Simulasi Produksi iPhone: Berapa Biaya Produksi iPhone Jika Dipindahkan ke Amerika?

(Business Lounge Journal – News and Insight)

Berapa biaya yang harus ditanggung Apple jika memproduksi iPhone di Amerika Serikat? Pertanyaan ini coba dijawab oleh Bank of America dalam sebuah analisis yang mempertimbangkan dampak kebijakan perdagangan terbaru Amerika terhadap industri teknologi global.

Meskipun Presiden Trump baru-baru ini mengumumkan jeda sementara selama 90 hari terhadap sebagian besar tarif perdagangan internasional, arah kebijakan secara umum tetap menunjukkan tekad untuk menata ulang hubungan dagang dengan Tiongkok. Salah satu langkah terbaru adalah keputusan untuk memberlakukan tarif sebesar 125% terhadap sejumlah produk asal Tiongkok. Langkah ini bertujuan mendorong relokasi manufaktur ke dalam negeri sekaligus memperkuat posisi industri Amerika Serikat dalam rantai pasokan global.

Dalam konteks ini, Apple menjadi salah satu perusahaan yang banyak mendapat perhatian. Pemerintah Amerika meyakini bahwa produk unggulan seperti iPhone bisa — dan seharusnya — diproduksi di dalam negeri. Namun Apple menyatakan bahwa memindahkan seluruh proses produksi iPhone ke Amerika Serikat merupakan tantangan besar yang tidak mudah diwujudkan dalam waktu singkat, mengingat kompleksitas dan skala global dari rantai pasokannya.

Bank of America pun melakukan simulasi untuk memahami skenario biaya apabila produksi iPhone dialihkan dari Tiongkok ke Amerika Serikat. Saat ini, sekitar 85% produksi iPhone dilakukan di Tiongkok. Hasil analisis tersebut menunjukkan beberapa temuan penting:

  • Jika hanya proses perakitan akhir iPhone 16 Pro Max (yang saat ini dijual mulai dari $1.199,99) dipindahkan ke Amerika Serikat, maka biaya produksinya akan meningkat sekitar 25%, semata-mata karena perbedaan upah tenaga kerja.
  • Jika ditambah dengan tarif impor atas komponen yang tetap harus didatangkan dari luar negeri, maka harga akhir produk bisa meningkat hingga 90%.
  • Dalam laporan risetnya, Bank of America menyatakan bahwa agar skenario ini menjadi layak secara bisnis, Apple perlu mendapatkan pengecualian tarif untuk sejumlah komponen dan sub-assembly yang saat ini diproduksi secara global.
  • Selain itu, mereka menekankan bahwa walaupun secara teknis mungkin untuk memindahkan proses perakitan akhir ke AS, relokasi seluruh rantai pasokan global Apple akan membutuhkan waktu bertahun-tahun dan investasi yang sangat besar.

Prediksi ini sejalan dengan pandangan analis Wedbush, Dan Ives, yang memperkirakan bahwa harga produk elektronik konsumen bisa naik sekitar 40% hingga 50% jika seluruh proses produksi dilakukan di Amerika Serikat. Sebagai contoh, iPhone yang saat ini dibanderol sekitar $1.000 bisa mencapai harga hingga $3.500 dalam skenario tersebut.

Namun, penting untuk melihat kebijakan tarif ini bukan semata-mata sebagai beban biaya bagi industri, melainkan sebagai bagian dari upaya strategis untuk membangun kembali kemandirian industri teknologi Amerika Serikat. Relokasi industri, walaupun tidak mudah, dapat menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan ketahanan ekonomi nasional, dan memperkuat posisi strategis negara dalam persaingan global yang semakin ketat.

Ives sendiri mencatat bahwa penyesuaian besar-besaran seperti ini bisa berdampak pada pendapatan perusahaan teknologi secara keseluruhan, dengan potensi penurunan hingga 15% dalam jangka pendek. Namun dampak jangka panjang dari kebijakan ini akan sangat bergantung pada bagaimana perusahaan-perusahaan teknologi dan pemerintah bersama-sama mengelola transisi industri ini secara bertahap dan berkelanjutan.

Dalam dinamika global saat ini, kebijakan perdagangan bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga bagian dari strategi besar dalam membentuk masa depan industri dan geopolitik.