Kopi Laos unik, ringan dan nikmat

(Business Lounge Journal – Travel)

Bagi penikmat kopi di seluruh dunia, sudah pasti selalu mencari pengalaman baru dan unik untuk menikmati secangkir kopi di mana pun mereka berada. Minuman kopi selalu memberikan efek stimulasi dalam bentuk konsentrasi bagi para penikmatnya. Minuman berwarna hitam dan mengandung kafein ini sudah menjadi minuman wajib bagi peminumnya, biasanya diseruput pada pagi hari bersamaan dengan sarapan sebagai bekal semangat untuk mengawali hari.

Di negara Laos, Asia Tenggara, warganya merupakan salah satu penikmat kopi di dunia. Biasanya mereka meminum kopi di rumah dan di kedai kopi. Kedai kopi di Laos terdiri dari bangunan yang masih tradisional maupun yang sudah modern. Namun, apa pun pilihan kopi mereka—panas atau dingin, Arabika maupun Robusta—yang paling penting adalah orang Laos selalu merasakan kebahagiaan dalam menikmati secangkir kopi.

Negara Laos yang juga dikenal sebagai Negeri Seribu Gajah ini memiliki biji kopi unggulan yang istimewa. Para pecinta kopi dari seluruh dunia mulai menyadarinya. Bahkan ada yang menyebutnya bagaikan menjelajahi permata kopi tersembunyi di salah satu negara Indochina.

Industri kopi di Laos dimulai pada masa kolonialisme Prancis sekitar tahun 1900. Saat itu, mereka mencoba menanam kopi jenis Bourbon dan Typica. Awalnya, daerah penanaman dipilih di Laos Utara karena udaranya sejuk. Namun kemudian ditemukan daerah yang lebih potensial, yaitu dataran tinggi Bolaven di Laos Selatan. Ternyata, dataran tinggi ini sangat cocok bagi perkebunan dan industri kopi hingga hari ini.

Dalam sejarahnya, industri kopi di Laos juga mengalami perjuangan tersendiri. Ketika Perang Dunia I dan II pecah, Prancis meninggalkan Laos sehingga industri kopi di negeri ini terbengkalai. Sekitar tahun 1950, rakyat Laos mulai kembali menanam kopi, didorong semangat kebanggaan nasional. Namun gerakan ini tidak berlangsung lama karena berbagai konflik, termasuk Perang Vietnam. Hingga pada tahun 1975, barulah perkebunan kopi jenis Arabika mulai dikembangkan kembali.

Lebih dari 80 persen kopi nasional Laos berasal dari Distrik Paksong yang berada di dataran tinggi Bolaven, dengan ketinggian mencapai 1.300 meter di atas permukaan laut. Curah hujan di sana juga sangat baik dan cocok untuk perkebunan kopi.

Kopi yang dihasilkan di Laos didominasi Robusta dibandingkan Arabika dan Liberika. Dari 20.000 ton yang diekspor pada tahun 2022, Robusta menyumbang 15.000 ton, sedangkan Arabika sebanyak 5.000 ton. Namun, yang menjadi unggulan tetap Arabika. Karena itu, pemerintah Laos bersama para petani kopi bekerja keras meningkatkan produksi Arabika.

Kerja keras dan perjalanan panjang industri kopi Laos membuahkan hasil manis. Kopi single origin Laos kini merambah pasar dunia dan harganya semakin meningkat.

Yang paling penting dari semuanya adalah rasa kopi Laos itu sendiri yang sangat nikmat. Seorang barista asal Barat menggambarkan rasa secangkir kopi Laos memiliki profil beraroma nektar dan jeruk yang khas, dengan sedikit sentuhan cokelat yang lembut. Kopi Laos juga dikenal ringan (bukan kopi keras), medium, serta memiliki kekhasan asam dengan sensasi mirip teh.

Wah… benar-benar membuat penasaran. Lebih baik coba sendiri kopi khas Laos ini. Memang rasanya ringan dan nikmat, dengan sentuhan cokelat. Namun, perlu diketahui, setiap kopi bubuk yang akan diseduh harus melalui proses penyaringan oleh penjualnya. Setelah itu, kopi dituang ke dalam cangkir yang dasarnya sudah diberi susu kental manis lokal. Rasanya segar, ringan, dan nikmat—apalagi bila diminum di kedai tradisional Laos sambil berinteraksi dengan penduduk lokal yang ramah dan baik hati.