Matcha: Dari Upacara Teh Jepang hingga Tren Gaya Hidup Global

(Business Lounge Journal – News and Insight)

Beberapa tahun lalu, mungkin tak banyak yang menyangka bahwa secangkir teh hijau bubuk dapat menjadi tren global hingga menimbulkan kelangkaan di pasaran. Namun, itulah yang terjadi dengan matcha — minuman yang kini tak hanya identik dengan budaya Jepang, tetapi juga telah menjadi simbol gaya hidup sehat dan modern di seluruh dunia.

Mulai dari matcha latte di kafe-kafe bergaya minimalis hingga kue dan es krim berwarna hijau lembut, matcha kini hadir di mana-mana. Namun, di balik popularitasnya yang luar biasa, ada sejarah panjang dan proses yang sangat halus dalam setiap bubuk hijaunya.

Apa Itu Matcha?

Matcha berasal dari tanaman Camellia sinensis — tanaman yang sama digunakan untuk membuat berbagai jenis teh lainnya seperti teh hijau dan teh hitam. Bedanya, matcha tidak diseduh dari daun teh utuh, melainkan diolah menjadi bubuk halus dengan rasa khas: sedikit manis, beraroma rumput segar, dan mengandung umami yang lembut.

Secara tradisional, matcha digunakan dalam upacara minum teh Jepang (chanoyu), sebuah ritual yang mencerminkan keharmonisan, ketenangan, dan penghargaan terhadap setiap momen. Kini, matcha juga menjadi bagian dari budaya global — disajikan dalam bentuk minuman, smoothie, bahkan hidangan penutup.

Asal Usul dan Perjalanan Matcha

Meski kini identik dengan Jepang, akar sejarah matcha berawal dari Tiongkok. Pada masa Dinasti Tang dan Song, teh dalam bentuk bubuk telah dikenal dan disajikan dengan cara dikocok menggunakan air panas. Sekitar abad ke-11, seorang biksu Zen Jepang membawa tradisi ini ke negaranya.

Seiring waktu, masyarakat Jepang menyempurnakan metode penanaman dan pengolahan teh ini. Matcha pun menjadi bagian penting dalam kehidupan spiritual dan budaya mereka.

Beberapa daerah di Jepang yang terkenal sebagai penghasil matcha berkualitas tinggi antara lain Uji (Kyoto), Nishio (Aichi), Shizuoka, dan Fukuoka. Dari daerah-daerah inilah lahir bubuk teh hijau dengan warna cerah dan aroma yang khas — hasil dari tradisi yang dijaga selama berabad-abad.

Makna Kultural dan Filosofis

Matcha bukan sekadar minuman — ia adalah pengalaman.
Dalam tradisi Zen, para samurai di masa lalu meminumnya untuk memulihkan ketenangan pikiran dan tubuh setelah peperangan. Upacara minum teh mengajarkan konsep ichigo ichie, yang berarti “setiap pertemuan hanya terjadi sekali dalam seumur hidup.”

Nilai ini menekankan pentingnya hadir sepenuhnya dalam setiap momen dan menghargai kebersamaan — filosofi yang kini menjadi daya tarik global di tengah dunia yang serba cepat.

Bagaimana Matcha Dibuat

Proses pembuatan matcha jauh lebih kompleks dibanding teh biasa. Perjalanan matcha dari kebun hingga ke cangkir Anda melalui tahapan yang sangat terkontrol dan penuh perhatian.

1. Penanaman di Bawah Naungan
Beberapa minggu sebelum panen, tanaman teh ditutupi dengan anyaman bambu agar tidak terkena sinar matahari langsung. Proses ini meningkatkan kadar klorofil dan asam amino, menghasilkan warna hijau cerah dan rasa lembut khas matcha.

2. Pemanenan dan Pengolahan Awal
Daun muda dipetik dengan tangan, kemudian segera dikukus untuk mencegah oksidasi. Setelah itu, daun dikeringkan dan dihilangkan batang serta uratnya — menghasilkan bahan bernama tencha.

3. Penggilingan Batu
Tencha kemudian digiling menggunakan batu granit hingga menjadi bubuk halus. Proses ini berlangsung lambat, bisa memakan waktu satu jam hanya untuk menghasilkan 30 gram matcha. Kecepatan rendah menjaga suhu tetap stabil agar daun tidak terbakar.

Matcha berkualitas tinggi memiliki warna hijau cerah, tekstur lembut, dan aroma segar. Sementara matcha berkualitas rendah cenderung berwarna kusam dan terasa lebih pahit.

Kelas dan Kualitas Matcha

Di Jepang, matcha diklasifikasikan berdasarkan warna, aroma, dan rasa. Secara umum, ada dua jenis utama yang dikenal di dunia:

  • Ceremonial Grade
    Kualitas tertinggi, digunakan khusus untuk upacara teh. Rasanya halus, tidak pahit, dan memiliki aroma lembut.
  • Culinary Grade
    Kualitas yang digunakan untuk memasak dan membuat kue. Rasanya lebih kuat dan sedikit pahit, namun sangat cocok untuk campuran latte atau dessert.

Harga matcha pun bervariasi. Matcha kuliner berkisar antara USD 0,25–0,50 per gram, sementara matcha upacara bisa mencapai USD 1 per gram. Permintaan global yang tinggi dan kondisi cuaca yang berubah membuat harga terus meningkat, menjadikan matcha sebagai komoditas premium di pasar internasional.

Dari Ritual ke Tren Dunia

Matcha telah melintasi batas budaya — dari kuil Zen di Kyoto hingga gerai kopi modern di New York. Popularitasnya didorong oleh gaya hidup sehat dan estetika visualnya yang menenangkan.

Bahkan, banyak merek global seperti Starbucks mulai menghadirkan varian matcha drinks untuk menarik konsumen yang lebih sadar kesehatan. Tren ini menegaskan bahwa di balik secangkir bubuk hijau sederhana, tersimpan filosofi hidup yang dalam: ketenangan, kesadaran, dan keindahan dalam setiap momen.