Memasuki usia 50 tahun sering kali memunculkan kesadaran akan perubahan pada tubuh, termasuk pada fungsi kognitif. Penurunan kemampuan memori dan fokus memang umum terjadi seiring bertambahnya usia, namun ini bukanlah takdir yang pasti. Otak adalah organ yang luar biasa plastis, dan dengan upaya proaktif, kita dapat menjaga ketajamannya, bahkan bagi orang usia 50-an hingga di usia 80-an, sebuah fenomena yang disebut SuperAger.
Istilah “superager” merujuk pada sekelompok orang lanjut usia yang kemampuan kognitifnya — terutama daya ingat dan fungsi otaknya — tetap tajam seperti orang yang jauh lebih muda, bahkan sebanding dengan individu berusia 20–30 tahun lebih muda dari mereka.
Istilah “superager” pertama kali digunakan oleh tim peneliti dari Northwestern University di Amerika Serikat, sekitar tahun 2007–2012, dalam proyek penelitian yang disebut The SuperAging Study yang dipimpin oleh Dr. Emily Rogalski dan rekan-rekannya dari Cognitive Neurology and Alzheimer’s Disease Center (CNADC).
Penelitian tersebut awalnya bertujuan untuk memahami mengapa sebagian kecil orang berusia di atas 80 tahun masih memiliki kemampuan memori yang sama baiknya dengan orang berusia 50 atau 60 tahun. Dari situlah istilah superager lahir — untuk menggambarkan mereka yang “super” dalam penuaan kognitif.
Perubahan kognitif di usia pertengahan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk latar belakang pendidikan, gaya hidup, dan riwayat kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki cadangan kognitif yang lebih baik, karena mereka terbiasa menantang mentalnya secara terus-menerus. Namun, kabar baiknya adalah ada banyak langkah yang dapat diambil untuk melindungi dan meningkatkan memori di usia ini.
Kunci utamanya terletak pada gaya hidup sehat. Aktivitas fisik rutin adalah salah satu pelindung otak terbaik. Olahraga, seperti aerobik ringan (jalan cepat, jogging, berenang) selama minimal 150 menit seminggu, dapat meningkatkan aliran darah ke otak dan mendorong perkembangan sel saraf baru, yang sangat penting untuk penyimpanan memori.
Selain fisik, melatih otak secara mental juga sangat esensial. Jadikan belajar sebagai kebiasaan, entah itu belajar bahasa baru, bermain alat musik, memecahkan teka-teki silang, atau bermain game strategi seperti catur. Tantangan mental semacam ini membantu memperkuat koneksi saraf dan mempertahankan fungsi kognitif.
Faktor gaya hidup lain yang tidak kalah penting adalah tidur yang cukup dan berkualitas. Mayoritas orang dewasa membutuhkan 7-9 jam tidur per malam. Kurang tidur dikaitkan erat dengan peningkatan risiko penurunan kognitif dan demensia karena tidur adalah waktu bagi otak untuk membersihkan diri dan mengonsolidasikan ingatan.
Terakhir, perhatikan asupan makanan dan interaksi sosial. Diet kaya antioksidan, omega-3 (dari ikan berlemak), serta buah dan sayuran, sangat baik untuk menjaga kesehatan sel saraf. Selain itu, aktif bersosialisasi dan menjaga hubungan interpersonal yang kuat dapat menangkal depresi dan stres, yang keduanya dapat berkontribusi pada masalah memori.
Usia 50-an bukan akhir dari kejernihan pikiran, melainkan awal dari fase di mana investasi pada kesehatan otak akan memberikan hasil jangka panjang yang signifikan. Dengan memprioritaskan aktivitas fisik, stimulasi mental, tidur yang berkualitas, dan koneksi sosial, kita dapat terus menikmati memori yang tajam dan hidup yang aktif.