Greggs

Greggs Pertahankan Optimisme Meski Tekanan Belanja

(Business Lounge – Global News) Di tengah gejolak ekonomi dan turunnya kepercayaan konsumen di Inggris, jaringan makanan cepat saji Greggs justru menunjukkan ketahanan yang mengesankan. Dalam laporan keuangan terbarunya, perusahaan asal Newcastle ini mengumumkan kenaikan penjualan dan menegaskan bahwa mereka tetap mempertahankan panduan keuangan untuk tahun 2025, sebuah pernyataan yang dinilai oleh para analis sebagai sinyal kepercayaan terhadap strategi jangka panjang perusahaan.

Greggs, yang dikenal luas dengan produk-produk seperti sausage roll dan sandwich siap saji, mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar 7,4% pada kuartal pertama 2025 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka ini dikonfirmasi oleh pernyataan resmi perusahaan yang dikutip oleh Bloomberg, yang juga menyebut bahwa pertumbuhan tersebut didorong oleh pembukaan toko-toko baru serta peningkatan penjualan dari kanal digital.

Kinerja ini dinilai mengejutkan mengingat konteks makroekonomi Inggris yang belum sepenuhnya pulih. Sepanjang 2024, kepercayaan konsumen terus melemah akibat inflasi pangan, kenaikan suku bunga, dan ketidakpastian geopolitik yang memengaruhi daya beli rumah tangga. Dalam laporan yang dirilis oleh Financial Times, disebutkan bahwa indeks keyakinan konsumen di Inggris masih berada pada kisaran rendah, dan sektor ritel makanan menghadapi tekanan dari dua sisi: kenaikan biaya operasional serta konsumen yang lebih selektif dalam pengeluaran.

Greggs mengakui bahwa tantangan tersebut masih ada. Dalam pernyataan yang dikutip oleh Reuters, CEO Roisin Currie menyebut bahwa tahun 2024 memang menjadi masa transisi yang berat. “Kami telah memperkirakan adanya hambatan, terutama akibat tekanan biaya dan siklus ekonomi yang ketat,” ujarnya. Namun, Currie juga menambahkan bahwa perusahaan sudah melakukan langkah-langkah mitigasi sejak awal, seperti efisiensi operasional dan ekspansi cerdas ke lokasi-lokasi dengan trafik tinggi.

Salah satu kekuatan utama Greggs terletak pada adaptasi model bisnisnya. Dalam satu dekade terakhir, perusahaan ini berevolusi dari toko roti konvensional menjadi penyedia makanan cepat saji yang berorientasi pada convenience dan digitalisasi. Kanal pemesanan online, kerja sama dengan layanan pengiriman seperti Just Eat dan Uber Eats, serta sistem pemesanan lewat aplikasi internal menjadi tulang punggung pertumbuhan penjualan.

“Format bisnis Greggs sangat cocok untuk mobilitas tinggi dan pola konsumsi on-the-go,” ujar analis dari Shore Capital kepada Bloomberg. “Model hybrid antara toko fisik dan layanan digital membuat mereka lebih tangguh dibanding rantai restoran lain yang terlalu bergantung pada pengalaman makan di tempat.”

Ekspansi gerai juga menjadi strategi utama. Greggs menambahkan 64 toko baru selama kuartal pertama 2025, dengan fokus pada stasiun kereta, pom bensin, dan pusat perbelanjaan. Perusahaan menargetkan untuk membuka 160 toko baru sepanjang tahun, dengan tetap mempertahankan margin operasional pada kisaran yang sehat.

Meski demikian, tantangan tetap membayangi. Harga bahan baku seperti gandum, daging, dan keju masih belum sepenuhnya stabil, ditambah dengan biaya energi yang tinggi. Dalam laporan terbarunya, Financial Times mencatat bahwa sektor makanan siap saji di Inggris menghadapi rata-rata kenaikan biaya input sebesar 12% selama 12 bulan terakhir. Greggs mengatasi tekanan ini dengan strategi pengadaan bahan baku jangka panjang dan renegosiasi kontrak pasokan.

Greggs juga menunjukkan kemampuan beradaptasi dalam pilihan menu. Perusahaan secara konsisten meluncurkan produk baru untuk merespons tren pasar, termasuk opsi vegan dan makanan sehat. Salah satu peluncuran yang cukup sukses adalah Mexican Chicken Flatbread dan Vegan Cajun Roll, yang mendapat respons positif di media sosial dan kanal digital.

Selain dari sisi produk, fokus Greggs pada efisiensi operasional turut berkontribusi pada stabilitas profitabilitas. Investasi dalam otomasi dapur, sistem pemantauan rantai pasok, dan pelatihan karyawan terus dilakukan sebagai upaya mempertahankan standar kualitas tanpa menaikkan harga terlalu tinggi.

Dalam panduan keuangan yang dikonfirmasi ulang, Greggs tetap menargetkan pertumbuhan dua digit untuk laba operasional pada 2025. “Kami percaya diri bahwa inisiatif strategis kami akan membuahkan hasil positif meski lingkungan eksternal masih penuh ketidakpastian,” ungkap Roisin Currie dalam laporan kepada investor yang dikutip oleh Reuters.

Investor pun menyambut laporan ini dengan optimisme. Saham Greggs naik hampir 5% setelah pengumuman laporan kuartalan. Analis dari Jefferies menulis bahwa “kejelasan panduan dan konsistensi eksekusi Greggs menjadi kekuatan utama di tengah volatilitas sektor.” Sementara itu, Bloomberg Intelligence menyebut bahwa Greggs merupakan salah satu dari sedikit perusahaan ritel makanan Inggris yang mampu menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan profitabilitas dalam lingkungan ekonomi yang penuh tekanan.

Kekuatan budaya perusahaan juga menjadi salah satu faktor keberhasilan. Greggs memiliki reputasi sebagai tempat kerja yang adil, inklusif, dan memberikan peluang karier. Dalam laporan internal yang juga dikutip oleh Financial Times, tingkat retensi karyawan tetap stabil meskipun industri ritel Inggris mengalami turnover tinggi. Program pelatihan dan kenaikan upah minimum internal menjadi bukti bahwa Greggs tak hanya mengejar keuntungan tetapi juga memperhatikan keberlanjutan sosial.

Ke depan, Greggs masih memiliki pekerjaan rumah besar. Tekanan ekonomi mungkin belum mereda, dan pola konsumsi masyarakat pasca-pandemi terus berubah. Namun dengan fondasi yang kuat, fokus pada efisiensi, inovasi produk, dan adaptasi terhadap perilaku konsumen digital, Greggs menunjukkan bahwa sektor makanan cepat saji masih memiliki ruang tumbuh—bahkan di masa sulit sekalipun.

Di tengah badai inflasi dan penurunan kepercayaan konsumen, Greggs menegaskan satu hal: bahwa ketangguhan dan inovasi bukan hanya soal teknologi tinggi atau investasi besar, melainkan kemampuan memahami pasar dan meresponsnya dengan gesit dan konsisten. Dan untuk saat ini, strategi itu masih berjalan efektif.