Banyak orang berpikir awet muda hanya soal kulit kencang atau pola makan sehat. Padahal, “kemudaan” sejati juga bisa terjadi di dalam otak. Penelitian menunjukkan bahwa berpikir kreatif mampu menjaga otak tetap muda — bahkan memperlambat penurunan daya ingat dan fungsi kognitif seiring bertambahnya usia.
Riset dari Harvard University dan National Institute on Aging (AS, 2023) menemukan bahwa orang yang rutin melakukan aktivitas kreatif seperti menulis, melukis, membuat musik, atau memecahkan masalah dengan cara baru memiliki aktivitas otak menyerupai individu 10–15 tahun lebih muda. Kreativitas menstimulasi bagian otak seperti prefrontal cortex dan hippocampus — wilayah yang berperan penting dalam memori dan perencanaan.
Beberapa contoh “olahraga otak” yang terbukti membantu menjaga kemudaan mental:
-
Menulis kreatif atau jurnal harian
Aktivitas ini melatih imajinasi, bahasa, dan memori jangka panjang. Menulis juga menstimulasi area prefrontal cortex, yang berperan penting dalam pengambilan keputusan dan ekspresi diri. -
Bermain alat musik atau bernyanyi
Bermusik adalah latihan kompleks untuk otak. Ia mengaktifkan koordinasi antara otak kiri dan kanan, meningkatkan konsentrasi, serta memperkuat daya ingat auditori. -
Melukis, membuat kerajinan, atau fotografi
Aktivitas visual seperti ini meningkatkan koneksi antara korteks visual dan area kreativitas. Selain itu, efek relaksasinya menurunkan hormon stres kortisol — salah satu faktor penuaan otak. -
Mempelajari hal baru
Misalnya belajar bahasa asing, mencoba resep baru, atau mempelajari alat musik baru. Proses ini memaksa otak membangun jaringan sinaptik baru, yang menjaga fleksibilitas mental layaknya “stretching” untuk pikiran. -
Bermain teka-teki atau game strategi
Sudoku, catur, dan puzzle menantang logika dan perencanaan. Ini seperti latihan beban bagi otak — meningkatkan fokus dan kecepatan berpikir. -
Berolahraga fisik dengan unsur koordinasi
Menurut Levitin, olahraga seperti menari, yoga, atau tai chi juga bisa menjadi bentuk “olahraga otak”. Gerakan yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi tangan-mata melatih koneksi saraf motorik sekaligus meningkatkan aliran darah ke otak.
Menurut Dr. Anne Richards dari Harvard, setiap kali seseorang berimajinasi atau mencoba hal baru, otaknya membentuk koneksi sinaptik baru. Proses ini meningkatkan neuroplastisitas, yaitu kemampuan otak untuk beradaptasi dan tumbuh — ciri khas otak muda yang lentur dan tanggap terhadap perubahan.
Aktivitas kreatif juga menurunkan hormon stres (kortisol) dan meningkatkan dopamin, hormon yang membuat kita merasa bahagia. Karena itu, setelah melukis, menulis, atau sekadar memotret sesuatu yang menarik, orang biasanya merasa lebih segar dan semangat.
Penelitian lain dari University College London (UCL, 2022) menyebut bahwa orang yang aktif secara kreatif memiliki cognitive resilience yang lebih tinggi, yaitu kemampuan otak untuk tetap tajam meski usia bertambah. Bahkan aktivitas sederhana seperti mencoba resep baru, berkebun, atau membuat kerajinan tangan dapat memberikan efek serupa.
Ahli neurologi Dr. Daniel Levitin menegaskan, “Kreativitas adalah bentuk olahraga bagi otak. Semakin sering digunakan, semakin kuat dan muda ia terasa.” Maksudnya, otak butuh latihan seperti tubuh. “Olahraga” otak bisa berupa menulis, bermain musik, menggambar, bermain teka-teki, belajar bahasa baru, atau bahkan menari dan yoga — kegiatan yang menstimulasi koordinasi, fokus, serta aliran darah ke otak.
Dengan kata lain, setiap kali kita menantang diri untuk berpikir dan mencoba sesuatu yang baru, otak sedang berolahraga. Aktivitas kreatif bukan sekadar hobi, tapi juga investasi jangka panjang untuk menjaga kesehatan mental dan mencegah penuaan dini pada otak.
Jadi, jika ingin otak tetap muda, jangan takut berimajinasi. Cobalah hal-hal baru, buat karya kecil, dan terus gunakan kreativitasmu — karena di setiap ide yang lahir, otak sedang menyalakan kembali energi mudanya.

