(Business Lounge – Global News) Korea Zinc, produsen seng terbesar di dunia, berencana membangun fasilitas peleburan senilai sekitar 7,43 miliar dolar AS di Amerika Serikat, sebuah langkah besar yang menempatkan perusahaan Korea Selatan itu di pusat strategi rantai pasok mineral kritis Washington. Proyek ini akan dikembangkan melalui usaha patungan yang juga melibatkan pemerintah AS dan investor strategis domestik, menegaskan bahwa keputusan bisnis ini sekaligus sarat muatan geopolitik.
Menurut keterbukaan perusahaan, konstruksi smelter akan dimulai pada 2027 dan ditargetkan rampung pada akhir 2029. Lokasinya di Clarksville, Tennessee, dipilih untuk membangun fasilitas berskala besar yang mampu memproduksi sekitar 300.000 metrik ton seng, 200.000 ton timbal, 35.000 ton tembaga, serta 5.100 ton mineral langka setiap tahun. Dalam jangka lebih panjang, kompleks ini berpotensi berkembang menjadi smelter terpadu yang juga menghasilkan antimon, germanium, gallium, dan mineral strategis lain yang semakin penting bagi industri teknologi dan pertahanan.
Keterlibatan pemerintah AS dan investor strategis dengan komitmen investasi sekitar 1,94 miliar dolar AS, atau lebih dari 26 persen dari total nilai proyek, menunjukkan bahwa fasilitas ini dipandang sebagai aset strategis, bukan sekadar proyek industri. Kepemilikan signifikan tersebut memberi Washington posisi langsung dalam rantai pasok logam dan mineral yang selama ini sangat terkonsentrasi di Asia, khususnya China.
Pasar bereaksi cepat terhadap kabar ini. Saham Korea Zinc sempat melonjak hingga 26 persen sebelum ditutup naik lebih moderat, sebuah refleksi optimisme investor terhadap potensi jangka panjang proyek tersebut. Lonjakan awal itu juga mencerminkan betapa besarnya nilai strategis fasilitas baru ini di mata pasar, bahkan ketika indeks acuan Kospi ditutup melemah pada hari yang sama.
Langkah Korea Zinc datang di tengah kekhawatiran yang semakin terbuka di kalangan pemerintah Barat mengenai ketergantungan pada China untuk mineral kritis dan rare earths. Beijing selama bertahun-tahun membangun dominasi di sektor ini, memberi China pengaruh besar terhadap industri teknologi, energi bersih, dan pertahanan global. Dengan membangun smelter di AS, Korea Zinc ikut menjadi bagian dari upaya diversifikasi pasokan yang dipimpin Washington dan Seoul.
Bagi Korea Zinc sendiri, proyek ini memperluas jejak global perusahaan sekaligus mengamankan posisi di pasar yang semakin politis. Permintaan logam dan mineral strategis diperkirakan terus meningkat seiring transisi energi, elektrifikasi kendaraan, dan kebutuhan industri semikonduktor. Beroperasi langsung di AS memberi perusahaan akses lebih dekat ke pelanggan, perlindungan kebijakan, serta stabilitas jangka panjang di tengah fragmentasi perdagangan global.
Pernyataan perusahaan yang menyinggung “weaponisasi sumber daya” mencerminkan perubahan lanskap ekonomi internasional. Mineral dan logam tidak lagi diperlakukan sebagai komoditas netral, melainkan sebagai bagian dari arsitektur keamanan nasional. Proyek smelter ini menjadi contoh bagaimana perusahaan industri kini harus menavigasi kepentingan komersial dan strategi geopolitik secara bersamaan.
Jika proyek ini berjalan sesuai rencana, fasilitas di Tennessee berpotensi menjadi salah satu pilar baru rantai pasok mineral non-China. Investasi besar, keterlibatan negara, dan fokus pada mineral strategis menandakan bahwa smelter ini bukan sekadar tambahan kapasitas produksi, melainkan simbol pergeseran arah global menuju pasokan yang lebih terdiversifikasi dan berorientasi keamanan.

