(Business Lounge – Global News) Colgate-Palmolive Co., produsen global produk kebersihan rumah tangga dan pribadi seperti Ajax, Softsoap, dan Hill’s Pet Nutrition, baru saja memangkas proyeksi keuangannya untuk tahun 2025. Keputusan ini memperlihatkan tekanan serius dari ketidakpastian ekonomi global dan kekhawatiran konsumen yang mengencangkan pengeluaran mereka. Langkah tersebut, yang dilaporkan oleh The Wall Street Journal, menunjukkan bahwa perlambatan permintaan dan kekhawatiran atas potensi tarif tambahan telah menjadi kombinasi yang berat bagi perusahaan.
Dalam laporan kuartalan terbarunya, Colgate-Palmolive mencatat laba bersih sebesar 690 juta dolar AS, atau 0,85 dolar per saham, dengan laba per saham yang disesuaikan sebesar 0,91 dolar AS. Angka ini sedikit melampaui konsensus analis. Namun, pendapatan perusahaan turun 3% dari tahun sebelumnya menjadi 4,91 miliar dolar AS, sebuah sinyal bahwa kekuatan harga tidak cukup untuk menutupi volume penjualan yang lebih lemah di berbagai wilayah. Seperti yang diungkapkan oleh Reuters, perusahaan sekarang memperkirakan pertumbuhan laba per saham tahunan akan berada di kisaran satu digit rendah, turun dari proyeksi sebelumnya di kisaran satu digit menengah. Selain itu, proyeksi pertumbuhan penjualan organik juga diturunkan menjadi 2%-4%, dari yang semula diharapkan 3%-5%.
Tekanan tidak hanya datang dari perilaku belanja konsumen yang berhati-hati. Ancaman tarif baru di Amerika Serikat terhadap barang impor dari negara-negara seperti Meksiko menjadi sumber kekhawatiran tambahan. Menurut laporan Reuters, Colgate-Palmolive memperkirakan bahwa tarif baru, jika diberlakukan, dapat menambah beban biaya sekitar 200 juta dolar AS per tahun, terutama karena ketergantungan mereka pada fasilitas produksi pasta gigi di Meksiko untuk pasar AS. CEO Colgate-Palmolive, Noel Wallace, menyatakan dalam pertemuan dengan investor bahwa perusahaan sedang mengevaluasi berbagai opsi untuk mengurangi dampak tersebut, termasuk memindahkan sebagian produksi ke dalam negeri.
Amerika Utara, yang menjadi pasar terbesar Colgate-Palmolive, menunjukkan penurunan penjualan sebesar 1% pada kuartal pertama. Bahkan lebih parah, Amerika Latin, yang sebelumnya menjadi mesin pertumbuhan perusahaan, mengalami penurunan penjualan sebesar 7,2%. Sebaliknya, pasar Eropa justru tumbuh 2,5%, meskipun kontribusinya terhadap keseluruhan pendapatan tidak sebesar wilayah lainnya. Dalam laporan Bloomberg, disebutkan bahwa konsumen di Amerika Latin menghadapi tekanan inflasi yang lebih berat, mengakibatkan penurunan daya beli dan berujung pada berkurangnya konsumsi produk rumah tangga dan pribadi.
Salah satu segmen yang tetap menjadi titik terang bagi Colgate-Palmolive adalah Hill’s Pet Nutrition. Penjualan dari divisi makanan hewan ini tumbuh sebesar 1,5%, jauh lebih baik dibandingkan dengan penurunan 4,3% yang tercatat di produk lain seperti pasta gigi dan sabun cair. Analis dari Bloomberg Intelligence berpendapat bahwa bisnis makanan hewan cenderung lebih tahan terhadap siklus ekonomi, karena pemilik hewan peliharaan lebih jarang mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan hewan mereka dibandingkan kebutuhan pribadi.
Strategi harga yang agresif, yang diterapkan sejak tahun 2022 untuk mengimbangi kenaikan biaya bahan baku, tampaknya juga mulai mencapai batasnya. Berdasarkan analisis yang diterbitkan di The Wall Street Journal, Colgate telah menaikkan harga produknya rata-rata sebesar 8% tahun lalu, namun kini perusahaan menghadapi resistensi dari konsumen yang semakin sensitif terhadap harga. Ini menjadi tantangan tersendiri karena perusahaan harus menemukan keseimbangan antara mempertahankan margin keuntungan tanpa kehilangan konsumen ke merek yang lebih murah.
Sementara itu, kondisi makroekonomi global tidak banyak membantu. Ketidakpastian yang berasal dari suku bunga tinggi di Amerika Serikat, prospek pertumbuhan ekonomi yang melambat di Eropa dan Asia, serta ketegangan geopolitik, semua turut memperburuk sentimen konsumen. Menurut laporan Financial Times, bahkan kategori barang kebutuhan pokok seperti produk pembersih dan perawatan pribadi kini mengalami tekanan permintaan yang biasanya jarang terlihat di masa-masa stabil.
Di sisi lain, Colgate-Palmolive berupaya memperkuat posisi jangka panjangnya dengan berinvestasi dalam inovasi produk dan memperluas jejak digitalnya. Perusahaan ini telah meningkatkan investasi dalam teknologi pemasaran berbasis data untuk lebih memahami perubahan perilaku konsumen, serta memperluas kemitraan e-commerce dengan platform seperti Amazon dan Walmart. Langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa produk mereka tetap mudah diakses oleh konsumen, terutama generasi muda yang semakin bergantung pada belanja online.
Namun, ketidakpastian mengenai tarif tetap menjadi variabel yang sulit dikendalikan. Seperti dilaporkan oleh Reuters, produk pasta gigi Colgate yang dibuat di Meksiko menyumbang sebagian besar pasokan ke pasar AS. Jika tarif sebesar 10% atau lebih diberlakukan, biaya logistik dan produksi akan melonjak secara signifikan, dan Colgate mungkin terpaksa menaikkan harga lebih lanjut atau menyerap sebagian biaya tersebut, yang mana keduanya dapat menggerus margin keuntungan.
Di pasar modal, saham Colgate-Palmolive sempat mengalami volatilitas setelah laporan keuangan diumumkan. Harga saham sempat turun, namun kemudian pulih dan ditutup naik 1,24% di level 93,91 dolar AS pada penutupan terakhir. Menurut data yang dikutip dari MarketWatch, volume perdagangan saham Colgate-Palmolive juga meningkat, mencerminkan ketertarikan investor yang tetap tinggi meski adanya revisi panduan keuangan.
Beberapa analis memperingatkan bahwa meskipun Colgate-Palmolive adalah perusahaan yang sangat defensif dalam portofolio saham konsumen, dalam lingkungan ekonomi seperti saat ini tidak ada perusahaan yang benar-benar kebal terhadap tekanan margin. Seperti disampaikan analis dari Morgan Stanley dalam wawancara dengan The Wall Street Journal, margin laba kotor perusahaan kemungkinan akan terus mengalami tekanan dalam beberapa kuartal ke depan, seiring dengan biaya input yang tetap tinggi dan kekuatan harga yang melemah.
Secara geografis, Colgate-Palmolive juga menghadapi risiko yang lebih besar di pasar negara berkembang. Di banyak negara berkembang, inflasi tinggi dan depresiasi mata uang lokal terhadap dolar AS mengurangi kemampuan belanja konsumen. Sebagai contoh, di Brasil dan Meksiko, yang menjadi dua pasar terbesar di Amerika Latin untuk Colgate, depresiasi mata uang memperburuk harga produk yang diimpor, meskipun sebagian diproduksi secara lokal.
Untuk merespons tantangan tersebut, Colgate-Palmolive meluncurkan inisiatif efisiensi biaya baru yang bertujuan menghemat hingga 500 juta dolar AS dalam tiga tahun ke depan. Program ini, menurut Bloomberg, melibatkan otomatisasi proses produksi, perampingan lini produk yang kurang menguntungkan, dan renegosiasi kontrak dengan pemasok utama. Upaya ini diharapkan dapat memperbaiki struktur biaya perusahaan dan memperkuat daya saing jangka panjang.
Selain itu, perusahaan juga meningkatkan fokus pada inovasi produk premium, termasuk pasta gigi dengan klaim kesehatan gigi yang lebih kuat, sabun berbahan alami, dan makanan hewan berbahan dasar resep dokter. Dengan memanfaatkan tren konsumen yang mengarah pada kesehatan pribadi dan hewan, Colgate berharap dapat meningkatkan margin dari segmen produk berharga tinggi.
Dari perspektif manajemen, Noel Wallace dan tim kepemimpinannya menghadapi tekanan besar untuk mempertahankan pertumbuhan laba di tengah lingkungan yang semakin kompleks. Seperti dilaporkan oleh Financial Times, dewan direksi Colgate-Palmolive telah mengadakan pertemuan internal tambahan untuk membahas skenario terburuk jika tarif diberlakukan penuh, termasuk potensi perubahan besar dalam peta produksi global mereka.
Jika situasi tarif memburuk, bukan tidak mungkin Colgate-Palmolive mempertimbangkan langkah drastis seperti mengalihkan sebagian produksi dari Meksiko ke fasilitas di Amerika Serikat atau bahkan mendirikan fasilitas baru di negara-negara Asia yang tidak terkena tarif. Strategi diversifikasi ini tidak hanya akan membutuhkan investasi modal yang besar, tetapi juga membutuhkan waktu beberapa tahun untuk diimplementasikan secara penuh.
Melihat ke depan, investor dan pengamat industri akan terus memantau bagaimana Colgate-Palmolive beradaptasi dalam menghadapi tekanan biaya, dinamika permintaan konsumen, dan perubahan kebijakan perdagangan global. Dengan sejarah panjang lebih dari dua abad, Colgate-Palmolive telah menunjukkan ketangguhan dalam berbagai siklus ekonomi. Namun, seperti yang disampaikan seorang analis dari JPMorgan Chase kepada The Wall Street Journal, tantangan kali ini “mungkin menjadi salah satu yang paling kompleks dalam satu dekade terakhir”.
Dengan kombinasi strategi jangka pendek berupa efisiensi biaya dan strategi jangka panjang berupa inovasi produk serta diversifikasi rantai pasokan, Colgate-Palmolive berharap dapat melewati masa sulit ini. Namun, keberhasilan upaya tersebut akan sangat bergantung pada faktor eksternal yang sebagian besar berada di luar kendali perusahaan, seperti arah kebijakan tarif dan stabilitas makroekonomi global.