(Business Lounge Journal – Global News)
Sebanyak 12 lembaga dana pensiun besar yang secara kolektif mengelola aset senilai hampir USD 950 miliar telah mengirimkan sinyal kuat kepada CEO Tesla, Elon Musk: berhenti menyebar fokus dan kembalilah ke meja kerja. Dalam sebuah surat terbuka yang dilayangkan kepada dewan direksi Tesla, para investor ini menuntut agar Musk memberikan komitmen waktu kerja minimum 40 jam per minggu di Tesla.
Surat tersebut bukan hanya menyampaikan kekhawatiran biasa, tetapi mencerminkan krisis kepercayaan yang makin dalam terhadap kepemimpinan Musk, yang selama ini dikenal sebagai sosok visioner sekaligus kontroversial.
Kekhawatiran yang Meningkat: Dari Saham Anjlok hingga Reputasi Rusak
Dalam surat itu, para investor secara gamblang menyebut berbagai masalah yang saat ini dihadapi Tesla: volatilitas harga saham yang tinggi, penurunan penjualan kendaraan listrik, laporan pelanggaran hak asasi manusia di rantai pasokan, serta merosotnya reputasi global perusahaan.
Sejak puncak harga saham Tesla pada Desember 2024, nilai saham perusahaan telah turun lebih dari 24%. Ini terjadi seiring dengan meningkatnya peran publik Musk dalam dunia politik, terutama sejak ia menjadi tokoh penting dalam pemerintahan Presiden Donald Trump pada masa jabatan keduanya. Ketika itu, Musk bahkan sempat tinggal di Gedung Putih dan diberi posisi khusus sebagai Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah, atau DOGE (Department of Government Efficiency) — sebuah nama yang diambil dari memecoin favorit Musk, Dogecoin.
Investor khawatir bahwa keterlibatan Musk dalam politik dan perusahaan-perusahaan lain yang ia pimpin telah mengalihkan perhatian dari Tesla. Mereka menyatakan bahwa “berbagai kepentingan luar ini menjadi penghambat utama bagi kemampuan Musk untuk memimpin Tesla secara efektif.”
Tuntutan untuk Komitmen dan Tata Kelola yang Lebih Baik
Dalam surat tersebut, para investor menekankan pentingnya mencantumkan komitmen waktu kerja minimum dalam paket kompensasi CEO ke depan. Mereka mengusulkan agar angka tersebut dimulai dari 40 jam kerja per minggu, seperti halnya eksekutif penuh waktu pada umumnya.
Tak hanya fokus pada Musk, para investor juga menyampaikan kritik tajam terhadap dewan direksi Tesla, yang dinilai terlalu pasif dan tidak menjalankan fungsinya dalam mengawasi manajemen dan melindungi kepentingan pemegang saham. Mereka menyatakan bahwa dewan Tesla tampak “tidak tertarik dan tidak bersedia bertindak demi kepentingan jangka panjang perusahaan.”
Investor juga mengangkat isu tata kelola perusahaan yang dinilai memburuk, terutama setelah Tesla mengubah aturan internal (bylaw) yang membatasi kemampuan pemegang saham untuk menuntut pertanggungjawaban dewan atas pelanggaran fiduciary duty — atau kewajiban hukum untuk bertindak demi kepentingan terbaik perusahaan.
Selain itu, para investor juga meminta:
- Penyusunan rencana suksesi yang jelas, termasuk dalam situasi darurat jika Musk tidak dapat melanjutkan perannya.
- Pembatasan jumlah jabatan eksternal yang dipegang oleh anggota dewan Tesla agar mereka dapat fokus mengawasi perusahaan dengan lebih efektif.
Terlalu Banyak “Topi” yang Dipakai Musk
Saat ini, Elon Musk tidak hanya menjabat sebagai CEO Tesla, tetapi juga:
- CEO SpaceX
- CTO X Corp. (perusahaan yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter)
- Presiden Musk Foundation
Di luar peran formal, Musk juga sangat aktif di media sosial X (Twitter), di mana ia sering membuat pernyataan kontroversial dan melontarkan opini politik yang memicu perdebatan.
Dalam Forum Ekonomi Qatar pada 20 Mei lalu, Musk menyatakan bahwa ia berniat untuk tetap memimpin Tesla “setidaknya lima tahun ke depan, kecuali saya mati,” ujarnya setengah bercanda namun menyiratkan minimnya kepastian soal komitmennya.
Kepemilikan Kecil, Dampak Besar?
Meskipun kelompok investor yang mengirim surat ini hanya memiliki sekitar 0,25% saham Tesla (7,9 juta saham), mereka terdiri dari institusi yang berpengaruh secara sosial dan politik, seperti:
- American Federation of Teachers
- Bendahara Negara Bagian Oregon dan Illinois
- Pengawas Keuangan Kota New York
Dengan latar belakang mereka yang mengelola dana publik, suara kelompok ini kerap membawa beban moral yang lebih besar dibandingkan jumlah kepemilikan sahamnya. Mereka menempatkan tekanan pada Tesla tidak hanya dari sisi finansial, tetapi juga dari sisi tanggung jawab sosial dan tata kelola perusahaan yang sehat.
Menuju Babak Baru Kepemimpinan Tesla?
Tuntutan ini muncul di saat banyak pihak mulai mempertanyakan arah masa depan Tesla. Meski perusahaan tetap menjadi pemain dominan di industri kendaraan listrik, tantangan semakin besar: persaingan global yang ketat, ketidakpastian pasar, serta pertanyaan seputar strategi masa depan dan keberlanjutan inovasi.
Jika surat ini memicu diskusi serius di kalangan pemegang saham dan regulator, bisa jadi Tesla akan memasuki babak baru dalam manajemen dan tata kelolanya — apakah itu dengan membatasi peran Musk, menguatkan peran dewan, atau bahkan menyiapkan suksesi kepemimpinan.
Satu hal yang jelas: kepercayaan pasar bukan hanya dibangun lewat teknologi dan profitabilitas, tapi juga lewat kepemimpinan yang fokus, bertanggung jawab, dan transparan. Dan itulah yang kini dituntut oleh para investor dari Elon Musk.