(Business Lounge – Global News) Perusahaan rintisan truk otonom, Kodiak Robotics, sedang bersiap memasuki pasar publik setelah mencapai kesepakatan senilai sekitar 2,5 miliar dolar AS. Langkah ini menandai babak baru bagi pemain utama dalam teknologi kendaraan tanpa pengemudi, khususnya di sektor angkutan jarak jauh yang selama ini dianggap sebagai salah satu area paling menjanjikan untuk otomatisasi. Menurut laporan The Wall Street Journal, Kodiak berencana memanfaatkan momentum meningkatnya minat investor terhadap teknologi logistik yang mampu memangkas biaya dan mengatasi kekurangan sopir truk di Amerika Serikat.
Kodiak, yang berbasis di Mountain View, California, mengembangkan perangkat lunak dan sistem sensor yang dirancang untuk memungkinkan truk kelas berat beroperasi tanpa campur tangan pengemudi. Perusahaan ini bukan satu-satunya yang mengincar peluang di bidang tersebut. Sejumlah pesaing seperti Aurora Innovation, TuSimple, dan PlusAI juga tengah menguji teknologi serupa, namun langkah Kodiak menuju pasar publik dipandang sebagai tanda kepercayaan diri yang besar terhadap kesiapan model bisnisnya. Bloomberg mencatat bahwa nilai kesepakatan ini didasarkan pada rencana penggabungan dengan perusahaan akuisisi bertujuan khusus (SPAC), sebuah jalur yang semakin populer bagi startup teknologi yang ingin mengakses pasar modal lebih cepat.
Pasar truk jarak jauh di Amerika Serikat sendiri sangat besar, dengan nilai mencapai ratusan miliar dolar per tahun. Namun industri ini juga menghadapi masalah struktural, termasuk kekurangan sopir yang kronis, biaya bahan bakar yang tinggi, serta tekanan efisiensi dari rantai pasok global. Teknologi otonom diyakini dapat memberikan solusi signifikan. Dengan mengurangi ketergantungan pada sopir manusia, perusahaan logistik dapat menekan biaya tenaga kerja, memperpanjang jam operasi, serta meningkatkan keselamatan dengan mengurangi risiko kecelakaan akibat kelelahan. Reuters menambahkan bahwa Kodiak menargetkan teknologi mereka dapat mulai digunakan secara komersial penuh dalam beberapa tahun ke depan, meski regulasi dan penerimaan publik masih menjadi tantangan utama.
Kesepakatan IPO ini akan memberikan Kodiak tambahan modal untuk mempercepat pengembangan teknologi dan memperluas uji coba operasional. Perusahaan telah melakukan pengujian di beberapa rute di Texas, negara bagian yang dianggap ramah regulasi terhadap kendaraan otonom. Texas juga menjadi pusat logistik penting karena letaknya yang strategis, menghubungkan pelabuhan, pusat distribusi, dan jalur perdagangan lintas negara. Menurut CNBC, keberhasilan Kodiak menguji truk otonom di jalur sepanjang ribuan mil di wilayah tersebut menjadi salah satu alasan mengapa investor percaya diri terhadap prospek jangka panjang perusahaan.
Meski begitu, jalan menuju profitabilitas tidak akan mudah. Startup truk otonom sejauh ini masih membakar banyak modal untuk penelitian, pengembangan, dan pengujian. Aurora, misalnya, masih melaporkan kerugian ratusan juta dolar per tahun. Kondisi serupa juga dialami TuSimple yang sempat go public namun kemudian menghadapi masalah internal dan tekanan regulasi, termasuk pemeriksaan dari Komite Investasi Asing di Amerika Serikat (CFIUS) terkait kepemilikan asing. Financial Times menyoroti bahwa keberhasilan Kodiak sangat bergantung pada kemampuannya menyeimbangkan kecepatan inovasi dengan kebutuhan menjaga arus kas dan membangun kepercayaan regulator.
Bagi investor, daya tarik utama Kodiak adalah skala pasar dan potensi margin jangka panjang. Truk otonom tidak hanya menjanjikan efisiensi biaya, tetapi juga membuka peluang model bisnis baru, misalnya layanan perangkat lunak berlangganan untuk perusahaan logistik atau integrasi sistem keselamatan yang dijual kepada produsen kendaraan. Menurut analisis Barron’s, jika teknologi ini terbukti dapat diadopsi secara luas, valuasi startup seperti Kodiak bisa melonjak jauh melampaui angka saat ini. Namun, risiko regulasi, isu keselamatan, dan penerimaan publik tetap menjadi faktor penentu.
Salah satu hambatan terbesar adalah regulasi di tingkat federal dan negara bagian. Meski beberapa negara bagian seperti Texas dan Arizona relatif terbuka terhadap pengujian kendaraan otonom, belum ada kerangka regulasi nasional yang jelas. Hal ini menciptakan ketidakpastian bagi perusahaan seperti Kodiak yang berambisi memperluas operasi ke seluruh negeri. Selain itu, kelompok pekerja dan serikat buruh sopir truk juga memandang otomatisasi sebagai ancaman terhadap lapangan kerja. The New York Times menulis bahwa meskipun perusahaan menekankan potensi menciptakan peran baru di bidang teknis dan pemeliharaan, kekhawatiran akan hilangnya ratusan ribu pekerjaan sopir tidak bisa diabaikan.
Dari sisi teknologi, Kodiak mengklaim pendekatannya lebih sederhana dibanding beberapa pesaing. Alih-alih mencoba mengembangkan sistem otonomi penuh untuk semua jenis jalan, Kodiak fokus pada rute jarak jauh di jalan tol antarnegara bagian, yang relatif lebih mudah dipetakan dan diprediksi dibanding jalan perkotaan. Strategi ini mirip dengan Aurora, tetapi berbeda dengan Waymo yang mencoba menghadirkan otonomi di berbagai segmen sekaligus. Pendekatan fokus Kodiak disebut sebagai cara lebih realistis untuk mencapai komersialisasi lebih cepat. TechCrunch melaporkan bahwa perusahaan kini memiliki lebih dari 65 truk uji coba yang beroperasi di AS, dengan rencana menambah armada seiring masuknya modal baru.
Bagi pasar logistik, kemunculan teknologi ini bisa menjadi pengubah permainan. Dengan biaya transportasi yang lebih rendah, perusahaan ritel hingga manufaktur dapat memperbaiki efisiensi rantai pasok mereka. Namun, transisi juga menimbulkan pertanyaan tentang infrastruktur pendukung, seperti kebutuhan jalur khusus, stasiun pemeliharaan, hingga integrasi dengan terminal distribusi. Pemerintah federal kemungkinan akan menghadapi tekanan untuk mempercepat regulasi dan pembangunan infrastruktur jika teknologi ini benar-benar terbukti layak secara komersial.
IPO Kodiak juga mencerminkan dinamika lebih luas di pasar modal, di mana investor kembali menunjukkan minat pada teknologi otonom setelah sempat surut akibat berbagai kekecewaan. Tahun-tahun sebelumnya, hype kendaraan otonom sempat memuncak namun kemudian meredup karena lambatnya realisasi komersialisasi. Kali ini, fokus pada truk jarak jauh dipandang lebih menjanjikan dibanding mobil penumpang, karena model bisnisnya lebih jelas dan hambatan teknis relatif lebih rendah. Bloomberg Intelligence memperkirakan bahwa pasar truk otonom dapat mencapai valuasi lebih dari 125 miliar dolar dalam dua dekade mendatang, jika adopsi berjalan sesuai ekspektasi.

