(Business Lounge – Global News) CEO BlackRock, Larry Fink, dalam surat tahunannya kepada pemegang saham, mengemukakan gagasannya bahwa warga Amerika biasa seharusnya memiliki akses lebih luas ke aset privat, seperti pinjaman privat, real estat, dan infrastruktur, guna meningkatkan tabungan pensiun mereka. Fink menekankan bahwa pasar modal memegang peran penting dalam mengatasi krisis pensiun yang semakin mengancam di Amerika Serikat.
Menurut The Wall Street Journal, Fink berpendapat bahwa akses ke aset privat saat ini masih terbatas bagi sebagian besar investor ritel. Sebagian besar instrumen ini hanya tersedia bagi investor institusional atau individu dengan kekayaan bersih tinggi. Padahal, investasi dalam aset privat dapat memberikan diversifikasi portofolio yang lebih baik, serta potensi imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan portofolio tradisional yang hanya mengandalkan saham dan obligasi.
Dalam visinya, Fink mengusulkan pergeseran dari model investasi klasik 60/40—di mana 60% portofolio terdiri dari saham dan 40% dari obligasi—ke model yang lebih inklusif, yaitu 50/30/20. Model baru ini akan mengalokasikan 20% aset ke investasi privat, sehingga memberikan kesempatan bagi investor untuk mendapatkan eksposur terhadap kelas aset yang sebelumnya sulit diakses. Namun, Fink juga mengakui bahwa masih ada kendala utama yang harus diatasi agar hal ini dapat terwujud.
Sumber dari Bloomberg menyebutkan bahwa tantangan terbesar dalam membuka akses ke pasar privat bagi investor ritel adalah kurangnya transparansi data, keterbatasan teknologi, serta masalah likuiditas. Aset privat cenderung kurang likuid dibandingkan saham atau obligasi, yang berarti dana yang diinvestasikan dalam aset tersebut tidak dapat dengan mudah dicairkan dalam waktu singkat. Untuk mengatasi hal ini, Fink menyerukan peningkatan teknologi dan inovasi keuangan guna menciptakan mekanisme yang memungkinkan investor ritel berpartisipasi dengan risiko yang lebih terukur.
Menurut laporan dari Financial Times, Fink juga menyoroti pentingnya regulasi yang lebih adaptif guna memperluas akses ke aset privat bagi masyarakat umum. Saat ini, banyak instrumen investasi privat berada di bawah regulasi ketat yang hanya mengizinkan investor dengan kekayaan bersih tinggi atau lembaga keuangan besar untuk berpartisipasi. Dengan perubahan kebijakan yang tepat, lebih banyak investor bisa memperoleh manfaat dari pertumbuhan aset-aset ini.
Selain itu, dalam laporannya, Reuters mencatat bahwa Fink melihat lonjakan minat terhadap aset privat di kalangan investor institusional dalam beberapa tahun terakhir. Banyak dana pensiun dan perusahaan asuransi mulai beralih ke investasi dalam infrastruktur, real estat, dan pinjaman privat untuk meningkatkan hasil investasi mereka di tengah kondisi pasar yang semakin volatil. Namun, menurut Fink, sudah saatnya manfaat ini juga dapat diakses oleh investor individu.
Di sisi lain, sejumlah analis dari CNBC memperingatkan bahwa meskipun investasi dalam aset privat menawarkan keuntungan yang menarik, mereka juga membawa risiko yang tidak dapat diabaikan. Risiko likuiditas, valuasi yang lebih kompleks, serta potensi biaya manajemen yang lebih tinggi bisa menjadi tantangan bagi investor ritel yang belum terbiasa dengan instrumen semacam ini. Oleh karena itu, diperlukan edukasi yang memadai agar masyarakat dapat memahami risiko dan peluang yang ada dalam investasi privat.
Fink tetap optimis bahwa dengan kemajuan teknologi dan reformasi kebijakan yang tepat, lebih banyak warga Amerika dapat memperoleh manfaat dari akses ke aset privat. Dengan menciptakan lingkungan yang lebih transparan dan likuid, serta menyediakan alat yang mempermudah investor untuk berpartisipasi, ia yakin bahwa pasar keuangan dapat menjadi lebih inklusif dan mendukung ketahanan finansial masyarakat dalam jangka panjang.
Seiring dengan perubahan lanskap keuangan global, gagasan Fink tentang akses investasi privat bagi semua orang bisa menjadi katalis penting dalam membentuk masa depan sistem keuangan yang lebih adil dan berkelanjutan. Dengan langkah-langkah yang tepat, diversifikasi portofolio tidak lagi hanya menjadi hak istimewa bagi investor kaya, tetapi dapat dinikmati oleh masyarakat luas demi masa depan keuangan yang lebih stabil dan aman.
Dalam pernyataan terbarunya kepada The New York Times, Fink juga menyoroti bagaimana perubahan dalam pasar tenaga kerja dan sistem pensiun tradisional telah mendorong semakin banyak pekerja untuk mencari alternatif investasi yang lebih menguntungkan. Dengan meningkatnya jumlah pekerja lepas dan wirausahawan yang tidak memiliki akses ke program pensiun tradisional, diversifikasi investasi menjadi semakin penting untuk memastikan keamanan finansial di masa depan.
Lebih lanjut, laporan dari Forbes menunjukkan bahwa tren global mengarah pada peningkatan partisipasi investor ritel dalam investasi alternatif. Beberapa negara telah mulai merancang kebijakan yang memungkinkan akses lebih luas ke aset privat bagi masyarakat umum, seperti melalui dana yang dikelola secara kolektif atau produk investasi yang disesuaikan untuk investor kecil. Fink meyakini bahwa Amerika Serikat harus mengambil langkah serupa untuk tetap kompetitif di pasar global.
Di sisi teknologi, inovasi seperti blockchain dan tokenisasi aset dapat menjadi solusi bagi masalah likuiditas dan transparansi di pasar aset privat. Dalam wawancaranya dengan TechCrunch, Fink menyebut bahwa BlackRock sedang mengeksplorasi teknologi ini untuk menciptakan mekanisme investasi baru yang lebih fleksibel dan dapat diakses oleh berbagai lapisan masyarakat. Dengan demikian, adopsi teknologi modern dapat menjadi kunci dalam mewujudkan visinya tentang akses investasi yang lebih merata.
Ke depan, apakah akses yang lebih luas ke aset privat benar-benar dapat mengatasi krisis pensiun di Amerika Serikat masih menjadi perdebatan. Namun, satu hal yang pasti adalah bahwa sistem keuangan sedang mengalami transformasi besar, dan gagasan Fink tentang inklusi investasi bisa menjadi langkah penting menuju masa depan yang lebih stabil dan berkelanjutan bagi semua orang Amerika.