Rheinmetall

Rheinmetall Dirikan Anak Usaha Baru di Afrika Selatan

(Business Lounge – Global News) Rheinmetall, perusahaan pertahanan dan teknologi asal Jerman, resmi mendirikan anak usaha baru bernama Rheinmetall Resonant South Africa di tengah meningkatnya permintaan global akan amunisi dan sistem pertahanan. Langkah ini menandai ekspansi strategis perusahaan ke benua Afrika sekaligus memperkuat posisinya di pasar global yang saat ini mengalami lonjakan permintaan akibat ketegangan geopolitik yang meningkat di berbagai kawasan.

Menurut laporan dari Reuters, pembentukan anak perusahaan ini merupakan bagian dari strategi Rheinmetall untuk meningkatkan kapasitas produksi dan memperluas rantai pasoknya di luar Eropa. Dengan kapasitas manufaktur dan rekayasa lokal yang dimiliki Afrika Selatan, Rheinmetall berharap dapat mempercepat produksi sekaligus mengurangi ketergantungan pada fasilitas di Jerman yang sudah beroperasi penuh.

Dalam pernyataan resmi yang dikutip oleh Bloomberg, Rheinmetall menyatakan bahwa pendirian Rheinmetall Resonant South Africa adalah respons terhadap meningkatnya kebutuhan pelanggan global akan sistem amunisi modern. Perusahaan juga menyebut bahwa inisiatif ini akan memfokuskan diri pada pengembangan teknologi amunisi canggih, baik untuk pasar militer maupun sipil, serta mendukung mitra lokal dan ekspor regional.

Defense News melaporkan bahwa langkah ini dilakukan di tengah melonjaknya permintaan global untuk sistem artileri dan amunisi kaliber besar sebagai konsekuensi dari perang di Ukraina, ketegangan di Asia Timur, dan meningkatnya pengeluaran pertahanan di banyak negara NATO. Rheinmetall sendiri mencatat rekor permintaan baru sejak tahun 2022 dan terus menambah kapasitas produksinya.

Afrika Selatan bukanlah lokasi asing bagi Rheinmetall. Perusahaan ini sebelumnya telah memiliki kehadiran di negara tersebut melalui Rheinmetall Denel Munition (RDM), sebuah perusahaan patungan dengan Denel, perusahaan milik negara Afrika Selatan. Namun, Rheinmetall Resonant South Africa akan beroperasi secara independen dengan struktur kepemilikan penuh oleh Rheinmetall AG, yang memberi perusahaan kontrol lebih besar atas operasional dan strateginya di kawasan tersebut.

Dalam wawancara dengan Financial Times, CEO Rheinmetall Armin Papperger mengatakan bahwa Afrika Selatan menawarkan posisi strategis baik dari sisi logistik maupun infrastruktur. Ia juga menambahkan bahwa kawasan ini memiliki tenaga kerja teknis yang terampil serta sejarah panjang dalam industri pertahanan, yang membuatnya ideal sebagai basis produksi regional.

Selain itu, The Wall Street Journal mencatat bahwa langkah ekspansi ini memperkuat ambisi Rheinmetall untuk menjadi pemasok utama sistem artileri, kendaraan lapis baja, dan amunisi di tengah meningkatnya ketegangan global. Rheinmetall baru-baru ini juga mendapatkan kontrak besar dari militer Jerman untuk memasok tank Leopard 2, serta dari pemerintah Australia dan Hungaria untuk kendaraan tempur darat.

Rheinmetall Resonant South Africa diharapkan dapat mempercepat inovasi dalam bidang propelan, bahan peledak, dan sistem pengisian amunisi otomatis, yang merupakan bagian dari permintaan utama pelanggan militer saat ini. Pabrik baru ini juga akan berperan penting dalam mempercepat pengiriman kontrak-kontrak internasional, yang saat ini tertahan akibat keterbatasan kapasitas di Eropa.

Menurut CNBC, Rheinmetall telah meningkatkan investasi globalnya secara signifikan sejak tahun 2022, dengan menambah fasilitas di Jerman, Australia, dan sekarang Afrika Selatan. Nilai investasi untuk pendirian Rheinmetall Resonant South Africa belum diumumkan secara resmi, namun analis industri memperkirakan nilainya mencapai ratusan juta euro, seiring perusahaan memperluas rantai produksi amunisinya.

Langkah Rheinmetall ini juga sejalan dengan tren industri pertahanan global yang menunjukkan pergeseran menuju diversifikasi geografis dari produksi militer. Para analis yang dikutip oleh Defense One menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan besar pertahanan kini cenderung membangun kapasitas produksi di berbagai benua untuk menghindari risiko geopolitik, hambatan logistik, serta tekanan kebijakan dari negara asal.

Dalam konteks Afrika Selatan, pemerintah menyambut baik kehadiran anak usaha baru Rheinmetall ini. Menteri Perdagangan dan Industri Afrika Selatan, Ebrahim Patel, menyatakan dalam kutipan yang dimuat Business Day bahwa investasi ini menunjukkan kepercayaan investor asing terhadap kapabilitas teknologi dan tenaga kerja Afrika Selatan. Ia juga berharap kolaborasi ini dapat memperluas lapangan kerja dan mentransfer teknologi tinggi kepada industri lokal.

Rheinmetall juga menekankan komitmennya terhadap prinsip pembangunan berkelanjutan di Afrika Selatan. Dalam dokumen lingkungan awal yang dikutip oleh Engineering News, perusahaan menyatakan bahwa fasilitas baru ini akan menerapkan teknologi ramah lingkungan dan sistem efisiensi energi tingkat tinggi, serta menggunakan pasokan energi campuran dengan proporsi tinggi dari sumber terbarukan.

Lebih jauh, Rheinmetall Resonant South Africa akan fokus pada kerjasama dengan universitas teknik dan lembaga riset setempat, termasuk University of Pretoria dan Stellenbosch University. Tujuannya adalah membangun ekosistem inovasi lokal yang dapat menopang pengembangan teknologi pertahanan jangka panjang.

Dengan langkah ini, Rheinmetall tidak hanya memperkuat posisinya sebagai salah satu produsen amunisi terbesar di dunia, tetapi juga menetapkan Afrika Selatan sebagai salah satu pusat penting dalam strategi manufakturnya secara global. Politico Europe mencatat bahwa ekspansi Rheinmetall mencerminkan kebutuhan mendesak dunia barat untuk mempercepat kemandirian dalam industri pertahanan, terutama setelah invasi Rusia ke Ukraina membuka banyak celah dalam kesiapan militer Eropa.

Secara keseluruhan, pendirian Rheinmetall Resonant South Africa menunjukkan bagaimana dinamika geopolitik saat ini memicu perubahan struktur dalam industri pertahanan global. Perusahaan tidak lagi hanya fokus pada lokasi produksi yang efisien dari sisi biaya, tetapi juga menekankan pentingnya ketahanan rantai pasok, diversifikasi geografis, dan akses ke sumber daya manusia terampil secara lokal.

Dengan kapasitas teknis, pengalaman regional, dan dukungan dari pemerintah Afrika Selatan, Rheinmetall tampaknya telah menemukan lokasi strategis baru untuk menjawab lonjakan permintaan yang tidak menunjukkan tanda-tanda melambat. Dalam dunia yang semakin terfragmentasi, langkah seperti ini menjadi vital bagi perusahaan untuk menjaga kecepatan, efisiensi, dan fleksibilitas dalam melayani kebutuhan klien pertahanan yang kian kompleks dan menuntut.

Ke depan, dunia akan menyoroti bagaimana Rheinmetall mengintegrasikan operasi barunya ini, baik dari sisi manajemen, teknologi, maupun produksi. Jika berhasil, Rheinmetall Resonant South Africa berpotensi menjadi blueprint baru bagi perusahaan industri pertahanan lainnya dalam menyusun peta ekspansi global mereka.