(Business Lounge Journal – News and Insight)
Hari Senin lalu, Amerika Serikat merayakan National Coffee Day dengan berbagai promo: secangkir kopi gratis hingga diskon di kedai-kedai besar. Namun, begitu perayaan selesai, konsumen kembali dihadapkan pada realitas: harga secangkir kopi kini jauh lebih mahal dibandingkan tahun lalu.
Menurut data Consumer Price Index, selama 12 bulan terakhir harga kopi naik sebesar 20,9%. Bahkan dari Juli ke Agustus 2025 saja, kenaikan mencapai 4%, lonjakan bulanan tertinggi dalam 14 tahun terakhir.
Mengapa Harga Kopi Melonjak?
Kopi adalah komoditas global yang rantai pasoknya sangat bergantung pada negara produsen utama. Sebagian besar kopi yang beredar di pasar internasional berasal dari Brasil, Kolombia, dan Venezuela. Naiknya harga tidak lepas dari kombinasi beberapa faktor berikut:
- Tarif Impor dan Perang Dagang
Beberapa negara produsen kopi menghadapi tarif timbal balik hingga 50% ketika mengekspor ke Amerika Serikat. Biaya tambahan ini otomatis menekan eksportir, yang akhirnya dibebankan kepada konsumen. - Cuaca Ekstrem dan Kekeringan
Perubahan iklim semakin nyata dirasakan. Kekeringan dan cuaca buruk di Amerika Latin membuat hasil panen kopi menurun drastis.
- Brasil, eksportir kopi terbesar dunia, melaporkan penurunan ekspor ke AS hingga 46% pada Agustus.
- Hingga 20 September 2025, ekspor dari Brasil ke AS sudah turun 20% dibanding bulan sebelumnya.
- Tren Kenaikan Global
Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO) PBB, harga kopi dunia sudah melonjak 38,8% pada 2024, terutama akibat cuaca yang tidak bersahabat. Kenaikan tahun ini adalah kelanjutan dari tren tersebut.
Kenaikan harga kopi tidak hanya dirasakan di Starbucks atau kedai kopi independen, tetapi juga di pasar kopi rumahan. Konsumen yang terbiasa menyeduh kopi sendiri pun tidak bisa menghindari dampak kenaikan harga bahan baku.
Menariknya, meski harga naik, permintaan kopi tetap sangat tinggi. Menurut National Coffee Association, sekitar dua pertiga orang dewasa di Amerika minum kopi setiap hari. Kopi bukan sekadar minuman, melainkan sudah menjadi ritual harian dan gaya hidup. Karena itu, meski harga naik, penurunan konsumsi diperkirakan akan sangat terbatas.
Pelajaran untuk Industri dan Konsumen
Kenaikan harga kopi mencerminkan bagaimana rantai pasok global yang rapuh dapat langsung berdampak pada keseharian konsumen. Ada beberapa poin yang bisa dicatat:
- Diversifikasi Sumber Pasokan
Bergantung pada beberapa negara produsen utama membuat harga sangat rentan terhadap gangguan cuaca maupun kebijakan perdagangan. - Tekanan untuk Inovasi di Kedai Kopi
Pemilik kedai kopi mungkin harus mencari strategi baru — seperti menawarkan menu alternatif, paket hemat, atau pengalaman unik — agar konsumen tetap loyal meski harga naik. - Perubahan Pola Konsumsi
Sebagian konsumen mungkin beralih dari kopi premium ke kopi instan, atau dari kedai kopi ke kopi rumahan, untuk menekan pengeluaran. - Isyarat Tren Jangka Panjang
Kenaikan harga kopi kemungkinan bukan hanya fenomena sementara. Dengan perubahan iklim yang terus berlanjut, biaya produksi kopi dunia bisa semakin mahal di masa depan.
Apa Dampaknya bagi Indonesia?
Di Amerika Serikat, konsumen harus merogoh kocek lebih dalam untuk secangkir kopi karena harga naik lebih dari 20% dalam setahun terakhir. Namun bagaimana dengan Indonesia, salah satu produsen kopi terbesar dunia?
Indonesia menempati posisi produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Produksi kopi Indonesia rata-rata 700 ribu–750 ribu ton per tahun, dengan sebagian besar diekspor ke pasar internasional.
Secara sekilas, kenaikan harga kopi dunia seharusnya menjadi berkah bagi petani Indonesia karena nilai jual ekspor meningkat. Namun, kenyataannya lebih kompleks:
-
Kenaikan Harga Belum Tentu Dinikmati Petani
Petani kopi di Indonesia sering menghadapi tantangan rantai distribusi panjang. Harga tinggi di pasar global tidak otomatis diterjemahkan menjadi pendapatan lebih besar bagi petani karena sebagian nilai ditahan oleh tengkulak, eksportir, atau biaya logistik. -
Biaya Produksi Juga Naik
Harga pupuk, tenaga kerja, dan transportasi semakin mahal. Cuaca ekstrem, banjir, hingga serangan hama juga menurunkan produktivitas, sehingga margin keuntungan petani tetap tipis. -
Kedai Kopi Lokal Tertekan
Lonjakan harga kopi global turut mendorong naiknya harga kopi di pasar domestik, terutama untuk jenis kopi premium seperti arabika. Kedai kopi di kota besar — yang dalam 5 tahun terakhir menjamur dengan target anak muda — kini menghadapi dilema: menaikkan harga atau mengurangi margin. -
Konsumsi Domestik Tinggi
Data International Coffee Organization (ICO) menunjukkan konsumsi kopi di Indonesia terus meningkat. Saat ini, konsumsi domestik tumbuh sekitar 8% per tahun, dengan pasar kopi kekinian (kopi susu gula aren, cold brew, dll.) sebagai pendorong utama. Artinya, meski harga naik, permintaan tetap kuat.
Dampak Strategis: Peluang dan Ancaman
-
Peluang Ekspor
Saat ekspor Brasil dan Kolombia turun karena cuaca buruk dan tarif tinggi, Indonesia bisa memanfaatkan momentum untuk memperluas pangsa pasar internasional. -
Ancaman Bagi Konsumen Lokal
Jika lebih banyak kopi diekspor karena harga luar negeri lebih menarik, pasokan dalam negeri bisa berkurang dan harga di pasar domestik ikut naik. Hal ini bisa membuat kopi di kedai maupun kopi kemasan lebih mahal bagi konsumen Indonesia. -
Inovasi Industri Kopi
Beberapa pemain besar di Indonesia, seperti Janji Jiwa, Kopi Kenangan, hingga Fore Coffee, perlu melakukan inovasi: menawarkan varian menu non-kopi, efisiensi operasional, atau strategi promosi kreatif untuk menjaga loyalitas pelanggan.
Kopi adalah salah satu komoditas paling populer di dunia, namun juga salah satu yang paling rentan terhadap guncangan global. Kenaikan harga lebih dari 20% dalam setahun terakhir menunjukkan betapa faktor cuaca, tarif, dan ketergantungan pada segelintir negara pemasok dapat berdampak langsung pada gaya hidup sehari-hari masyarakat.
Mungkin, di masa depan, secangkir kopi di meja kerja atau saat bersantai tidak lagi sesederhana dulu. Ia akan menjadi cermin dari dinamika global — dari kebijakan perdagangan, perubahan iklim, hingga daya beli konsumen.
Pada kenyataannya, kenaikan harga kopi global memberikan dampak dua sisi bagi Indonesia. Dari sisi produsen, ada peluang meningkatkan nilai ekspor. Namun dari sisi konsumen dan pelaku industri, ada tekanan biaya yang bisa membuat harga kopi di kedai maupun rumah tangga ikut naik.
Bagi Indonesia, tantangan ke depan adalah bagaimana memastikan petani kopi mendapat keuntungan lebih besar, sambil menjaga agar kopi tetap terjangkau bagi masyarakat. Dengan konsumsi domestik yang terus tumbuh, kopi jelas akan tetap menjadi bagian penting dari budaya harian, sekaligus simbol bagaimana ekonomi global bisa memengaruhi secangkir minuman di meja kita.