(Business Lounge – Global News) Komisi Perdagangan Federal Amerika Serikat (FTC) secara mengejutkan menarik gugatan hukum terhadap PepsiCo terkait praktik diskriminasi harga yang sebelumnya dituding merugikan pengecer lain. Gugatan ini semula diajukan pada awal tahun 2025 dan berfokus pada tuduhan bahwa PepsiCo memberikan harga promosi yang lebih menguntungkan kepada Walmart dibandingkan pengecer lain. Namun, perubahan kepemimpinan di FTC membawa arah baru, di mana Ketua FTC Andrew Ferguson menyebut gugatan tersebut sebagai upaya politik yang terang-terangan, sekaligus menghapus kasus ini dari agenda regulasi.
Kasus ini bermula pada Januari 2025, hanya beberapa hari sebelum pelantikan Presiden Joe Biden, ketika FTC di bawah kepemimpinan Lina Khan menuntut PepsiCo atas dugaan pelanggaran Undang-Undang Robinson-Patman 1936. Undang-undang yang sudah lama jarang digunakan ini melarang praktik harga diskriminatif yang dapat merusak persaingan dan merugikan konsumen. Tuduhan terhadap PepsiCo menyoroti bagaimana perusahaan memberikan harga yang lebih rendah kepada Walmart, pengecer terbesar di Amerika Serikat, sehingga dianggap melemahkan posisi pengecer kecil dan menimbulkan distorsi pasar. Reuters dan Wall Street Journal melaporkan bahwa strategi harga tersebut dianggap dapat menaikkan harga produk untuk konsumen pada akhirnya.
Namun, dengan beralihnya pimpinan FTC ke Andrew Ferguson, yang merupakan anggota Partai Republik, fokus dan prioritas lembaga pengatur ini berubah drastis. Pada Mei 2025, tiga komisioner FTC secara bulat menyetujui pencabutan gugatan terhadap PepsiCo, dengan Ferguson menilai bahwa kasus tersebut lebih merupakan alat politik daripada penegakan hukum yang substansial. Dalam pernyataannya, Ferguson menyebut gugatan itu sebagai “nakedly political effort,” menegaskan bahwa sumber daya FTC lebih baik dialokasikan untuk kasus-kasus yang berdampak nyata terhadap persaingan pasar. FTC.gov menegaskan bahwa pencabutan ini didasarkan pada evaluasi ulang bukti dan kebijakan, yang menimbulkan kontroversi di kalangan pengamat antimonopoli.
Sikap keras Ferguson mendapat kecaman dari mantan Ketua FTC Lina Khan yang sebelumnya memimpin gugatan ini. Khan mengecam pencabutan gugatan sebagai sebuah langkah mundur yang menguntungkan pengecer besar dan merugikan konsumen. Ia memperingatkan bahwa pelepasan kasus semacam ini dapat memperburuk ketidakseimbangan kekuatan pasar dan membiarkan praktik-praktik tidak adil terus berlanjut tanpa pengawasan yang ketat. Dalam wawancara dengan Common Dreams, Khan menyatakan bahwa penghapusan gugatan ini melemahkan upaya perlindungan terhadap pasar yang sehat dan berkeadilan.
PepsiCo sendiri menyambut pencabutan gugatan dengan positif. Perusahaan menegaskan komitmennya untuk menawarkan harga yang adil dan bersaing kepada seluruh pelanggan, tanpa diskriminasi. Namun, keputusan FTC ini memicu perdebatan yang lebih luas mengenai peran lembaga pengawas dalam melindungi konsumen dan menjaga persaingan pasar yang sehat di tengah tekanan politik yang kuat. Bloomberg dan CNBC melaporkan bahwa beberapa pengamat memandang keputusan ini sebagai tanda bahwa regulasi antimonopoli di AS tengah mengalami perubahan arah yang signifikan, dipengaruhi oleh dinamika politik dalam pemerintahan.
Kasus PepsiCo menjadi cermin dari ketegangan yang tengah berlangsung antara penegakan hukum persaingan dan realitas politik di Amerika Serikat. Dengan pergeseran prioritas FTC, pertanyaan besar muncul tentang independensi lembaga pengatur dalam mengambil keputusan yang berdampak luas pada pasar dan konsumen. Keputusan untuk membatalkan gugatan tersebut memicu diskusi lebih jauh tentang bagaimana regulasi antimonopoli seharusnya dijalankan agar tetap efektif dan bebas dari intervensi politik.
Dalam konteks yang lebih luas, pencabutan gugatan terhadap PepsiCo menyoroti bagaimana dinamika politik dapat mempengaruhi kebijakan ekonomi dan hukum. Ini juga mengingatkan pelaku pasar dan konsumen bahwa stabilitas dan keadilan pasar tidak selalu dijamin oleh lembaga pengatur ketika tekanan politik masuk ke dalam ranah hukum. Situasi ini menciptakan ketidakpastian yang dapat berdampak pada strategi bisnis perusahaan besar dan struktur pasar secara keseluruhan.
Menghadapi situasi ini, pengamat menyarankan perlunya penguatan kerangka hukum dan pengawasan yang lebih transparan agar lembaga pengawas dapat berfungsi optimal tanpa pengaruh politik yang berlebihan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa pasar tetap kompetitif dan konsumen terlindungi dari praktik bisnis yang merugikan. Masa depan regulasi antimonopoli di AS tampaknya akan menjadi salah satu medan pertempuran utama antara kepentingan ekonomi, politik, dan perlindungan konsumen.
Dengan demikian, pencabutan gugatan FTC terhadap PepsiCo bukan sekadar sebuah keputusan hukum, melainkan sinyal perubahan besar dalam lanskap regulasi dan kebijakan persaingan di Amerika Serikat. Bagaimana perkembangan selanjutnya akan berjalan akan sangat bergantung pada dinamika politik dan komitmen lembaga pengawas dalam menjaga pasar yang adil dan kompetitif.

