LIMA: Tick Tock Teak

(Business Lounge – Entrepreneurial News) “Adding Value to A Small Piece of Wood with Good Design merupakan motto dari LIMA, sebuah brand jam tangan milik Herman Tantriady. Sang pemilik brand ini sangat menyukai furniture,  dan dari hobinya inilah timbul keinginan untuk mengembangkan hobi serta kemampuannya dalam design. Sang pemilik sendiri, yang kebetulan sangat gemar mengkoleksi jam tangan, memutuskan untuk membuat jam tangan sebagai produk pertamanya. ia bertekad, bahwa produknya harus mudah dikenali sebagai produk buatan Indonesia.

photo 5

Keunikan dari jam tangan LIMA terletak pada bahan dan bentuk design-nya. Bahan utama untuk membuat frame dari jam tangan LIMA bukan metal, namun dibuat dengan kayu. Ada 3 jenis kayu yang digunakan yaitu kayu eboni, maple, dan jati (teak) sebagai pilihan material yang digunakan untuk produksi.

Walaupun kehadiran jam tangan berbahan dasar kayu di pasaran sudah cukup lama, dan pesaingnya pun sudah cukup berpengalaman, dapat dikatakan impact-nya masih rendah jika dibandingkan dengan jam tangan dengan design klasik ataupun modern dengan bahan dasar metal. Jam tangan dengan bahan tersebut telah ada di pasaran selama bertahun-tahun dan telah menjadi suatu tradisi yang sulit ditembus. Namun, menurut apa yang dapat businesslounge.co.id – Vibiz Media Network dapat simpulkan, Herman telah mempersiapkan formula untuk menangkis tantangan ini yaitu ada pada quality, branding, design, dan pricing.

Quality.LIMA diproduksi di Tiongkok dan menggunakan mesin movement dari Swiss. Menurut Herman, kedua negara ini memenuhi ekspetasinya untuk quality. “Saya sudah mencoba untuk mencari produsen di Indonesia, tetapi tidak ada yang bisa memenuhi spesifikasi saya,” demikian Herman berujar.

Sebagai seorang artisan sejati, Herman menjelaskan dengan detil bahwa design casing dari jam tangannya dapat diadu dengan merek-merek jam tangan kayu lainnya.

Lima Watch (4)

Branding. LIMA menggunakan strategi untuk bersaing tidak hanya pada target pasaran lokal, namun juga global. Itulah sebabnya bagi Herman, bagaimana cara mengkomunikasikan LIMA kepada target market juga sangat penting. Dari segi design, tampilan, logo, package, dan tempat promosi, Herman memastikan setiap elemen dari LIMA ditujukan kepada target market yang sesuai.

Design. LIMA memiliki design yang juga dapat dibilang sangat tidak orthodox. Produk pertamanya, LIMA PA:GI misalnya, memiliki design yang tebal, tidak seperti jam tangan pada umumnya. Namun Herman berkata bahwa justru disitulah letak inovasinya. “Saya ingin orang langsung mengenal produk saya dari jauh. Ada distinctive value-nya. Itulah kenapa saya berinovasi dengan design-nya. Jadi kalau saya bilang, you either like it or not,” ujarnya sembari tertawa.

photo 6

Pricing. Strategi pricing juga mendapatkan perhatian khusus dari Herman. “Sejauh ini kita ada dua produk. LIMA PA:GI dan yang terbaru LIMA SO:RE. Yang pertama harganya 1.4 juta rupiah, dan yang kedua harganya 1.9 juta rupiah,” demikian Herman menjelaskan.

Menurutnya, appropriate pricing strategy sangat penting dan untuk mendapatkan target market yang sesuai, menurut Herman, harganya juga harus sesuai dengan perilaku market tersebut. Selain itu, tempat penjualan juga berpengaruh. Itulah kenapa Herman juga memilah-milih tempat yang cocok untuk produknya baik di dalam maupun di luar negeri. “Ya , LIMA juga dijual di Singapura,” ujarnya bangga.

photo 7

BUSINESS ANALYSIS

Dari empat strategi bisnis yang ditawarkan LIMA, saya akan highlight satu hal yang penting, yaitu soal appropriate pricing. Jika korelasi antar harga-design-branding tidak berkesinambungan, alhasil, target market yang dicari akan meleset. Anda harus dengan jeli menentukan target market seperti apa yang Anda ingin dapatkan. Seperti LIMA, ketika Herman menentukan target market-nya, maka harga dari produk LIMA pun disesuaikan dengan perilaku market tersebut. Anda harus perhatikan, apakah produk Anda memiliki appropriate pricing. Jika Anda sudah mantap dengan harga yang Anda tawarkan, maka Anda harus memastikan bahwa design dan branding yang Anda miliki pun harus merupakan representasi dari pricing strategy tersebut, vice versa.

Contoh mudah, Anda tidak dapat mematok harga terlalu tinggi dengan design yang complicated untuk sebuah brand sepatu jika target market anda menengah-ke bawah. Begitu pula sebaliknya. Inilah yang disebut appropriate pricing strategy.

Michael Judah Sumbayak/VMN/BL/Managing Director of Business Lounge

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x