Menjalankan Visi Sang Pemimpin (2)

(The Manager’s Lounge – Leadership) Pada bagian pertama tulisan ini telah dibahas bahwa menurut Edwin A. Locke & Associates dalam bukunya yang berjudul Esensi Kepemimpinan, ada 6 (enam) hal penting yang perlu diperhatikan untuk menjalankan sebuah visi. Keenam hal tersebut adalah:1. Strukturisasi, 2. Memilih, Mengakulturasi dan Melatih Sumber Daya Manusia, 3. Memotivasi para pegawai, 4. Mengelola informasi, 5. Membangun tim dan 6. Mendorong perubahan.

Saya pribadi setuju bahwa keenam poin di atas sangat diperlukan supaya visi yang dikehendaki dapat dicapai. Sebagai praktisi dan pengamat organisasi, saya mencoba menambahkan beberapa point lagi yang saya kira sangat perlu diperhitungkan agar visi itu berhasil diimplementasikan, yaitu :

1. Jadikan visi perusahaan menjadi visi pribadi dari sebanyak mungkin orang yang terlibat, khususnya di layer teratas. 

Yang saya maksud disini bukan hanya soal reward and punishment, bukan hanya soal memotivasi, tetapi apakah setiap team yg terlibat rela membuat nilai pribadinya dikalahkan oleh nilai team? Hal ini dapat terlihat dari sebuahteam work kesebelasan sepakbola. Semua persoalan pribadi ke sebelas pemain sirna karena mereka sibuk mengurus tujuan team yaitu bagaimana menciptakan goal dan bagaimana supaya gawang mereka tidak kebobolan.

Untuk level perusahaan, saya kagum dengan Google yang pertumbuhannya melejit luar biasa. Kantornya dibuat sedemikian rupa sehingga orang yang bekerja dibuat betah karena semua fasilitas rumahan ada didalamnya termasuk fasilitas untuk olahraga dan hangout sambil minum kopi. Anytime mereka bisa menuangkan ide-idenya tidak terbatas hanya dalam 8 jam sehari. Saya yakin hampir semua karyawan yang ada dalam “kapal” Google ini sudah menjadikan visi perusahaan menjadi visi pribadinya. Mereka sudah “buy in” sehingga visi perusahaan sudah “internalized” dalam sanubari mereka masing-masing. Hal ini bukan karena fasilitas lengkap yang mereka miliki, tetapi mereka memiliki waktu untuk mempelajari visi perusahaan dan menerimanya sebagai visi pribadi mereka masing-masing.

Selain Google, Ritz Carlton juga merupakan salah satu perusahaan yang berhasil menjadikan visi perusahaan menjadi visi pribadi dari setiap karyawannya. Ritz Carlton berhasil membangun suatu budaya perusahaan yang kuat yang didukung penuh oleh seluruh lini perusahaan. Dasar pelayanan Ritz tertulis di kredo, Moto dan Tiga Langkah Layanan. Kredo yang dibuat yahun 1986 itu terdiri dari tiga bait yang memungkinkan karyawan baru memaknai budaya perusahaan hanya dalam waktu tiga jam. Di Ritz Carlton, bukan hanya para pejabat lini atas yang merasa terhormat , tetapi para staf lini depan pun merasa terhormat bekerja di Ritz Carlton dan dengan senang hati mereka mengerjakan visi perusahaan melalui tugas mereka sehari-hari dengan perasaan bangga dan senang…sungguh luar biasa.

Selain perusahaan, contoh lain adalah mengenai sebuah negara yaitu Singapura. Kita melihat bagaimana Singapura yang kecil dapat sukses menjadi salah satu negara yang pertumbuhan ekonominya terbaik didunia, karena mereka benar2 merasa kecil secara geografis (hanya lebih besar sedikit dari luas DKI JAYA dan lebih kecil dari Jabodetabek) dan “lack of natural resources” sehingga secara bersama mereka mempunyai nilai kebersamaan untuk bagaimana memiliki keunggulan-keunggulan tertentu sehingga mereka akan diperhitungkan oleh dunia…dan mereka berhasil. Disini kepiawaian seorang pemimpin dalam perusahaan maupun seorang pemimpin negara sangat berpengaruh untuk menawarkan nilai perusahaannya atau nilai-nilai nasionalismenya agar menjadi nilai pribadi yang dianut oleh pegawai dalam perusahaan atau oleh seorang warganegara dalam suatu bangsa.

2. Memberikan tugas multi fungsi kepada setiap pimpinan di setiap layer organisasi sedapat mungkin.

Konsekuensinya akan terjadi matrix organization. Ide ini sebenarnya saya pelajari dari bisnis keluarga dimana setiap anggota dari keluarga ini mempunyai tugas spesifik tapi tidak menutup kemungkinan juga merangkap pekerjaan lainnya baik pada saat anggota keluarga yang lain sedang berhalangan atau juga karena inisiatif untuk dapat menyelesaikan masalah dengan cepat.

Berapa banyak dari kita yang pernah berurusan dengan pihak pemerintah atau perusahaan besar yang akhirnya kecewa karena tidak dapat meyelesaikan urusan atau mendapatkan solusi pada hari itu, semata mata hanya karena pejabat yang terkait sedang keluar kantor atau sedang sakit atau cuti? Tidak ada seorangpun di kantor itu yang BERANI menggantikan tanggung jawab dari sang pejabat yang sedang absen, padahal kebutuhan kita sangat urgent. Coba kita pergi ketoko kelontong atau pergi ke restaurant yang dikelola keluarga, apakah itu terjadi? Saya yakin tidak…

Kedua hal ini saya kira sangat penting disamping faktor-faktor lain yang telah disebutkan di atas supaya visi seorang pemimpin dapat dijalankan.

Selamat menjalankan visi Anda, semoga berhasil !!

(Bernhard Sumbayak/VH/TML)

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x