(Business Lounge – Entrepreneurial News) Indigo (Indonesian Denim Group) sebuah komunitas denim pertama dan terbesar menyelenggarakan sebuah event Wall of Fades yang merupakan acara ke-6 sejak diadakannya pertama kali pada tahun 2009.
Proses memudarnya raw denim yang seiring dengan pemakaian sang pemilik menjadi suatu seni yang merupakan pencitraan identitas sang pemakai, karena setiap pemakai akan memiliki corak pemudaran yang berbeda-beda. Semakin banyak dipakai, semakin baik pula corak yang akan terbentuk di bahan denim yang bersangkutan. Sebagai cara untuk mengapresiasi keunikan dari seni dry denim, Indigo memamerkannya di dinding seperti suatu pameran seni pada umumnya. Atas dasar-dasar tersebut, event Wall of Fades pun tercipta sejak enam tahun yang lalu sebagai pameran denim pertama dan terbesar di Asia Tenggara.
Sejarah fashion khususnya jeans tidak dapat dipisahkan dari Perang Dunia ke-2 yang terjadi pada tahun 1944. Saat itu pemerintah Amerika Serikat memberikan kebijakan bahwa seluruh perusahaan clothing harus mengurangi pemakaian logam, bahan, dan benang dalam garmen mereka demi kebutuhan perang pada masa tersebut. Karena regulasi yang ditetapkan berikut, Levi Strauss & Co mengubah dan menyerdehanakan detail dari celana sebelumnya seperti mengganti bahan baku dari rivetsyang sebelumnya terbuat dari logam menjadi cooper, mengganti lambang levi’s yang ada di kantong belakang yang tadinya dari jahitan menjadi painted arc, dsb. Terbuatlah jeans Levi’s keluaran tahun 1944 yang merupakan hasil dari penyerdehanaan yang telah disebutkan. Celana ini memberikan nilai berharga serta beberapa detail baru yang menarik masyarakat. Maka Levi’s 1944 pun memberikan dampak yang besar dalam dunia denim dan menjadi suatu “peninggalan” yang berharga dalam Perang Dunia ke-2.
Maka acara yang diselenggarakan bertempat di Kuningan City ini juga menyajikan pameran sejarah dan detil jeans saat Perang Dunia II. Selain itu, diberikan juga eksibisi penjelasan spesial mengapa celana tersebut dilihat sebagai suatu nilai yang menarik bagi banyak brand ternama dan di reproduksi oleh mereka.
Pada era modern ini, banyak sekali brand-brand internasional maupun lokal ternama yang melihat peristiwa dan hasil dari jeans Levi’s keluaran tahun 1944 yang merupakan suatu hal yang menarik dan sangat menghargai sejarah tersebut. Sekarang ini, ada beberapa brand denim Internasional seperti LEE, Samurai, Real Mc.Coy, SDA, dan OoyeFukuten telah mereproduksi kembali celana Levi’s 1944 dan menganut detail-detail historis yang dimiliki celana tersebut. Tujuan Wall of Fades 2014 dengan tema THE BLUE LEGACY adalah mencoba memberikan edukasi masyarakat awam dan anak muda dengan melalui salah satu sejarah dunia yang cukup berdampak dalam dunia denim. Bukan hanya sekedar pakai melainkan mengetahui nilai-nilai penting dibalik sebuah celana, sejarah dan pelopor brand jeans, detail-detail dari sebuah jeans, klasifikasi jeans, proses pemudaran dari sebuah jeans sehingga menjadi sebuah celana jeans yang memiliki nilai tersendiri. Sehingga, mereka mereka mengetahui mengapa denim yang ada sekarang dan berkualitas baik lokal maupun internasional memiliki harga yang mencerminkan kualitas dan visualisasi idealisme dari pemilik brand serta membuka wawasan tentang barang-barang komplementer yang cocok dengan sebuah celana jeans.
Paparan lainnya adalah mengenai anatomi dari sebuah celana jeans secara detail, penjelasan dasar dari denim baik dari tipe bahan, tempat-tempat fades, penjelasan selvedge serta penjelasan bahan berbasis Left Hand Twill, Right Hand twill, dan sebagainya. Selain itu juga diberikan edukasi dan showcase tentang proses pembuatan bahan secara tradisional dengan mesin tenun yang dikerjakan oleh tangan manusia dari Lumintu Mills asal Pekalongan, Denim Evolution Exhibition, Denim and Girls, serta Complementary Essence yang menjelaskan barang pelengkap denim seperti boots, leather goods,silver dan accessories.
Acara yang diselenggarakan pada 5 – 7 Desember lalu ini pada dasarnya memiliki 3 tujuan, yaitu untuk mengedukasi masyarakat mengenai denim, untuk mendorong masyarakat menghargai denim yang asli, serta untuk mengangkat beberapa merek denim lokal.
Para Indigo telah menjalankan event ini dengan konsisten kepada konsep mereka. Bagaimana proses memudarnya raw denim merupakan sesuatu yang dipandang sebagai suatu seni yang terus dipertahankan dari waktu ke waktu.
uthe/Journalist/VMN/BL
Editor: Ruth Berliana
Image: Sonang Elyas



















