(Business Lounge – Medicine) Harga saham Hims & Hers Health Inc. anjlok lebih dari 30 persen setelah Novo Nordisk, produsen obat asal Denmark, secara sepihak menghentikan kerja sama distribusi Wegovy, obat penurun berat badan berbasis semaglutide yang tengah naik daun. Keputusan tersebut muncul hanya dua bulan setelah kemitraan diumumkan secara publik, dan memunculkan pertanyaan serius soal praktik pemasaran dan peracikan obat oleh perusahaan telehealth tersebut.
Novo Nordisk dalam pernyataannya menyebut alasan penghentian hubungan adalah “berkaitan dengan kekhawatiran tentang praktik peracikan dan pemasaran yang menyesatkan.” Mereka secara eksplisit menyoroti penggunaan semaglutide dalam bentuk yang tidak disetujui dan distribusinya oleh Hims & Hers kepada konsumen sebagai bentuk personalisasi pengobatan. Menurut perusahaan farmasi tersebut, hal ini berpotensi menyesatkan konsumen dan membahayakan keselamatan pasien, serta tidak sesuai dengan kerangka regulasi FDA.
Selama masa kekurangan pasokan Wegovy, FDA sempat memperbolehkan praktik peracikan (compounding) semaglutide oleh apotek khusus. Namun sejak Mei 2025, otoritas AS telah mencabut status kelangkaan obat tersebut, sehingga produsen tidak lagi diizinkan menjual versi tiruan dari Wegovy, kecuali dengan izin khusus. Novo Nordisk menuduh Hims & Hers masih mempromosikan varian semaglutide hasil racikan tersebut meskipun peraturan telah berubah.
Sebagai respons, Hims & Hers menyatakan kekecewaannya atas keputusan Novo dan membantah adanya pelanggaran. CEO Andrew Dudum mengatakan bahwa pihaknya selalu mengutamakan pilihan berbasis klinis bagi pasien dan tidak pernah memasarkan obat racikan sebagai Wegovy. Ia menegaskan bahwa perusahaan hanya menawarkan “alternatif yang aman dan legal” sesuai regulasi pada saat itu. Namun ia juga menyiratkan bahwa Novo memiliki kepentingan komersial untuk mendominasi pasar dan berupaya menekan kompetisi dari model distribusi langsung seperti yang dimiliki Hims.
Dampak terhadap pasar cukup signifikan. Saham Hims & Hers sempat melonjak lebih dari 100 persen sejak awal tahun karena antusiasme investor terhadap potensi penjualan semaglutide generik. Namun setelah pengumuman putusnya kerja sama ini, nilai pasar perusahaan anjlok hampir sepertiganya hanya dalam satu hari perdagangan. Ini menjadi koreksi paling tajam sejak perusahaan go public pada 2021 melalui merger SPAC.
Selain dampak harga saham, masalah ini juga memicu pengawasan hukum. Firma hukum Hagens Berman telah membuka penyelidikan potensi pelanggaran hukum sekuritas, khususnya terkait apakah perusahaan telah menyesatkan investor soal legalitas pemasaran dan pengiriman obat semaglutide. Jika ditemukan bahwa Hims secara sadar memasarkan produk racikan dengan cara yang tidak sesuai regulasi, konsekuensi hukum dan reputasionalnya bisa meluas.
Kasus ini memperlihatkan kerentanan model bisnis telehealth yang bergantung pada kecepatan inovasi dan celah regulasi. Dalam upaya untuk bersaing di pasar pengobatan berat badan yang berkembang cepat, perusahaan seperti Hims & Hers, Ro, dan LifeMD banyak menawarkan perawatan berbasis obat mahal yang belum tentu tersedia secara luas dari penyedia layanan kesehatan konvensional. Tetapi begitu regulasi berubah—atau perhatian publik meningkat—model ini dapat terkena pukulan balik yang serius.
Investor pun kini lebih berhati-hati terhadap model bisnis yang sangat bergantung pada satu produk atau celah regulasi tertentu. Sementara itu, pasar pengobatan obesitas tetap menjadi ajang persaingan panas antara pemain farmasi besar seperti Novo Nordisk dan Eli Lilly, dan perusahaan layanan kesehatan digital yang lebih kecil yang mengandalkan pendekatan distribusi langsung dan pengalaman pengguna berbasis aplikasi.
Pada akhirnya, krisis ini bisa menjadi momen refleksi industri tentang bagaimana mendistribusikan terapi baru dengan aman, etis, dan sesuai hukum. Untuk Hims & Hers, ini adalah peringatan bahwa pertumbuhan agresif harus selalu dikawal oleh kehati-hatian regulasi dan komunikasi yang transparan kepada publik dan pemegang saham.