(Business Lounge – Automotive) Harga saham Tesla melonjak setelah Elon Musk membeli saham perusahaan senilai 1 miliar dolar AS, sebuah langkah yang langsung menarik perhatian pasar global. Menurut laporan Bloomberg, pembelian ini dipandang sebagai sinyal komitmen Musk terhadap masa depan Tesla di tengah situasi yang penuh ketidakpastian di industri kendaraan listrik. Investor melihat langkah ini bukan sekadar transaksi biasa, melainkan bentuk keyakinan Musk bahwa Tesla masih memiliki ruang pertumbuhan yang sangat besar.
Saham Tesla dalam beberapa bulan terakhir sempat berfluktuasi tajam. Tekanan datang dari persaingan ketat di pasar kendaraan listrik, terutama dari pabrikan asal Tiongkok seperti BYD yang semakin agresif memperluas pangsa pasar global. Selain itu, produsen otomotif tradisional dari Amerika dan Eropa, termasuk General Motors, Ford, dan Volkswagen, terus meluncurkan model listrik dengan harga lebih kompetitif. Namun, seperti dikatakan Wall Street Journal, pembelian saham oleh Musk memberi dorongan psikologis bagi investor yang sebelumnya khawatir Tesla kehilangan momentum.
Langkah ini juga datang bersamaan dengan rencana dewan Tesla yang sedang menyiapkan paket kompensasi baru untuk Musk, yang nilainya bisa mencapai 1 triliun dolar AS jika berbagai target jangka panjang tercapai. Financial Times menulis bahwa rencana kompensasi sebesar itu sangat kontroversial, karena dinilai terlalu besar dan menimbulkan perdebatan di kalangan pemegang saham. Namun, Musk sendiri tampak percaya diri, menilai Tesla memiliki prospek luar biasa di bidang energi, software kendaraan, dan teknologi kecerdasan buatan.
Banyak analis berpendapat bahwa keputusan Musk membeli saham di tengah ketidakpastian makroekonomi global adalah upaya untuk mengirim sinyal kuat ke pasar. Seperti disampaikan Reuters, investor cenderung lebih yakin ketika pendiri perusahaan mengalokasikan kekayaannya sendiri untuk memperkuat posisi saham. Dalam kasus Tesla, hal ini juga dianggap sebagai strategi mempertahankan pengaruh Musk di perusahaan, terutama ketika sejumlah pihak mempertanyakan fokusnya setelah terlibat dalam akuisisi dan pengelolaan Twitter (kini X).
Namun, tidak sedikit juga yang skeptis. Beberapa analis teknologi otomotif mengingatkan bahwa tantangan Tesla tidak bisa diatasi hanya dengan optimisme atau pembelian saham. Penjualan kendaraan listrik global menunjukkan tanda perlambatan, terutama di Amerika Serikat, di mana konsumen mulai mempertimbangkan ulang biaya kepemilikan, infrastruktur pengisian daya, serta persaingan harga yang semakin ketat. Selain itu, margin keuntungan Tesla juga menurun akibat strategi diskon yang agresif untuk menjaga pangsa pasar.
Meski demikian, dukungan pasar terhadap langkah Musk terlihat nyata. Saham Tesla naik lebih dari 5% sehari setelah kabar pembelian saham itu diumumkan. Sejumlah investor besar menilai langkah ini bisa menjadi titik balik, mengingat Tesla masih memiliki pipeline produk ambisius seperti Cybertruck, generasi baru Model 2 dengan harga terjangkau, serta ekspansi di bidang baterai dan energi terbarukan.
CNBC menyoroti bahwa dalam jangka panjang, posisi Tesla tidak hanya sebagai produsen mobil listrik, tetapi sebagai perusahaan teknologi energi. Jika visi itu berhasil diwujudkan, pembelian saham oleh Musk senilai 1 miliar dolar akan dikenang sebagai momen strategis, bukan sekadar transaksi.
Dengan langkah ini, Musk tampaknya ingin memastikan bahwa baik investor maupun publik percaya pada satu hal Tesla bukan perusahaan biasa, melainkan bagian dari revolusi besar menuju masa depan energi dan transportasi.