7-Eleven

7-Eleven Siap Gelontorkan $13 Milliar untuk Ekspansi

Raksasa ritel asal Jepang, Seven & i Holdings, induk usaha 7-Eleven, tengah menyiapkan langkah besar. Perusahaan ini berencana menggelontorkan investasi sekitar $13 miliar (setara Rp 213 triliun) untuk memperluas jaringan toko serba ada mereka di luar negeri. Fokusnya bukan hanya mempertahankan dominasi di Asia, tetapi juga menembus pasar baru di Amerika Selatan serta memperkuat pijakan di Eropa dan Amerika Utara.

Selama beberapa dekade, 7-Eleven dikenal sebagai simbol minimarket global dengan lebih dari 80.000 gerai yang tersebar di berbagai negara. Namun, sebagian besar pertumbuhannya masih terkonsentrasi di Asia, terutama Jepang, Thailand, dan Korea Selatan. Melihat tren konsumsi yang kian berkembang di Amerika Latin dan Eropa, manajemen menilai sudah saatnya 7-Eleven memperluas sayap ke wilayah yang pertumbuhannya menjanjikan.

Rencana ini juga mencerminkan ambisi perusahaan untuk mengimbangi kompetisi ketat di ritel global. Pasar Amerika Selatan, misalnya, menawarkan peluang besar dengan populasi muda dan urbanisasi cepat. Sementara di Eropa, gaya hidup serba cepat dan meningkatnya permintaan makanan siap saji bisa menjadi pintu masuk yang ideal untuk format convenience store ala 7-Eleven.

Selain ekspansi geografis, investasi jumbo ini akan diarahkan pada transformasi digital dan layanan berbasis teknologi. Dengan semakin banyaknya konsumen yang mengandalkan aplikasi untuk belanja harian, 7-Eleven ingin menghadirkan pengalaman belanja yang lebih mudah, mulai dari pembayaran nirsentuh hingga integrasi layanan pengantaran cepat.

Bagi North America, yang merupakan pasar penting bagi 7-Eleven, perusahaan berencana menambah gerai di lokasi strategis sekaligus memperkuat jaringan SPBU dan convenience store yang sudah ada. Strategi ini juga dimaksudkan untuk melawan kompetitor lokal seperti Circle K dan minimarket independen yang terus bertumbuh.

Jejak Panjang Ekspansi 7-Eleven

Perjalanan global 7-Eleven dimulai jauh sebelum istilah convenience store populer. Pertama kali berdiri di Dallas, Texas pada 1927, toko ini awalnya hanya menjual es batu sebelum berkembang menjadi gerai kebutuhan sehari-hari. Nama “7-Eleven” dipilih pada 1946 untuk menandakan jam operasional yang lebih panjang, dari pukul 7 pagi hingga 11 malam—yang kala itu dianggap revolusioner.

Pada 1970-an, 7-Eleven mulai melakukan ekspansi internasional dengan membuka cabang di Jepang. Tak disangka, pasar Jepang justru menjadi salah satu yang paling sukses, hingga kemudian Seven & i Holdings dari Jepang membeli kendali penuh atas merek 7-Eleven. Sejak saat itu, kendali bisnis 7-Eleven lebih banyak berpusat di Tokyo ketimbang Texas.

Memasuki 1990-an, jaringan ini merambah ke berbagai negara Asia seperti Korea Selatan, Taiwan, dan Thailand. Konsep toko kecil yang buka 24 jam terbukti sangat cocok dengan ritme hidup perkotaan di kawasan Asia.

Di 2000-an, 7-Eleven memperkuat posisi di Amerika Utara dengan mengakuisisi ribuan toko tambahan, sekaligus memperluas model bisnisnya lewat integrasi dengan SPBU.

Kini, dengan lebih dari 80.000 gerai di seluruh dunia, 7-Eleven sudah menjadi ikon ritel global. Rencana investasi $13 miliar untuk masuk ke Amerika Selatan dan memperbesar porsi di Eropa menandai babak baru ekspansinya—membawa filosofi “Always There” ke semakin banyak kota dan komunitas di dunia.

Dengan ambisi investasi raksasa ini, 7-Eleven tampaknya ingin membuktikan bahwa minimarket bukan sekadar tempat membeli kopi atau camilan cepat, tetapi bagian dari denyut kehidupan urban di berbagai belahan dunia. Dari Dallas ke Tokyo, lalu kini menuju São Paulo dan kota-kota Eropa, perjalanan 7-Eleven adalah cermin bagaimana sebuah toko kecil bisa berkembang menjadi jaringan ritel global yang terus berevolusi.