(Business Lounge Journal – Global News) Sharp yang saat ini menerapkan langkah-langkah rekonstruksi manajemen, telah meminta semua karyawan untuk menetapkan jumlah target untuk pembelian produk-produk perusahaan.
Perusahaan telah meminta anggota dewan dan pejabat eksekutif untuk menghabiskan 200.000 yen atau sekitar 22,4 juta rupiah pada produk Sharp; 100.000 yen atau sekitar 11,2 juta rupiah untuk karyawan pada posisi manajemen, dan 50.000 yen atau sekitar 5,6 juta rupiah untuk semua karyawan lainnya, demikian menurut laporan Sankei Shimbun seperti dilansir oleh Japantoday.
Selanjutnya, karyawan dapat membeli TV dan lemari es untuk harga khusus dan mendapatkan penggantian sebesar 2% dari total harga pembelian. Program ini berlangsung sampai Jan 29, 2016.
Sharp mengatakan bahwa hal ini tidak wajib bagi karyawan, namun karyawan yang akan melakkan pembelian harus melakukannya melalui situs web tertentu, sehingga perusahaan dapat melihat siapa yang membeli dan apa yang dibeli.
Yoshisuke Hasegawa, seorang direktur eksekutif senior, menulis dalam sebuah dokumen internal kepada karyawan, dan yang bocor ke media Jepang: “Tolong bantu kami melewati situasi sulit ini”, demikian seperti dilansir oleh Japantoday.
Sharp pada 31 Oktober lalu membukukan rugi bersih enam bulan kekalahan sebesar 83,6 miliar yen, terkena biaya dan penurunan dalam permintaan untuk layar smartphone restrukturisasi. Sharp mem-posting kerugian pada setengah tahun hingga September, turun dari keuntungan kecil tahun sebelumnya, sedangkan pendapatan turun 3,6% menjadi 1,28 triliun yen.
Layar raksasa kristal cair, yang merupakan pemasok utama untuk Apple dan pembuat ponsel lainnya, mengalami penurunan permintaan smartphone layar di Tiongkok untuk set yang terbaru dan dengan hasil yang buruk. Awal tahun ini, Sharp mengatakan perusahaan memotong 10% dari tenaga kerja globalnya 49.000 sebagai bagian dari rencana turnaround sebagai upaya untuk tetap bertahan.
Sharp sebelumnya mengumumkan penjualan bangunan markasnya di Osaka dan saham yang diterbitkan untuk bank, dalam sebuah pernyataan jelas bagaimana perusahaan ini sedang mengalami kesusahan bahkan Japan today mengatakannya sebagai situasi putus asa.
Perusahaan rivalnya seperti Sony dan Panasonic, telah bekerja untuk meningkatkan pendapatan sehubungan dengan defisit yang dialami pada tahun lalu dan kerugian tajam di unit televisi-nya. Ketiga perusahaan tersebut terpukul dengan adanya persaingan dari para pesaing dengan biaya yang lebih rendah, terutama dari Korea Selatan dan Taiwan.
nancy/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana
Image : Business Lounge Jurnal