(Business Lounge – Ekonomi) Dalam beberapa bulan terakhir, semakin banyak pekerja yang memilih untuk membawa bekal dari rumah daripada membeli makan siang di restoran. Fenomena ini menjadi indikator ekonomi yang mengkhawatirkan, mengingat banyak kantor sudah kembali terisi penuh, tetapi penjualan makan siang di restoran justru lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2020 saat pandemi masih berlangsung.
Di Indonesia, tren membawa bekal ke kantor juga mulai terlihat, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Beberapa faktor yang mendorong tren ini adalah meningkatnya biaya makan di luar akibat inflasi, kesadaran akan pola makan sehat, serta kebiasaan yang terbentuk selama pandemi. Menurut Bisnis Indonesia, penjualan wadah makan dan termos meningkat signifikan dalam beberapa bulan terakhir, mencerminkan perubahan kebiasaan pekerja kantoran.
Kompas melaporkan bahwa banyak restoran di kawasan bisnis seperti Sudirman dan Kuningan mengalami penurunan pelanggan saat jam makan siang. Beberapa restoran mulai menawarkan paket makan siang lebih murah atau promo khusus untuk menarik pelanggan. Di sisi lain, layanan katering dan food delivery masih bertahan karena menawarkan pilihan lebih praktis dengan harga bersaing.
Menurut Tempo, perusahaan di Indonesia juga mulai merespons perubahan ini dengan menyediakan pantry lebih lengkap atau memberi subsidi makanan bagi karyawan untuk menjaga produktivitas. Namun, jika tren ini terus berlanjut, restoran kecil dan warung makan di sekitar perkantoran bisa mengalami tekanan lebih besar.
Kondisi di Amerika, menurut The Wall Street Journal, juga sama, data menunjukkan bahwa lalu lintas pelanggan di restoran pada jam makan siang mengalami penurunan yang signifikan, bahkan lebih rendah dibandingkan periode pandemi ketika banyak orang bekerja dari rumah. Tren ini memperlihatkan bahwa meskipun aktivitas perkantoran telah kembali normal, kebiasaan konsumsi masyarakat telah berubah secara signifikan.
Baca juga : HERSHEY AKUISISI LESSEREVIL SENILAI $750 JUTA
Menurut Bloomberg, salah satu penyebab utama dari perubahan perilaku ini adalah meningkatnya tekanan inflasi yang membuat harga makanan di restoran semakin mahal. Banyak pekerja kini merasa bahwa membawa bekal sendiri adalah pilihan yang lebih hemat dibandingkan dengan membeli makanan di luar. Selain itu, semakin banyak perusahaan yang memberikan fleksibilitas kerja hybrid, yang berarti pekerja tidak selalu harus makan siang di luar setiap hari. Tren ini memukul industri restoran, terutama rantai makanan cepat saji dan restoran yang bergantung pada pelanggan pekerja kantoran. Beberapa restoran telah mencoba mengatasi tantangan ini dengan memperkenalkan paket makan siang yang lebih terjangkau atau meningkatkan layanan pengiriman makanan, tetapi hasilnya masih terbatas.
Dalam laporannya, Financial Times mengungkapkan bahwa beberapa restoran cepat saji besar seperti McDonald’s dan Subway telah melaporkan penurunan signifikan dalam penjualan selama jam makan siang. Mereka mencatat bahwa meskipun jumlah pekerja yang kembali ke kantor meningkat, kebiasaan makan mereka telah berubah. Beberapa restoran bahkan mulai menawarkan diskon dan promosi khusus untuk menarik kembali pelanggan, tetapi dampaknya masih terbatas. Selain itu, restoran yang berlokasi di pusat bisnis kini menghadapi persaingan dari layanan katering yang menawarkan paket makan siang yang lebih terjangkau dan fleksibel bagi pekerja kantoran.
Reuters menambahkan bahwa perubahan ini juga berdampak pada bisnis katering dan layanan pengiriman makanan. Banyak perusahaan yang dulu menyediakan makan siang untuk karyawan mereka kini mulai memangkas anggaran, sementara pekerja lebih memilih menyiapkan makan siang mereka sendiri di rumah. Hal ini menjadi tantangan baru bagi bisnis yang bergantung pada lalu lintas pekerja kantoran untuk menjaga kelangsungan usaha mereka. Selain itu, layanan pengiriman makanan yang sebelumnya mengalami lonjakan permintaan selama pandemi kini mulai menghadapi perlambatan pertumbuhan akibat perubahan pola konsumsi masyarakat.
Menurut CNBC, tren ini juga berdampak pada pola belanja konsumen. Data dari perusahaan riset pasar menunjukkan peningkatan penjualan wadah makanan dan peralatan makan portabel, menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang bersiap membawa makanan dari rumah. Beberapa perusahaan ritel juga melaporkan peningkatan penjualan bahan makanan yang dapat digunakan untuk menyiapkan makan siang sederhana dan praktis bagi pekerja. Selain itu, beberapa supermarket mulai menawarkan paket bahan makanan siap saji yang dirancang khusus untuk kebutuhan makan siang pekerja kantoran.
Di sisi lain, The New York Times menyoroti bahwa kebiasaan membawa bekal tidak hanya didorong oleh faktor ekonomi tetapi juga oleh perubahan gaya hidup. Banyak orang yang lebih sadar akan kesehatan dan ingin mengontrol asupan makanan mereka dengan lebih baik. Dengan membawa makanan sendiri, mereka dapat memastikan kualitas dan kandungan nutrisi yang lebih sehat dibandingkan dengan makan di luar yang sering kali tinggi kalori dan kurang seimbang. Selain itu, beberapa komunitas pekerja kini mulai berbagi resep makan siang sehat dan efisien, yang semakin mendorong tren membawa bekal ke kantor.
Namun, Forbes memperingatkan bahwa jika tren ini terus berlanjut, sektor restoran bisa mengalami tekanan yang lebih besar. Beberapa restoran kecil mungkin akan kesulitan bertahan, terutama yang bergantung pada pelanggan dari lingkungan perkantoran. Beberapa pemilik restoran telah mencoba beradaptasi dengan menawarkan paket makan siang yang lebih ekonomis atau menu khusus yang lebih menarik bagi pekerja kantoran yang masih ingin sesekali makan di luar. Selain itu, beberapa restoran kini mulai mengembangkan program loyalitas dengan diskon khusus bagi pelanggan tetap untuk menarik kembali konsumen yang telah beralih ke bekal rumah.
Dalam analisisnya, Business Insider mencatat bahwa perubahan ini mencerminkan ketidakpastian ekonomi yang lebih luas. Ketika konsumen mulai lebih berhati-hati dalam pengeluaran kecil seperti makan siang di luar, itu bisa menjadi indikasi bahwa mereka juga akan membatasi pengeluaran pada aspek lain, yang dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Sejarah menunjukkan bahwa ketika orang mulai mengurangi pengeluaran pada kebutuhan sehari-hari, itu sering kali menandakan perlambatan ekonomi yang lebih besar di masa mendatang. Jika tren ini berlanjut, sektor-sektor lain seperti hiburan dan ritel juga dapat terkena dampaknya, mengingat pola konsumsi masyarakat yang semakin selektif.
Sementara itu, menurut The Guardian, ada kemungkinan bahwa tren ini bersifat sementara dan akan berubah ketika kondisi ekonomi membaik atau jika restoran mampu berinovasi dalam penawaran mereka. Beberapa pakar ekonomi percaya bahwa konsumen hanya sedang menyesuaikan kebiasaan mereka dengan kondisi ekonomi saat ini, tetapi begitu tekanan inflasi berkurang dan upah meningkat, mereka mungkin akan kembali ke kebiasaan lama mereka untuk makan siang di luar. Namun, ada juga kemungkinan bahwa tren membawa bekal ini akan bertahan dalam jangka panjang, terutama jika masyarakat semakin nyaman dengan pola konsumsi yang lebih hemat dan sehat.
Bagi industri restoran, tantangan ini menuntut kreativitas dalam menghadapi perubahan perilaku konsumen. Dengan penawaran yang lebih menarik, harga yang lebih bersaing, dan strategi pemasaran yang tepat, restoran masih memiliki peluang untuk menarik kembali pelanggan mereka. Beberapa restoran kini mulai menawarkan pengalaman makan yang lebih unik, seperti konsep restoran tematik atau paket makan yang lebih fleksibel untuk pekerja kantoran. Namun, hingga saat itu tiba, semakin banyak pekerja yang akan tetap memilih membawa bekal dari rumah sebagai cara untuk menghemat pengeluaran di tengah ketidakpastian ekonomi. Perubahan ini bukan hanya sekadar tren sementara, tetapi bisa menjadi sinyal pergeseran budaya konsumsi yang lebih luas dalam masyarakat modern.
Dampaknya bagi pedagang di Indonesia cukup signifikan, terutama bagi warung makan kecil dan restoran di sekitar perkantoran yang sangat bergantung pada pelanggan pekerja kantoran. Dengan semakin banyak orang memilih membawa bekal dari rumah, omzet mereka mengalami penurunan yang cukup tajam.
Baca juga : Peluang Tersembunyi di Tengah Ketidakpastian Pasar
Menurut Bisnis Indonesia, beberapa pemilik warung makan di kawasan perkantoran Jakarta mengaku mengalami penurunan jumlah pelanggan hingga 30% sejak awal tahun. Para pedagang ini mulai mencari cara untuk bertahan, seperti menawarkan paket makan siang lebih murah atau memberikan promo khusus untuk pelanggan tetap. Kompas menyebutkan bahwa restoran cepat saji juga mulai merasakan dampak dari tren ini, terutama di daerah pusat bisnis. Beberapa jaringan restoran besar seperti KFC dan McDonald’s telah mulai menawarkan diskon khusus pada jam makan siang guna menarik kembali pelanggan. Namun, efektivitas strategi ini masih belum dapat dipastikan karena pekerja semakin selektif dalam mengatur pengeluarannya.
Di sisi lain, CNN Indonesia melaporkan bahwa pasar e-commerce bahan makanan mengalami peningkatan penjualan, terutama untuk produk seperti sayuran, daging, dan perlengkapan makan siang. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran konsumsi dari makan di luar ke memasak sendiri di rumah sebagai langkah penghematan. Bagi pedagang kecil, terutama warung makan yang mengandalkan pelanggan harian dari pekerja kantoran, kondisi ini menimbulkan tantangan besar. Beberapa dari mereka mencoba beradaptasi dengan memperkenalkan layanan antar makanan atau berkolaborasi dengan aplikasi pengiriman makanan seperti GoFood dan GrabFood untuk menjangkau lebih banyak pelanggan.