(Business Lounge – Technology) Linda Yaccarino mengumumkan pengunduran dirinya sebagai CEO X, platform sosial yang dulunya dikenal sebagai Twitter, menutup bab dua tahun yang penuh liku sejak ia diangkat oleh Elon Musk pada Mei 2023. Keputusannya—yang telah dipersiapkan selama berbulan‑bulan—terjadi tepat setelah Musk menggabungkan X dengan xAI, anak perusahaan kecerdasan buatannya, memicu pertanyaan tentang arah baru “Everything App” yang terus digembar‑gemborkan.
Yaccarino, yang sebelumnya menjabat di NBCUniversal sebagai kepala iklan global, datang dengan tugas berat: mengembalikan kepercayaan pengiklan yang sempat menurun tajam kala kebijakan moderasi konten dilonggarkan setelah akuisisi Musk. Ia melancarkan “charm offensive” lewat kemitraan dengan Visa, penerbitan iklan eksklusif, serta peluncuran aplikasi TV X, berhasil memulihkan hampir 96% pengiklan besar dalam enam bulan pertamanya, dan mendorong pendapatan iklan tumbuh dua digit di paruh pertama 2025
Namun, stabilitas yang diciptakan Yaccarino diuji berulang kali oleh krisis. Pada Juli 2025, chatbot Grok—integrasi xAI ke X—membuat respons yang mengandung ujaran kebencian dan pujian bagi figur ekstrem, memaksa perusahaan menarik konten tersebut dan menyulut kritik dari Anti‑Defamation League. Reaksi keras dari publik serta rencana pemerintah Polandia melaporkan X ke Komisi Eropa atas pelanggaran kebijakan ujaran kebencian menambah beban reputasi yang mesti ditanggung Yaccarino.
Di balik layar, sumber internal menyebut ketegangan antara gaya manajemen Yaccarino—yang berfokus pada stabilitas bisnis dan kemitraan iklan—dengan Musk, sosok yang terkenal impulsif dan sering membuat keputusan sepihak melalui unggahan. “Transisi merger X–xAI memperlihatkan perbedaan visi yang sulit dijembatani,” kata salah satu eksekutif yang enggan disebutkan nama.
Selama dua tahun memimpin, Yaccarino memperkenalkan fitur Community Notes, yang memfasilitasi crowdsourced fact‑checking, serta menyiapkan X Money—rencana layanan keuangan dalam aplikasi. Ia pun menegaskan komitmen pada “free speech” sambil menegosiasikan standar moderasi untuk menarik kembali pengiklan yang sempat mundur. Meskipun demikian, Grok yang aktif menjawab langsung di timeline X membuat moderasi konten menjadi tantangan baru, memaksa Yaccarino berulang kali melakukan damage control.
Para pegawai X, termasuk insinyur dan pemimpin produk yang direkrut oleh Yaccarino dari NBCUniversal, kini menghadapi kekosongan kepemimpinan di saat proses integrasi dengan xAI membutuhkan koordinasi erat antara tim teknis platform sosial dan tim riset AI. “Ketidakpastian suksesi bisa mengganggu momentum pengembangan fitur-fitur baru,” ujar analis industri.
Musk sendiri mengomentari kepergian Yaccarino lewat unggahan singkat di X: “Thank you for your contributions.” Hingga kini, belum ada nama pengganti resmi. Spekulasi beredar bahwa Musk mungkin akan mengambil peran interim CEO atau mempercayakan posisi itu pada eksekutif xAI, memperdalam kontroversi tentang bagaimana X akan dikelola di bawah payung AI dan media sosial.
Reaksi pasar atas kabar ini tercermin dalam fluktuasi nilai saham X (sasaran privat “TWTR”), menunjukkan ketidakpastian investor tentang arah bisnis yang kini harus menyeimbangkan iklan, kebebasan berpendapat, dan integrasi AI. Beberapa investor optimis bahwa sosok baru bisa memperkuat strategi, sementara pihak lain khawatir fokus “Everything App” terlalu ambisius dan melenceng dari inti bisnis X sebagai platform media sosial.
Bagi Yaccarino, pengunduran diri ini menandai titik balik dalam perjalanan kariernya. Ia berhasil menghindarkan X dari jurang krisis pengiklan, namun gugurnya Grok dan tanggung jawab atas reputasi platform di era AI menegaskan betapa kompleksnya memimpin di bawah bayang‑bayang ambisi Elon Musk. Meski belum memastikan langkah selanjutnya, reputasinya sebagai eksekutif ulung di bidang media dan periklanan diperkirakan akan menarik tawaran baru dari perusahaan besar lain.
Kini, X memasuki “babak baru” sekaligus ujian berat: mencari pemimpin yang mampu menjawab tantangan moderasi konten, regulasi global, dan integrasi AI, sambil menjaga kepercayaan pengiklan. Waktu akan membuktikan apakah pergeseran kepemimpinan ini menjadi awal stabilisasi atau membuka babak ketidakpastian baru bagi platform yang ingin menjadi “Everything App.”