tarif pengiriman laut

Biaya Impor AS Turun Saat Ongkir Laut Melandai

(Business Lounge – Global News) Selama lebih dari dua bulan, tarif pengiriman laut internasional mengalami lonjakan yang cukup drastis, terutama di rute-rute utama dari Asia menuju Pantai Barat Amerika Serikat. Lonjakan tersebut didorong oleh kombinasi berbagai faktor, mulai dari kekhawatiran terhadap kenaikan tarif dagang Amerika, terbatasnya ruang muat di kapal-kapal besar, hingga manuver spekulatif dari para operator logistik. Namun berdasarkan tren dalam dua minggu terakhir, lonjakan tersebut kini mulai mereda. Penurunan tarif ini memberikan sedikit kelonggaran bagi para pengimpor barang, baik dari sektor ritel maupun manufaktur, yang sebelumnya tertekan oleh kenaikan mendadak dalam biaya logistik global. Berdasarkan laporan dari The Wall Street Journal dan Reuters, tarif pengiriman untuk kontainer 40 kaki dari Asia ke Pantai Barat AS telah menurun dari lebih dari US$6.000 menjadi sekitar US$5.840, dan diperkirakan akan terus melandai dalam beberapa minggu ke depan.

Gelombang tarif pengiriman yang memuncak ini dimulai sejak pertengahan Mei, saat pemerintah AS mengumumkan serangkaian pelonggaran tarif sementara terhadap barang-barang impor tertentu dari Tiongkok. Langkah tersebut memicu apa yang oleh analis disebut sebagai “front-loading”—yaitu strategi para importir untuk mempercepat pengiriman sebelum potensi kenaikan tarif atau normalisasi kembali. Akibatnya, permintaan akan ruang muat di kapal melonjak drastis, mendorong tarif spot naik hingga dua kali lipat dalam waktu singkat. Banyak perusahaan logistik seperti Flexport dan Kuehne + Nagel melaporkan permintaan pengiriman yang meningkat hingga 30% pada pekan-pekan menjelang Juni. Namun seperti siklus dalam dunia logistik global, lonjakan yang terlalu cepat sering kali diikuti oleh peluruhan yang tidak kalah cepat.

Memasuki pertengahan Juni, sejumlah indikator menunjukkan bahwa pasar mulai kembali seimbang. Salah satunya adalah Shanghai Containerized Freight Index (SCFI) yang menunjukkan penurunan lebih dari 6% dibanding minggu sebelumnya. Penurunan paling tajam terjadi di rute Shanghai menuju Los Angeles dan Long Beach, yang menjadi jalur utama pengiriman barang-barang konsumsi seperti elektronik, mainan, dan pakaian jadi. Menurut analisis dari HSBC Global Research, penurunan tarif ini terjadi karena kapal-kapal yang sempat kelebihan beban kini telah menyelesaikan bongkar muatnya di pelabuhan tujuan dan tidak ada lagi tekanan permintaan baru yang signifikan. Di sisi lain, para operator pelayaran yang semula menaikkan tarif tambahan kini terpaksa menyesuaikan harga kembali ke kisaran pasar demi mengisi ruang kapal.

Kepala Riset dari Freightos, Judah Levine, menyatakan bahwa para pengangkut laut kemungkinan telah terlalu optimistis terhadap permintaan yang ada. Setelah memasuki bulan Juni, permintaan aktual ternyata tidak sebesar yang diantisipasi. Para importir besar seperti Target dan Home Depot, yang semula agresif menambah stok, kini justru menahan pengiriman baru sambil menunggu kejelasan arah pasar dan permintaan domestik AS yang cenderung stagnan. Di tengah situasi tersebut, tekanan terhadap tarif pun mulai berkurang. Menurut Freightos, tarif spot menuju Pantai Barat AS kini mendekati posisi puncak dan cenderung mulai menurun menuju kisaran US$5.500–5.800 per kontainer.

Dampaknya langsung terasa di sektor ritel dan manufaktur. Banyak pelaku usaha mulai mengatur ulang strategi pengadaan barang. Jika sebelumnya mereka berlomba-lomba mengamankan ruang kapal sebelum harga naik, kini mereka mulai lebih selektif dan bahkan menunda pengiriman untuk menunggu harga yang lebih murah. Seorang eksekutif dari asosiasi ritel nasional AS, National Retail Federation (NRF), menyatakan bahwa banyak anggotanya kini memasuki fase “pemantauan aktif”, di mana mereka hanya akan melakukan pemesanan tambahan jika tarif berada di bawah ambang tertentu. Kondisi ini menunjukkan bahwa psikologi pasar telah bergeser dari kepanikan ke kehati-hatian.

NRF juga mencatat bahwa lonjakan pengiriman yang terjadi pada Mei dan awal Juni kemungkinan besar telah mempercepat siklus musiman impor. Jika biasanya puncak musim pengiriman terjadi pada bulan Agustus menjelang musim liburan akhir tahun, tahun ini puncaknya diperkirakan sudah terjadi pada bulan Juli. Volume impor kontainer diperkirakan mencapai 2,13 juta TEU pada Juli dan akan mulai menurun menjadi sekitar 1,98 juta pada Agustus. Perubahan ini membuat ritme produksi dan distribusi barang perlu disesuaikan. Banyak gudang di Pantai Barat kini sudah mulai penuh, dan perusahaan logistik tengah menyesuaikan rotasi armada mereka untuk menghindari terjadinya bottleneck di pelabuhan.

Sementara itu, operator pelayaran seperti Maersk dan CMA CGM mulai menghadapi tekanan dari dua sisi. Di satu sisi, mereka telah menambah kapasitas kapal untuk mengakomodasi lonjakan sebelumnya. Namun di sisi lain, jika permintaan melandai terlalu cepat, mereka harus merelokasi kapal atau bahkan menangguhkan pelayaran demi menyeimbangkan kembali tingkat okupansi dan efisiensi. Salah satu strategi yang mulai diterapkan adalah “blank sailing”—yaitu pembatalan jadwal pelayaran pada minggu-minggu tertentu untuk mengurangi kapasitas sementara. Strategi ini terbukti efektif menahan laju penurunan tarif pada 2022, namun tidak selalu dapat diterapkan dalam skala besar tanpa mengganggu ekosistem pengiriman global.

Kondisi makroekonomi juga turut memainkan peran penting. Meskipun inflasi di AS mulai menurun, daya beli konsumen tetap lemah dan tingkat konsumsi tidak seagresif seperti masa pemulihan pasca-pandemi. Hal ini berdampak pada permintaan barang impor, khususnya barang-barang non-esensial. Selain itu, ketidakpastian geopolitik seperti konflik Laut Merah dan potensi kebijakan tarif baru antara AS dengan Tiongkok, Vietnam, dan Indonesia turut memengaruhi keputusan strategis pelaku industri. Banyak yang memilih untuk menahan ekspansi impor hingga terdapat kejelasan lebih lanjut terkait struktur tarif jangka panjang yang akan diterapkan oleh pemerintah AS.

Meski tarif pengiriman mulai menurun, tidak semua tantangan logistik otomatis hilang. Keterlambatan pelabuhan, biaya pengangkutan darat, dan ketidakseimbangan kontainer di pelabuhan-pelabuhan tertentu masih menjadi masalah yang belum terselesaikan sepenuhnya. Dalam beberapa kasus, importir tetap harus membayar biaya penyimpanan tinggi karena lamanya proses bongkar muat dan antrean di pelabuhan yang masih padat. Selain itu, risiko fluktuasi harga bahan bakar kapal serta penyesuaian biaya asuransi juga menjadi faktor yang bisa menahan laju penurunan biaya total logistik.

Namun secara keseluruhan, situasi saat ini memberikan ruang bernapas bagi para pelaku usaha yang selama ini menghadapi tekanan biaya tinggi. Para analis dari Drewry memperkirakan bahwa tren penurunan tarif akan berlanjut hingga akhir kuartal ketiga, sebelum stabil di kisaran yang lebih rendah. Beberapa bahkan memproyeksikan bahwa pada kuartal keempat 2025, tarif bisa turun hingga 20% dari puncak sebelumnya, jika tidak ada gangguan besar dari sisi geopolitik atau regulasi.

Untuk menghadapi dinamika ini, banyak perusahaan kini mulai melakukan evaluasi ulang terhadap strategi rantai pasokan mereka. Diversifikasi sumber barang, peningkatan fleksibilitas jadwal pengiriman, serta investasi pada sistem pelacakan dan manajemen logistik menjadi fokus utama. Tidak sedikit pula yang mulai menjajaki integrasi langsung dengan penyedia layanan pelayaran untuk mengurangi ketergantungan pada perantara dan mendapatkan tarif yang lebih kompetitif.

Pada akhirnya, siklus tarif pengiriman laut ini menunjukkan bahwa pasar global tetap sangat sensitif terhadap kombinasi antara kebijakan perdagangan, tren permintaan musiman, dan kapasitas infrastruktur. Dalam dunia yang semakin terhubung, bahkan perubahan kecil dalam tarif atau kebijakan bisa memicu efek domino di seluruh rantai pasokan. Penurunan tarif saat ini mungkin hanya bersifat sementara, namun setidaknya memberikan jeda penting bagi pelaku industri untuk menyusun ulang strategi dan mempersiapkan diri menghadapi ketidakpastian yang mungkin muncul kembali di bulan-bulan mendatang.