuat rencana dengan matang dan melakukan koordinasi dengan timnya untuk mencapai hasil terbaik dalam special assignment tersebut, demikian juga dengan Charles Wiguna tanpa membuang waktu segera bekerja keras untuk mencapai hasil terbaik.

Ketika review pertama tiba, Budi dan Charles menyajikan hasil yang telah mereka capai.
Dari sisi pencapaian dapat dikatakan kedua kandidat mencapai hasil yang sama baik – menurut penilaian tim pemilih. Kedua kandidat sama-sama pintar, mempunyai semangat dan kemampuan yang tinggi dalam mengelola tim dan menyelesaikan tugas

Walaupun demikian ada perbedaan cukup nyata dalam melakukan rencana mereka.
Budi Jatmiko seorang yang sangat mandiri, jarang sekali bertemu dengan William Haris untuk bertanya ataupun berdiskusi tentang special assignment yang diberikan. Sebaliknya Charles Wiguna sering menemui William Haris untuk bertanya tentang hal yang menjadi perhatiannya, kesulitan yang dihadapi dan menanyakan pendapat pribadi William. Hal ini berlangsung sama untuk periode 3 bulan berikutnya.

Final Review

Setelah melalui serangkaian review dari tim pemilih, hasil kedua kandidat diukur dari special assignment yang diberikan , dan hasilnya ternyata sama bagus, Namun keputusan harus dibuat, dan Tim pemilih yang dipimpin William Haris sangat sulit menentukan siapa yang harus dipilih. Jika anda sebagai William Haris, ketua tim pemilih, siapakah yang anda pilih untuk menjadi CEO baru?

Sebagian besar orang akan memilih Budi Jatmiko, seorang yang pandai, cerdas terlebih lagi mandiri dalam melakukan pekerjaannya dan terbukti dari hasil yang sangat bagus.Jawaban spontan untuk memilih Budi Jatmiko lebih banyak pada saat pertanyaan dilontarkan.

Mungkin sedikit orang yang akan memilih Charles Wiguna, dengan alasan sepertinya kurang mandiri.
Akhirnya tim pemilih berunding untuk terakhir kalinya dan memutuskan CEO baru yang akan dipilih. Dan akhirnya pilihan jatuh kepada Charles Wiguna sebagai CEO baru!

Mengapa memilih Charles Wiguna?

Sebagian orang melihat kemandirian adalah unsur yang penting bagi seorang pemimpin, pendapat tersebut benar. Namun mari kita telaah lebih jauh mengapa memilih Charles Wiguna bukan Budi Jatmiko.

1. Dalam melakukan pekerjaan komunikasi memegang peranan yang penting. Dalam hal ini komunikasi yang lebih baik ditunjukkan oleh Charles dengan mencari pendapat dan masukan dari orang lain, tidak hanya mengandalkan kemampuannya sendiri
2. Cara kerja yang ditunjukkan oleh Charles, lebih baik dalam hal pengontrolan, mengingat jika ada hal-hal yang kurang tepat dapat segera dikoreksi dan tidak berkelanjutan, kemungkinan hasil lebih tepat sasaran lebih besar.
3. Kebiasaan update kepada pemimpin merupakan unsur penting dalam penilaian yang dilakukan oleh William Haris. Dengan cara demikian William dapat memberikan masukan, inputan dan ide-ide lainnya sehingga mencapai hasil yang lebih baik. William berpendapat bahwa kebiasaan ini perlu dimiliki oleh seorang CEO kepada jajaran timnya, supaya terjadi interaksi guna mendapatkan ide, strategi penerapan dari “kebijaksanaan bersama” sehingga mendapat hasil terbaik.
Dari sisi corporate value, budaya keep update yang dibiasakan antara follower dan leader akan menjadikan komunikasi yang intens dan bermakna antara CEO dan calon CEO, sehingga sharing values of the company akan terjadi dan pada akhirnya transfer of corporate values akan terjadi secara alami dan wajar tanpa resistensi dari kedua belah fihak. Banyak orang pintar tetapi sedikit orang yang memiliki visi atau nilai yang sama.

Pendapat ini dikemukakan oleh Peter Drucker dalam kasus sederhana yang diajukan kepada murid-muridnya.

“Keep Update” – Sebuah Kebiasaan Yang Penting

Sebagai seorang pengamat Followership dan Leadership, saya sangat setuju dengan apa yang disampaikan beliau. Sangat penting untuk mempunyai kebiasaan keep update, jangan menganggap rendah hal ini, karena pengaruh dan keuntungan yang didapatkan sangat bermanfaat, baik bagi si Follower maupun si Pemimpin.
Sebagian orang beranggapan “berikan saja pekerjaan kepada orang yang bisa melakukannya sehingga tidak perlu dimonitor lagi, tokh hasilnya akan baik”. Tetapi saya tidak sependapat dengan hal tersebut, terlebih jika seseorang tersebut dipersiapkan untuk menjadi pemimpin.

Pentingnya kebiasaan “ keep up date” seorang pemimpin dapat dilihat dari dua sisi:
1. Sisi Follower, dimana kebiasaan ini akan membuat seseorang mendapat informasi lebih, mendapat wawasan yang lebih luas, dan memungkinkan ia mengambil tindakan perubahan yang diperlukan untuk hasil yang lebih baik. Follower menjadi lebih pandai menganalisa dan mengambil tindakan yang tepat. Keep update ini juga mencegah kesalahan fatal yang baru diketahui pada akhir pekerjaan.
2. Dari sisi Leader: ia akan mengetahui kondisi terkini sehingga dapat memberikan masukan, ide dan memutuskan dengan informasi yang lebih jelas dan terkini. Ia dapat “membimbing“ follower sehingga lebih berkembang (disinilah fungsi pemimpin sangat diperlukan), bahkan ia sendiri jadi lebih berkembang dengan adanya informasi, masukan, atau challenge yang disampaikan anak buahnya (follower).

Semoga bermanfaat.

Bernhard Sumbayak – Founder of Followership and Leadership Model/ ET/ tml (Nara Sumber – William Cohen “A Class with Drucker“, 2008)

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x