Apple iphone

Penjualan iPhone Melampaui Perkiraan di Tengah Ancaman Tarif

(Business Lounge – Technology) Apple kembali menunjukkan ketahanan bisnisnya di tengah tekanan geopolitik dan ketidakpastian perdagangan global. Perusahaan teknologi terbesar di dunia itu melaporkan lonjakan penjualan iPhone yang melampaui semua ekspektasi analis, menyusul lonjakan permintaan dari konsumen yang bergegas membeli sebelum pemberlakuan tarif impor baru dari pemerintah Amerika Serikat terhadap produk asal Tiongkok. Lonjakan ini tidak hanya mengangkat pendapatan Apple secara keseluruhan, tetapi juga menegaskan kekuatan loyalitas konsumen terhadap lini produk andalan mereka di tengah ketegangan ekonomi makro yang kian pelik.

Laporan keuangan terbaru Apple menunjukkan bahwa pendapatan perusahaan naik sekitar 10% pada kuartal kedua tahun fiskal, jauh di atas estimasi yang dipatok oleh para analis Wall Street. Seperti dilaporkan The Wall Street Journal, penjualan iPhone menjadi pendorong utama performa tersebut, dengan peningkatan dua digit dalam pengapalan perangkat, terutama di pasar Amerika Utara dan Asia. Momentum ini terjadi sebelum gelombang baru tarif dagang diberlakukan oleh pemerintahan AS terhadap produk elektronik dari Tiongkok, yang banyak di antaranya—termasuk komponen iPhone—dirakit di pabrik-pabrik wilayah tersebut.

Kepanikan konsumen akibat ketidakpastian kebijakan perdagangan tampaknya mendorong gelombang pembelian lebih awal, menciptakan lonjakan permintaan yang tak terduga pada periode yang biasanya tergolong datar dalam siklus penjualan iPhone. Para pengecer besar melaporkan peningkatan stok yang habis lebih cepat dari biasanya, dan antrean pembelian daring bahkan meningkat di beberapa wilayah seperti Kanada, Jepang, dan Korea Selatan. Hal ini mencerminkan ketakutan konsumen akan potensi kenaikan harga di masa mendatang sebagai akibat dari biaya tarif yang dapat ditransfer ke harga akhir produk.

CEO Apple Tim Cook dalam pernyataan kepada investor menyatakan bahwa perusahaan “sangat bersyukur atas respons konsumen terhadap lini produk terbaru kami dan terus berkomitmen untuk memastikan ketersediaan global di tengah tantangan rantai pasok.” Meskipun tidak menyebutkan tarif secara eksplisit, komentar tersebut mengisyaratkan adanya strategi internal untuk mengantisipasi dampak kebijakan perdagangan yang terus berubah terhadap operasional dan harga produk.

Analis dari Bloomberg Intelligence mencatat bahwa lonjakan permintaan ini menunjukkan ketahanan permintaan terhadap iPhone, bahkan ketika situasi ekonomi global sedang tidak menentu. Dalam laporan mereka, disebutkan bahwa banyak konsumen kelas menengah atas yang memilih membeli lebih awal untuk menghindari potensi inflasi harga, suatu fenomena yang pernah terlihat saat gelombang tarif pertama diberlakukan pada 2019. Saat itu, strategi Apple adalah menahan harga dan menyerap sebagian biaya tambahan, tetapi sekarang perusahaan memiliki daya tawar dan struktur biaya yang lebih fleksibel berkat diversifikasi pemasok dan manufaktur di luar Tiongkok, termasuk India dan Vietnam.

Namun performa gemilang ini tidak berarti bahwa Apple bebas dari risiko jangka menengah. Beberapa analis pasar modal memperingatkan bahwa lonjakan penjualan ini bisa jadi bersifat sementara, menggantikan sebagian permintaan dari kuartal berikutnya. Dengan kata lain, ada kemungkinan “penarikan permintaan” yang bisa menciptakan pelambatan penjualan pada kuartal ketiga jika konsumen telah melakukan pembelian lebih awal dalam jumlah besar. Meski demikian, reaksi pasar tetap positif. Saham Apple melonjak hampir 5% dalam sesi perdagangan setelah laporan keuangan dirilis, menandai salah satu kenaikan harian terbaiknya tahun ini.

Yang menarik, performa Apple juga tampak tidak terlalu terdampak oleh ketegangan antara AS dan Tiongkok yang meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Meskipun sebagian besar produk Apple dirakit di Tiongkok, perusahaan tampaknya telah berhasil membangun jaringan logistik yang cukup lincah untuk memindahkan sebagian produksi ke negara-negara Asia Selatan. Menurut laporan Reuters, lebih dari 12% produksi iPhone saat ini telah dipindahkan ke India, dan Apple terus menjalin kerja sama dengan mitra lokal untuk memperluas kapasitas produksi mereka di luar Tiongkok.

Langkah ini tidak hanya memberikan fleksibilitas terhadap risiko tarif, tetapi juga menciptakan leverage politik yang dapat digunakan Apple dalam bernegosiasi dengan regulator di berbagai yurisdiksi. Selain itu, Apple juga mendapat keuntungan dari melemahnya nilai tukar yuan, yang secara tidak langsung membuat biaya produksi mereka di Tiongkok lebih kompetitif dibandingkan periode sebelumnya.

Pendapatan yang meningkat di luar penjualan iPhone juga memberi sinyal bahwa ekosistem Apple tetap kokoh. Penjualan perangkat wearable seperti Apple Watch dan AirPods tetap stabil, sementara pendapatan dari layanan digital seperti App Store, iCloud, dan Apple Music tumbuh lebih dari 15% year-on-year. Ini menggarisbawahi transformasi berkelanjutan Apple dari perusahaan perangkat keras menjadi penyedia layanan dan platform digital yang terpadu.

Namun yang paling menonjol dari laporan ini adalah pesan bahwa Apple berhasil memanfaatkan tekanan eksternal menjadi momentum pertumbuhan. Ketika banyak perusahaan teknologi AS lainnya masih berjuang menghadapi dampak dari konflik dagang dan ketegangan geopolitik, Apple justru mampu menavigasi lanskap ini dengan kecepatan dan ketepatan yang mengesankan. Keputusan-keputusan strategis yang diambil dalam beberapa tahun terakhir—seperti memperluas jalur distribusi, mengurangi ketergantungan pada pemasok tunggal, dan menekankan keberlanjutan rantai pasok—tampaknya mulai menunjukkan hasil yang nyata.

Meskipun tantangan ke depan masih signifikan, termasuk potensi resesi di beberapa negara konsumen utama, Apple tampaknya berada dalam posisi yang relatif aman. Modal besar, loyalitas konsumen yang tinggi, dan ekosistem yang terus berkembang menjadi perisai terhadap tekanan eksternal yang bisa melumpuhkan perusahaan lain. Dengan demikian, laporan pendapatan ini tidak hanya menggambarkan pencapaian keuangan semata, tetapi juga membuktikan kelincahan strategis Apple dalam menghadapi dunia yang terus berubah dengan cepat.