(Business Lounge – Marketing & Services) Kenyataannya, banyak orang sedang online, membuka aplikasi dan mencari berita terbaru. Kalau sudah terlanjur menggulir layar, waktu 15 menit bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki sesuatu dalam hidup. Salah satunya adalah mencoba kembali menjalin hubungan dengan rekan kerja atau atasan lama yang sudah lama hilang kontak. Pertanyaannya, bagaimana cara menyapa kembali seseorang yang lama menghilang dari radar?
Ini memang misi yang cukup sensitif. Untuk menemukan cara terbaik, para pelatih kepemimpinan yang terbiasa membantu karyawan tingkat menengah maupun eksekutif dalam mengelola prioritas, tekanan, dan tetap tampil autentik, memberikan sejumlah panduan.
Tentukan Alasan
Langkah awal adalah mencari tahu alasan yang mendorong untuk kembali menjalin komunikasi. Aimee Cohen, konsultan kepemimpinan di Denver yang memimpin ON Point Next Level Leadership, menekankan pentingnya menjawab pertanyaan sederhana: apa yang sebenarnya dicari? Apakah peluang kerja baru di bidang yang sama? Arahan untuk beralih ke industri lain? Atau keinginan mengembangkan keterampilan, menemukan mentor, dan menambah referensi klien? Orang yang akan dihubungi, serta pendekatan yang dipilih, akan bergantung pada jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini.
Mencairkan Suasana
Setelah alasan jelas, langkah berikutnya adalah memulai percakapan. Tidak perlu berputar-putar menghindari fakta bahwa sudah lama sekali tidak berkomunikasi. Michele Woodward, pelatih eksekutif dari Washington, D.C., menyarankan untuk menggunakan kalimat pembuka yang jujur dan ringan. Misalnya dengan subjek email “Lama tak berjumpa” atau menulis, “Tadi pagi tiba-tiba teringat kamu—artinya sudah waktunya kita ngobrol lagi.”
Woodward juga menambahkan sentuhan personal bisa membuat pesan lebih hangat. Ungkapan sederhana seperti, “Baru saja mampir ke restoran Cina tempat kita biasa makan siang, langsung teringat kamu,” atau “Lihat berita kampusmu masuk peringkat 10 besar minggu ini—apa sempat menonton pertandingannya?” dapat membuka percakapan dengan cara yang menyenangkan.
Jaga Keaslian dan Kejujuran
Setelah sapaan pertama, penting untuk tidak berpura-pura tahu banyak tentang kehidupan rekan lama. Profil LinkedIn mungkin sempat dilihat, tetapi tetap lebih baik mendengar cerita langsung. Kalimat seperti, “Banyak hal berubah sejak terakhir kita ngobrol. Apakah masih fokus di hukum lingkungan?” bisa menjadi cara sopan untuk membuka ruang percakapan.
Bangun Kedekatan Personal
Tidak perlu berlebihan dalam menunjukkan rasa kangen, cukup dengan menyinggung hal-hal yang benar-benar dirindukan. Misalnya, “Masih ingat betapa berartinya sudut pandangmu saat rapat,” atau “Ingat sesi brainstorming kita dulu?” Menambahkan satu dua pengalaman bersama yang berkesan, seperti, “Aku masih menghargai caramu menangani klien di Perusahaan XYZ,” dapat membuat percakapan terasa tulus dan membangkitkan memori positif.
Menawarkan Bantuan
Hubungan yang sehat tidak boleh berjalan satu arah. Menunjukkan ketertarikan untuk mendukung rekan lama juga penting. Ungkapan seperti, “Penasaran dengan apa yang sedang dikejar akhir-akhir ini,” bisa membuka ruang berbagi kebutuhan. Bentuk bantuan bisa sederhana, mulai dari membagikan artikel relevan, tulisan blog, sampai informasi lowongan pekerjaan. Meski begitu, perlu disadari bahwa hidup seseorang mungkin sudah berubah sejak terakhir bertemu. Menunjukkan perhatian terhadap minat dan keterampilan unik rekan lama adalah inti dari sikap ini.
Kelola Ekspektasi
Balasan tentu diharapkan, tetapi ada kemungkinan pesan tidak ditanggapi. Wajar untuk mencoba lagi setelah satu hingga dua minggu, namun bila tetap tidak ada kabar setelah dua kali usaha, sebaiknya melangkah ke depan. Bila balasan datang, langkah berikutnya adalah menjaga kesinambungan. Intensitas komunikasi dapat disesuaikan dengan kedekatan: ada yang nyaman disapa bulanan, ada yang cukup triwulanan, ada pula yang merasa setahun sekali sudah memadai.
Menjaga Hubungan ke Depan
Membangun kembali koneksi lama tidak berhenti pada satu kali percakapan. Salah satu cara menjaga ikatan adalah dengan mengikuti perkembangan mereka, baik melalui tulisan, unggahan di media sosial, maupun kabar dari lingkaran lain. Perhatian kecil seperti mengingat ulang tahun, memberi selamat atas pencapaian, atau sekadar menanggapi unggahan sederhana sering kali lebih berarti daripada pesan panjang yang terasa formal.
Hubungan juga tidak selalu harus serius. Humor ringan, nostalgia akan momen lama, atau cerita sehari-hari bisa menghidupkan kembali kehangatan yang dulu pernah ada. Banyak pelatih kepemimpinan menyarankan untuk tidak terjebak pada hasil langsung. Kadang manfaat dari hubungan baru terasa setelah waktu berjalan lama—bisa berupa peluang kerja, proyek kolaborasi, atau sekadar teman bicara saat masa sulit.
Kejujuran dan Ketulusan
Keterusterangan tentang perjalanan pribadi juga dapat menjadi jembatan. Menceritakan arah baru dalam karier, tantangan yang sedang dihadapi, atau minat yang tengah digali, bisa mendorong rekan lama untuk terbuka juga. Percakapan pun akan lebih jujur dan bernuansa manusiawi.
Tentu penting juga memahami batas. Tidak semua orang nyaman dengan intensitas komunikasi yang sering, dan tidak setiap pesan harus dibalas cepat. Memberi ruang sambil tetap konsisten menjaga hubungan akan jauh lebih dihargai.
Semua kembali pada niat
Jika maksudnya tulus dan bukan semata mencari keuntungan, komunikasi akan mengalir lebih ringan. Hampir semua orang pernah kehilangan kontak atau lupa menjaga hubungan, sehingga usaha untuk menyapa kembali biasanya akan dipahami. Dengan keberanian, ketulusan, dan konsistensi, koneksi lama bisa kembali hidup. Hasilnya tidak hanya peluang profesional, tetapi juga rasa keterhubungan manusiawi yang sering hilang di tengah kesibukan sehari-hari.
